VIVAnews - Harga minyak mentah di kawasan Asia menguat pada perdagangan Selasa, 7 April 2009. Kenaikan terjadi karena para investor menimbang apakah reli harga minyak dalam dua bulan terakhir bisa tetap terjadi di tengah permintaan terhadap minyak yang masih lemah.
Harga minyak mentah untuk pengiriman Mei menguat 14 sen menjadi US$ 51,19 per barel pada tengah hari di Singapura dengan mengacu pada perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange, Amerika Serikat (AS). Kemarin, nilai kontrak jatuh US$ 1,46 menjadi US$ 51,05.
Pialang minyak menantikan laporan penerimaan korporat triwulan pertama tahun 2009 hari ini yang akan memberi petunjuk apakah resesi parah ini akan berakhir di AS.
Harga minyak melonjak dari harga di bawah US$ 35 pada Februari karena para investor berspekulasi bahwa AS akan mencegah terjadinya depresi tahun ini. Namun beberapa analis khawatir tidak akan ada cukup bukti bahwa ekonomi mulai sembuh, untuk menjamin kenaikan harga minyak akhir-akhir ini.
"Gambaran luas adalah ekonomi internasional yang sangat lemah," kata David Moore, ahli strategi komoditas di Commonwealth Bank of Australia, Sydney. "Saya kira kenaikan harga minyak agak prematur."
Sementara itu, di perdagangan Nymex lainnya, harga bensin untuk pengiriman Mei naik 0,53 sen menjadi US$ 1,48 per galon. Minyak heating tetap pada harga US$ 1,42 per galon.
Gas alam untuk pengiriman Mei juga tetap pada US$ 3,73 per seribu kaki kubik. Di London, Inggris, harga minyak Brent menguat 16 sen menjadi US$ 52,40 per barel di bursa ICE Futures. (AP)