Longsor di Sumbar

Banjir Lahar Gunung Merapi Penyebab Longsor

VIVAnews - Satuan Koordinasi Pelaksana Pengendalian Bencana Sumbar mengidentifikasi penyebab galodo yang melanda sembilan kecamatan di kaki gunung merapi disebabkan karena banjir lahar Gunung Merapi. Kerugian akibat bencana itu diperkirakan mencapai Rp 82,5 miliar.

“Ini sama dengan banjir lahar di Jogja, hanya saja kita tidak memiliki aliran sungai yang belum tertata rapi sehingga banjir lahar dingin merusak banyak rumah warga,” ujar Ade Edwar, Koordinator Satkorlak PB Sumbar, Selasa 31 Maret 2009.

Hasil investigasi Satkorlak PB Sumbar, derasnya hujan di puncak Gunung Merapi menyebabkan sejumlah kantong-kantong air yang  berada di pinggang gunung tidak mampu menahan sejumlah material seperti batu dan kayu gelondongan.

Usulan Kejaksaan Izinkan Lima Smelter Perusahaan Timah Tetap Beroperasi Disorot

“Karena tak sanggup menahan banyaknya material kantung-kantung itu jebol dan lahar dingin menyapu desa-desa yang berada di kaki Gunung Merapi,” ujar Ade.

Peristiwa tersebut, menurutnya, sudah sering terjadi dan yang terbesar terjadi pada tahun 1978. Tahun ini, ujar ahli geologi ITB tersebut, jumlah lahar dingin yang membawa beragam material tersebut menghantam tergolong besar dengan akibat yang ditimbulkannya.

Berbeda dengan tahun 1978, warga telah mengantisipasi kondisi tersebut karena hujan yang terjadi satu hari sebelum kejadian tidak menaikan debit air Batang Selo. Kejadian tersebut membuat warga sekitar lokasi waspada dan menilai ada keganjilan dari fenomena alam tersebut.

Ia mengatakan, galodo yang membawa sejumlah material tersebut didahului dengan munculnya lidah air (banjir besar) yang menerjang perkampungan warga. “Karena kejadiannya sekitar pukul 07.30 WIB, banyak warga telah beraktifitas sehingga korban tidak jiwa tidak terlalu besar,” ujar Ade.

Menurutnya, relokasi warga di sekitar lokasi menjadi penting dilakukan untuk menghindari bencana serupa. Hanya saja, ia mengaku, sulit untuk memindahkan masyarakat dari kaki gunung api karena ketergantungan masyarakat cukup tinggi dengan lingkungan. “Paling mungkin kita menggeser mereka agak jauh dari kaki gunung api,” ujarnya.

Ke depan, ia berharap, pemerintah daerah bisa menganggarkan dana untuk menata aliran Batang Selo. “Bila sungai telah ditata dengan baik, aliran kawah dingin tidak terlalu membahayakan masyarakat sekitar kaki gunung,” ujarnya.

Laporan: Eri Naldi | Padang

Jemaah haji Indonesia mendengarkan khutbah Subuh jelang wukuf.

Cegah Informasi Simpang Siur, Jemaah Haji Diimbau Tak Bagikan Kabar Tidak Benar di Media Sosial

Menurut Direktur Bina Haji PHU Arsad Hidayat, jemaah haji diminta tidak asal membagikan informasi yang beredar di media sosial yang belum jelas kebenarannya.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024