Permintaan Batu Bara Masih Stabil

VIVAnews - Tidak seperti permintaan gas alam cair (LNG) yang turun akibat krisis global, permintaan ekspor batu bara belum mengalami penurunan.

"Belum ada yang meminta pembatalan permintaan batu bara," ujar Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral dan Batubara Direktorat Jenderal Mineral Batubara dan Panas Bumi Departemen Energi Bambang Gatot Ariyono di Jakarta, Selasa 31 Maret 2009.

Namun, dia mengatakan, tidak menutup kemungkinan beberapa negara pengimpor batu bara bisa menurunkan permintaannya.

Sekretaris Direktorat Jenderal Mineral Batubara dan Panas Bumi Witoro Soelarno menuturkan, kendati krisis melanda dunia, negara-negara besar seperti China dan Korea Selatan masih meilirik wilayah pertambangan di Indonesia, terutama batu bara. Sebab, investasi ini untuk mendukung pasokan energi listrik negaranya.

Mereka membangun pembangkit, namun tidak memiliki lahan tambang batu bara. "Korea Selatan, sebagian besar kebutuhan batu baranya di pasok dari Indonesia," katanya.

Tahun ini, produksi batu bara dalam negeri 230 juta ton. Jumlah itu akan diekspor 162 juta ton, dan untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri sebanyak 68 juta ton. Kebutuhan dalam negeri ini, 41 juta ton untuk listrik dan sisanya untuk kebutuhan industri.

Sedangkan kebutuhan dalam negeri pada 2010 diperkirakan 67,6 juta ton. Penurunan kebutuhan ini disebabkan perubahan rencana penggunaan batu bara untuk memasok PLN, serta adanya teknologi batu bara seperti bricket, upgrading brown coal (UBC), dan batu bara cair. 

Produksi batu bara dalam negeri pada 2025 diperkirakan 370 juta ton. Jumlah ini akan dialokasikan untuk domestik 220 juta ton, dan ekspor 150 juta ton.

SIM Mati Bisa Diperpanjang, Tidak Perlu Bikin Baru
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia

Pernah Dampingi Gibran ke Papua, Bahlil Bantah Tudingan Tak Netral

Bahlil Lahadalia merespons tudingan dalam sidang sengketa Pilpres 2024 di MK. Ia dituding tak netral dengan mendampingi Gibran Rakabuming Raka ke Papua.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024