Gordon Brown

Lima Ujian Bagi Para Pemimpin G-20

VIVAnews - Saat ini generasi kita tengah menghadapi sejumlah tantangan besar: ketidakstabilan keuangan dan ekonomi di tengah aliran modal di tingkat global; degradasi lingkungan saat dunia kian membutuhkan energi yang kian banyak; ekstrimisme bernuansa kekerasan di tengah komunikasi dan mobilitas dunia yang kian mudah dijangkau; serta kemiskinan ekstrem di tengah-tengah dunia yang masih sarat dengan ketidakadilan.

Tahun lalu, kita menghadapi krisis minyak. Tahun ini, krisis keuangan menghampiri kita dan setiap tahun kita dilanda krisis perubahan iklim. Ini berarti kita bukan sekadar mengalami momen perubahaan, namun justru benar-benar telah berada di dunia yang tengah berubah.

Tantangan-tantangan itu hanya bisa diatasi bila kita terus-menerus yakin akan globalisasi dalam suasana multilateral dan modernitas, yang harus tetap dipertahankan di masa depan. Masalah-masalah itu punya sifat yang sama, yaitu tidak bisa dipecahkan secara sendirian sehingga perlu upaya kolektif. Masalah-masalah itu hanya bisa diatasi melalui aturan-aturan tingkat global yang berprinsip pada nilai-nilai global pula.    
   
Oleh karena itu, saya ingin katakan bahwa pendekatan lama ala "Konsensus Washington" sudah berakhir. Kini, segalanya bergantung kepada kita semua.

Jangan sampai pasar bebas tingkat global mengancam kita dengan pendekatan "bebas semau-maunya." Justru itu kita harus merumuskan kembali sistem ekonomi global yang mencerminkan dan menghormati nilai-nilai yang kita anut setiap hari.

Saya percaya, globalisasi pasar keuangan yang tidak terkendali tidak hanya menembus batas-batas negara, melainkan juga batas-batas moral. Maka, tugas kita saat ini adalah mengarahkan pasar-pasar keuangan ke arah nilai-nilai yang mementingkan keluarga dan para wiraswasta.

Saya mencatat ada lima ujian yang harus dibahas oleh para pemimpin 20 negara, yang mewakili negara maju dan berkembang, saat bertemu di London, Kamis 2 April 2009.

Pertama, kita harus membersihkan sistem perbankan sekaligus memberantas penyelewengan dana yang seharusnya digunakan untuk membayar pajak. Kita pun harus memberlakukan aturan-aturan yang ketat mengenai pemberian gaji maupun bonus kepada para eksekutif perbankan.

Jangan biarkan perbankan melayani diri mereka sendiri, justru merekalah yang harus melayani rakyat.

Kedua, kita harus berupaya mencegah pengangguran massal yang berlangsung dalam waktu lama. Oleh karena itu, kita harus menciptakan sekaligus mempertahankan lebih dari 20 juta lapangan kerja.

Ketiga, kita harus merumuskan kembali sistem keuangan global melalui pembentukan kerjasama ekonomi internasional. Dengan memberlakukan peringatan dini dan tindak pencegahan, kita bisa terhindar dari krisis serupa di masa datang.

Keempat, kita harus menghindari kesalahan yang terjadi di era "Depresi Besar" pada dekade 1930-an. Oleh karena itu, kita jangan kembali kepada praktik proteksionisme dan isolasionisme.

Kelima, kita harus terus mendesak terciptanya era penggunaan energi yang berkarbon rendah.    

Maka, saya berpesan kepada semua pemimpin anggota G-20: tugas kita sebagai pemimpin adalah mengidentifikasi, mengutarakan dan membantu terciptanya perubahan di era global yang baru sehingga memenuhi kepentingan banyak warga.

Saya sangat menolak adanya sikap bahwa yang hanya kita bisa lakukan di tengah resesi ini adalah tetap tabah dan berdiam diri. Sikap ini justru merendahkan kemanusiaan kita karena hidup kita selalu disuguhi berbagai pilihan dan jalan keluar yang bisa ditempuh manusia. 

Akhir kata, perang yang dihadapi para pemimpin G-20 bukanlah pertempuran lama melawan musuh lama, melainkan kancah yang baru, yaitu mengatasi resesi global, krisis perubahan iklim, pengangguran, rasa tidak aman, kemiskinan, dan keputusasaan. Pertemuan para pemimpin di London harus menumbuhkan kepercayaan bagi ekonomi global saat ini dan juga harapan baru yang lebih baik kepada rakyat di semua negara untuk masa depan. 

Gordon Brown adalah Perdana Menteri Britania Raya (Inggris). Artikel ini adalah petikan pidato yang disampaikan Brown di St Paul’s Cathedral, London, 31 Maret 2009, dalam rangka menyambut Konfrensi Tingkat Tinggi G-20. Edisi lengkap pidato Brown dapat dilihat di http://www.number10.gov.uk/Page18858

UEA Tenggelam, Warga Ceritakan Kengerian Banjir Dubai
Pria berinisial A (42) yang membacok ibu kandungnya berinisial L (61) di Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat.

Biadab! Anak Durhaka di Cengkareng Ini Tega Bacok Ibu Kandungnya gegara Ponsel

Status pelaku A yang ditahan polisi sudah ditetapkan sebagai tersangka. Perbuatan biadabnya menyebabkan jari tangan sang ibu kandung hingga terputus.

img_title
VIVA.co.id
17 April 2024