Agar Bisa Ikut Pemilu, Berjuanglah

VIVAnews -- Saya dan isteri saya semula tak masuk daftar pemilih tetap calon legislatif Pemilu 2009 ini. Tentu kami bingung. Sebab, kami sudah tinggal di Kompleks Bukit Griya Cinere, Limo, Depok, Jawa Barat, sejak 10 tahun.

Sedari awal saya sudah mengantongi kartu tanda penduduk. Memiliki izin mengemudi. Tagihan pajak bumi dan bangunan setiap tahun datang, memilki nomor induk wajib pajak. Dengan data kependudukan yang sama, saya juga bisa berutang di bank.

Bermodalkan identitas kependudukan yang sama pula, kami sudah beberapa kali mengikuti pemilu, pilkada, hingga pilkate (Ketua Rukun Tetangga). Lalu, kini kenapa nama kami raib dalam daftar pemilih tetap?

Kembali Mencuat, Golkar Tak Ingin Berandai-andai Soal Kabar Jokowi Gabung

Itulah yang saya tanyakan pada seorang petugas Komisi Pemilihan Umum di Kelurahan Limo, Depok, Senin 6 April 2009. Semula dia enteng menjawab, itu adalah kesalahan pengurus RT. Saya bertanya ke Ketua

RT Kompleks kami, Wilis Asa Bachtiar. Dia bilang, kelurahan tak pernah mengajaknya berembuk soal pendataan warga itu. "Bahkan kami sudah pernah datang ke kelurahan untuk melaporkan data penduduk, mereka jawab belum bisa," katanya.

Kembali ke petugas KPU, saya bertanya, "apakah bermodalkan kartu penduduk saja tidak bisa? Dia menjawab tegas: "Tidak bisa itu melanggar aturan."

"Lho pak, Kartu penduduk ini saya peroleh dengan legal, untuk semua urusan saya gunakan. Kenapa untuk ikut pemilu saya tidak bisa. Peraturan apa yang saya langgar, sehingga hak politik saya dibunuh?" saya bertanya.

Dia terdiam sejenak. "Kartu penduduk hanya untuk data kependudukan saja," katanya.

Giliran saya yang sempat tercekat. "Lho, sumber daftar pemilih tetap untuk pemilu diambil dari mana? Sehingga ada orang mati yang masuk daftar, apakah datang dari akhirat. Kok bisa?"

Pembicaraan ini berakhir. Dia berjanji akan memberi jawabannya. Hari itu juga si petugas itu menelepon saya lagi. Dia minta diantarkan kartu tanda penduduk saya agar didata untuk ikut pemilu.

Esoknya saya dapat undangan untuk ikut pemilu. Tapi semangat saya terlanjur hilang. Kamis 9 April 2009, saya jadi malas datang ke tempat pemungutan suara.



Perumahan kami memang sederhana, tetapi warga sadar dengan teknologi. Bolehlah sedikit berbangga, jika saya katakan hubungan antar warga di RT kami bisa tersambung lewat internet. Melalui dunia maya itu, kami berbagi informasi yang berguna. Kadang-kadang saling mengumpat, meledek, atau berbagi kepusingan.

Tetangga saya, Nding namanya, mengungkapkan kekesalannya karena tak terdaftar dalam pemilu kali ini. Saya, yang kebetulan sudah berpengalaman, memberinya saran agar menempuh jalan seperti yang telah saya lakukan. Beberapa warga juga memberinya saran.

Dua hari setelah pemilihan umum, Arif yang juga tetangga saya merilis persoalan yang sama dalam milis itu. Saya kembali memberi saran yang sama. "Saran itu mujarab, saya sudah mencobanya," Nding mendukung saya dalam milis itu.

"Baik, saya akan memulai investigasi mulai dari kelurahan ya," kata Arif yang gagal ikut pemilu legislatif. Dia berharap bisa ikut pemilihan presiden.

Lalu masuk satu surat elektronik dari tetangga yang lain. "Bapak-bapak ibu-ibu, mau tahu siapa yang paling disayang oleh KPU sekarang ini, maka jawabannya adalah kami," kata Jimmy, tetangga saya juga ini.

"Saya dan isteri saya mendapatkan undangan mengikuti pemilu masing-masing dua. Saya telah bertanya ke KPUD setempat, dan dijawab dua-duanya sah dan bisa saya gunakan," katanya. Dia mengaku hanya menggunakan satu saja.

Nah, surat singkat dari tetangga saya ini tentu saja tak ada yang berkomentar.

Prediksi Pertandingan Premier League: West Ham United vs Liverpool
Raffi Ahmad

Rizky Nazar Diisukan Selingkuh, Syifa Hadju Pernah Diperingatkan oleh Raffi Ahmad

Raffi Ahmad yang merasa lebih berpengalaman dalam urusan percintaan lantas mengingatkan Syifa Hadju agar lebih berhati-hati mengingat kejadian cinta lokasi bisa terjadi.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024