VIVAnews - PT Kereta Api memprediksi lonjakan penumpang kereta eksekutif menjelang libur Pemilu 9 April mencapai 36 ribu penumpang. Melonjak sekitar 8.000 penumpang dibandingkan kondisi normal.
"Puncak lonjakan diperkirakan terjadi Rabu 8 April malam, tepat sehari menjelang libur," kata Kepala Humas Daerah Operasi I PT Kereta Api, Akhmad Sujadi, kepada VIVAnews, Selasa 7 April 2009.
Prediksi itu dihitung dari jumlah tiket yang habis dipesan sejak akhir pekan lalu. Yogyakarta, Solo, dan Surabaya merupakan kota-kota tujuan terfavorit pilihan calon penumpang.
Mengantisipasi lonjakan itu, PT Kereta Api memperpanjang rangkaian gerbong kereta reguler dari 6 gerbong menjadi 8-10 gerbong. Satu kereta tambahan Argo Lawu tujuan Solo juga dioperasikan pada puncak mudik Rabu 8 April pukul 21.15 dari Gambir.
Sejumlah tiket kereta keberangkatan 7-8 April hampir seluruhnya ludes. Tak hanya kereta kelas eksekutif tapi juga bisnis dan ekonomi seperti KA Senja Utama Jogja (kelas bisnis), KA Sawung Galing jurusan Sukoharjo (kelas bisnis), KA Kertajaya jurusan Surabaya (kelas ekonomi), dan KA Tegal Arum jurusan Tegal (kelas ekonomi).
Arus mudik terjadi menjelang libur Pemilu 9 April 2009. Banyak warga Jakarta yang bepergian ke luar kota lantaran libur hajatan politik itu berurutan dengan tanggal merah Paskah 10 April dan libur akhir pekan 11-12 Maret 2009. Diperkirakan banyak karyawan yang mengambil cuti sejak awal pekan ini.
PT Kereta Api pun memberlakukan tarif tinggi untuk seluruh kereta kelas eksekutif menjelang libur Pemilu hingga akhir pekan ini dari Gambir. Kenaikan harga tiket berkisar 25-50 persen dari harga batas bawah.
Kereta api Argo Anggrek Jakarta - Surabaya dan Gajayana Jakarta - Malang naik dari Rp 260 ribu menjadi Rp 350 ribu, sedangkan kereta Bima Jakarta - Surabaya naik dari Rp 240 menjadi Rp 310.
Kereta Argo Lawu dan Argo Dwipangga rute Jakarta - Solo naik dari Rp 210 ribu menjadi Rp 300 ribu, kereta Argo Muria Jakarta - Semarang naik dari Rp 200 menjadi Rp 240. Sedangkan, kereta Gumarang Jakarta - Semarang naik dari Rp 220 ribu menjadi Rp 260 ribu.
PDIP Bisa jadi Oposisi, Bantu Pemerintah Mengkoreksi Bukan Saling Berhadapan
Sikap politik PDIP yang saat ini ditunggu-tunggu, apakah memilih menjadi oposisi dari pemerintahan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka, atau ikut masuk di dalamnya.
