Steven Starr, Pendiri Situs Video Revver.com

Ada Harapan Mobile Video Berkembang Di Sini

Bila setiap orang ditanya tentang situs video yang mereka kunjungi, sebagian besar akan menjawab YouTube. Situs ini memang paling dulu merebut hati para pengguna internet di seluruh dunia.

KPU Ungkap Alasan Abaikan Permintaan PDIP Tunda Penetapan Prabowo

Tapi, baru belakangan YouTube memberikan opsi yang memungkinkan para pengunggah video mendapatkan keuntungan. Padahal, untuk masalh ini, situs video Revver sudah lebih dahulu menerapkannya.

Walaupun situs yang diluncurkan secara resmi akhir 2005 itu  namanya kurang bergaung di Indonesia. Namun Revver adalah situs pertama yang memberikan model bisnis yang menggiurkan bagi para pembuat video.

Sebab, ia menawarkan bagi hasil 50:50 kepada para kreator video yang mengunggah karyanya di Revver. Kemudian model bisnis semacam ini diikuti oleh situs-situs video lain semacam Metacafe, Break.com, BlipTV, iFilm, atau bahkan YouTube.

Pekan lalu, salah seorang tokoh kunci Revver, Steven Starr mampir ke Jakarta. Kendati sudah hengkang dari situs video tersebut, pria kelahiran Long Island New York Amerika Serikat itu, adalah pendiri Revver bersama Ian Clarke, dan Oliver Luckett.

Situs itu diakuisisi oleh Live Universe senilai US$5 juta pada Februari tahun lalu. Belakangan Starr mundur dari Revver dan kembali ke habitat aslinya, yaitu di dunia film. Ia berkonsentrasi menggarap sebuah film dokumenter tentang krisis air global bertitel For the Love of Water (disingkat FLOW) dan memenangkan berbagai penghargaan.

Atas undangan Kedutaan Besar Amerika Serikat, VIVAnews berkesempatan menjumpainya di kantor kedubes Jakarta, Kamis 2 April 2009. Selama sekitar 20 menit VIVAnews bersama Okezone, mewawancarainya seputar Revver, proyek film dokumenternya, dan rencananya di dunia online di masa depan. Berikut kutipannya.

Anda berasal dari industri film. Mengapa Anda tertarik untuk membawa dunia Anda ke dalam web?
Saya memang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk bekerja di bisnis film mainstream. Menurut saya, orang-orang di bisnis film adalah orang-orang yang beruntung bisa bekerja di bidang itu, sementara kebanyakan orang tidak bisa masuk kesana.

Bamsoet Dukung Prabowo-Gibran Rangkul Parpol di Luar KIM Demi Indonesia Emas

Maka setelah saya mulai mengenal internet, saya pikir ini adalah cara yang sangat baik untuk mendistribusikan sesuatu. Anda bisa mendistribusikan konten secara online sehingga setiap orang dengan mudah mengaksesnya, dan ini sebelumnya tidak bisa dilakukan dengan mudah melalui jalur TV atau lewat bioskop atau melalui video kaset. Nah, kini dengan mengunggah konten itu di internet, seluruh dunia bisa melihatnya.

Apa bedanya Revver dengan YouTube?
Kami pesaing langsung (head to head) YouTube, namun YouTube sudah mulai sebelum kami. Mereka memiliki keunggulan itu karena mereka adalah pemain yang lebih dulu. Dan mereka punya filosofi yang sedikit berbeda dengan kami. Mereka tak begitu peduli dengan para pembuat konten. Namun mereka hanya peduli dengan pengguna YouTube.

Ini Strategi itu memang cerdas sehingga banyak orang datang ke situs itu. Mereka mengijinkan orang untuk melihat konten tersebut, namun
tak mengijinkan orang untuk menggunakannya. Maka semua orang datang ke sana, karena setiap orang pasti ingin melihat segala hal. Mereka menjadi pemain yang sangat dominan di bidang video online.

Itu sebabnya mereka punya banyak sekali pengunjung dan yang paling banyak. Kami memang jauh tertinggal daripada YouTube. YouTube hadir lebih dulu dan bisa menyebar dengan cepat dan menjangkau pengguna yang begitu luas. Revver dan situs video lainnya tidak menang dalam hal itu.

Mobil Listrik Baru BYD Bakal Rilis, Pakai Nama Singa Laut

Namun, saya pikir Revver telah memainkan peran yang penting dalam hal model bisnis yang dibuat, sehingga bisa memberikan pengaruh, bahkan kepada YouTube, untuk menghormati para pembuat video.

Kami memiliki model bisnis yang kemudian juga mulai diterapkan oleh YouTube. Revver berusaha memberikan kompensasi kepada para kreator. Yang kami lakukan adalah bagaimana para pembuat video bisa mendapatkan uang secara langsung.

Dan itu merupakan peluang yang sangat baik bagi para pembuat konten karena mereka tak perlu lagi melalui cara yang sulit untuk mendistribusikan konten mereka.

Bila Anda mempublikasikan sebuah video di Revver, kami akan menambahkannya sedikit iklan disitu, dan bila jutaan orang melihatnya, kami berbagi keuntungan dengan para kreator. Para pembuat film yang ditonton oleh jutaan pengunjung situs kami, maka kami akan menerima cek.  Dari pengalaman kami, seseorang bisa menerima hingga US$30 ribu, uang yang cukup besar bukan?

Selain itu, kami juga memberikan opsi kepada mereka untuk menyeleksi siapa saja yang boleh menjadi pengiklan di konten mereka. Bila Anda tak ingin ada iklan rokok atau iklan alkohol atau iklan pemerintah, di film Anda, Anda bisa mengaturnya. Ini adalah salah satu model bisnis yang baik.

Kemudian model seperti itu berkembang dan menjadi populer di internet sehingga kreativitas para pencipta konten bisa berkesinambungan, namun tetap membuat konten itu gratis bagi para penikmat konten. Oleh karenanya kami cukup bangga akan hal itu, dan kami pikir pencapaian kami juga sudah cukup bagus.

Jadi Revver adalah yang pertama menerapkan model bisnis seperti itu?
Ya, kami adalah yang pertama yang menerapkan model pembagian keuntungan seperti itu. Kami telah menerima beberapa penghargaan dan kami mendapatkan pengakuan untuk masalah ini.

Bagaimana persisnya seorang pengunggah video mendapatkan uang dari Revver?
Ketika Anda hendak menaruh konten video di situs itu, Anda harus membuka akun. Setelah itu, Anda bisa melihat setiap konten yang ia posting di situ lewat halaman dasbor. Di situ Anda bisa melihat berapa banyak orang melihat video Anda. Dan setiap kali sejumlah orang melihat konten Anda, sistem kami secara otomatis menambahkan sejumlah uang ke dalam akun Anda.

Jadi seberapa banyak orang menonton video Anda, sejumlah itu pula kami menambahkan uang kepada Anda. Walaupun itu hanya US$ 20, Anda bisa mengambilnya.

Apa saja kesulitan yang Anda hadapi saat mengembangkan Revver?
Tentu saja sangat sulit, karena mulanya tidak ada yang percaya dengan model bisnis semacam ini. Bagian yang paling sulit adalah menyampaikan pesan bahwa para pembuat konten harus dibayar. Itu adalah yang paling berat.

Kemudian kami membangun sebuah tim yang di antaranya terdiri dari beberapa orang teknologi, karena saya hanya memiliki ide, dan bukan orang teknologi. Saya bukan programmer atau pembuat kode. Namun tim kami membuatnya di atas teknologi lisensi open source bernama Creative Commons.

Creative Commons adalah struktur lisensi yang membolehkan para kreator untuk mendistribusikan konten mereka dengan berbagai pilihan lisensi. Anda bisa membagikan seluruh konten kepada semua orang selama mereka menunjukkan konten itu milik Anda. Atau, Anda bisa mengatakan semua orang boleh menggunakan konten untuk apapun selama tidak menggunakannya untuk kegiatan komersial.

Atau Anda juga bisa menentukan bahwa boleh menggunakan konten sepuasnya asal mereka memberi uang kepada Anda. Jadi Anda bisa memilih opsi lisensi sesuai dengan yang Anda inginkan, menyiarkannya, dan mengendalikan pendistribusiannya

Situs video Revver.com


YouTube mengalami banyak masalah di beberapa negara berkaitan dengan masalah hak cipta, bagaimana Revver menanganinya?
Setiap video yang masuk ke Revver diperiksa terlebih dahulu. Tidak seperti YouTube, biasanya kami lihat setiap video yang masuk. Sehingga kami bisa memeriksa bahwa video tersebut memiliki legitimasi dan benar-benar dimiliki oleh yang bersangkutan. Jadi biasanya kami lihat dulu setiap konten video yang masuk.

Dengan keterbatasan bandwidth seperti di Indonesia, apakah Anda percaya situs semacam ini bisa cukup sukses di sini?
Saya pikir dengan kondisi seperti saat sekarang di Indonesia, agak sulit untuk bisa berkembang seperti di tempat lain yang lebih maju, terlebih lagi bila masih menggunakan sambungan dial up.

Apalagi bila hanya 1,5 persen saja yang terjangkau oleh sambungan pita lebar, karena ini angka yang sangat kecil. Namun bila di sini ada jaringan 3G, saya pikir ini akan lebih memberi peluang pada pengguna mobile untuk menikmati video. Butuh waktu yang lebih lama sebelum YouTube dan Revver untuk lebih populer disini.

Baru-baru ini YouTube juga mengeluarkan layanannya untuk mobile di platform Symbian dan Windows Mobile. Apa Revver telah melakukannya juga?
Revver telah melakukannya sejak dulu. Malahan kami telah lebih dulu menjangkau mobile sebelum YouTube melakukannya. Kami melakukan hal itu dengan bekerja sama dengan operator selular yang besar di Amerika Serikat. Namun mungkin jaringan 3G berkembang terus, mungkin saja di Indonesia sudah lebih besar daripada kami, kami tidak tahu, namun memang ada harapan bagi mobile video di Indonesia

Kenapa Anda dulu memilih nama Revver?
Ada tiga hal kenapa saya memilihnya. Bagi para investor, situs itu kependekan dari Revenue (keuntungan), bagi para pembuat video, itu adalah kependekan dari Revolution (revolusi), dan bagi saya ini adalah Reverence for the creator (penghormatan bagi para pembuat film. Dan Rev-ver adalah kata yang simetris antara suku kata depan dan belakangnya.

Bagaimana Anda melihat peran teknologi dalam mendorong proses demokratisasi dan perubahan?
Saya telah terlibat dengan begitu banyak dengan komunitas online yang termasuk yang memiliki motif politik. Misalnya, kami memiliki jejaring sosial bernama FreeFLOW, di mana berkumpul para aktivis air yang juga melakukan aktivitas blog.

Di situ para aktivis air dari Australia, Afrika, Amerika Serikat, atau Bali berkumpul dan situs tersebut menjadi pusat penghubung, karena mereka bisa saling berbagi informasi dan pengetahuan. Bila ada aktivis yang hendak menggarap proyek tertentu dan aktivis Afrika pernah melakukannya, mereka bisa berbagi pengalaman, sehingga mereka tak perlu lagi memulainya dari mula.

Teman saya juga baru saja membuat situs bernama SplashADrip. Situs ini diilhami oleh aksi para aktivis yang tidak menyukai penggunaan bulu binatang, misalnya untuk jaket dan sebagainya. Jadi mereka menciprati orang-orang yang menggunakan jaket bulu dengan cat agar mereka takut menggunakannya.

Nah meniru itu, beberapa orang mencoba untuk mengkampanyekan agar kita berhenti menggunakan botol plastik yang tidak ramah lingkungan. Bila ada orang yang terlihat sedang menggunakan botol plastik, dia akan diciprati oleh air. Hal ini direkam di video dan dipertontonkan di situs tersebut. Kini anak-anak sudah mulai melakukannya juga, dan kami berharap, hal ini juga dilakukan oleh semua orang, sehingga penggunaan botol plastik menjadi tidak populer lagi.

Kami juga memiliki proyek bernama article 31, di mana kami meminta kepada PBB untuk memasukkan hak mendapat air bersih menjadi pasal ke-31 di dalam klausul deklarasai Hak Asasi Manusia (Deklarasi Hak Asasi Manusia hanya mencakup 30 pasal). Pada article31.org, kami menggelar petisi yang ditandatangani oleh para pengunjung dari berbagai dunia dengan berbagai bahasa, lalu kami membawa petisi itu ke Majelis PBB

Hal itu menjadi salah satu contoh bagi penggunaan teknologi untuk tujuan demokratisasi politik. Internet memang bisa menjadi tempat yang menakjubkan, di mana orang-orang yang memiliki tujuan sama bisa bertemu dan berkolaborasi.

Apa Anda tertarik untuk membuat film dokumenter tentang Indonesia?
Saya sudah melakukannya. Ada sekelompok anak muda pembuat film di Bali, yang telah melihat film kami FLOW, mereka meminta kepada saya agar saya menjadi mentor mereka, untuk membuat film tentang air di Bali. Saya menyanggupinya, dan kami sedang mengerjakannya, Mereka punya kamera, peralatan sound, dan mereka begitu antusias, dan saya akan membantu mereka.

Setelah Anda menyelesaikan proyek FLOW, apakah Anda berencana untuk menggarap bisnis online lagi?
Saya tidak akan lagi membuat situs video online, karena kini sudah ada pemenangnya untuk online video, dan itu adalah YouTube. Saya telah mencoba sebisa saya di bidang ini, dan hasilnya cukup bagus. Namun, saya pikir saya akan kembali ke online, tapi akan mencari sesuatu yang beda.

Saya punya ide tentang proyek online yang berkaitan dengan politik. Saya bersama teman sedang membuat semacam jejaring sosial yang memungkinkan tiap orang melakukan kampanye politik atau voting. Situs web 2.0 ini mungkin akan menyediakan berbagai tool, sehingga setiap orang bisa melakukan kampanye, mengajukan petisi dan pasal-pasal kepada para senator atau anggota kongres.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya