VIVAnews - Imbal hasil (yield) surat utang (obligasi) berpeluang turun karena penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI).
Idealnya, yield obligasi bertenor tiga tahun hanya sembilan persen, atau lebih rendah 2-2,5 persen dibanding saat ini 11-11,5 persen.
"Suku bunga Bank Indonesia saat ini 7,75 persen. Spread obligasi tiga tahun idealnya hanya bertambah dua persen menjadi sembilan persen," kata Direktur Perdagangan Fixed Income dan Derivatif, Keanggotaan, dan Partisipan PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Guntur Pasaribu, saat ditemui di gedung bursa efek, Jakarta, Rabu 25 Maret 2009.
Guntur mengungkapkan, sebelum krisis, spread obligasi bertenor tiga tahun adalah 150-200 basis poin (bps) atau 1,5-2 persen di atas suku bunga BI.
Dia menjelaskan, spread imbal hasil obligasi tiga tahun saat ini masih di kisaran 11-11,5 persen. Hal itu mencerminkan potensi penurunan yield.
Selain itu, kenaikan harga obligasi ikut mengindikasikan penurunan yield.
Guntur mengatakan, pemerintah harus mengupayakan kestabilan mata uang rupiah untuk memicu pencapaian faktor ekuilibrium yield obligasi.
Sebelumnya, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing hanya pada kisaran 200-300 poin. "Kalau ingin pasar normal berarti rupiah harus stabil," tuturnya.
Dia memperkirakan potensi pasar obligasi pada semester II-2009 akan membaik. Penerbitan obligasi baru juga berpeluang meningkat dan hal itu mencerminkan peningkatan kepercayaan investor. "Ujungnya, pasar saham juga berpotensi naik," katanya.