VIVAnews - 80 persen dari sekitar 390 ribu industri alas kaki dan penyamakan kulit berusia di atas 15 tahun atau sudah tua. Hal itu menyebabkan tingkat produktivitas industri sepatu tidak bisa bersaing dengan produk sepatu.
Menurut Ketua Asosiasi Penyamakan Kulit Indonesia (APKI) Senjaya, industri kulit menengah ke atas yang terdaftar sebanyak 70 perusahaan, sedangkan industri rumah tangga mencapai 400 perusahaan.
"Baru sekitar tujuh sampai delapan perusahaan yang sudah merestrukturisasi mesinnya, sedang yang lain masih menggunakan mesin tua," katanya pada peluncuran program restrukturisasi mesin/peralatan industri alas kaki di Departemen Perindustrian Jakarta, Rabu, 15 April 2009.
Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Singgih juga menuturkan, dari industri sepatu nasional yang mencapai 390 ribu perusahaan, 75 persen di antaranya sudah usang.
Menurut Singgih, Peraturan Menteri Perindustrian No.90/M IND/PER/11/2008 tentang Program Restrukturisasi Mesin/Peralatan Industri Alas Kaki dan perubahan Nomor 30/M IND/3/2009 memberikan keringanan pembelian mesin untuk industri alas kaki dan industri penyamakan kulit.
"Bantuan ini akan meningkatkan daya saing industri alas kaki dengan produktivitas dan peremajaan peralatan," katanya.
Saat ini, Singgih menambahkan, beberapa industri alas kaki berencana melakukan revitalisasi berkaitan dengan adanya pemesanan.
Setelah pemberlakuan permen tersebut, dirinya optimistis hasil revitalisasi akan terlihat dalam dua hingga tiga tahun mendatang. "Sebagian besar industri yang akan memanfaatkan subsidi ini berasal dari Surabaya dan Tangerang," ujarnya.
Sedang Sanjaya mengatakan walaupun subsidi memberi keringanan kepada perusahaan, bagi industri penyamakan, hal yang menjadi masalah adalah kurangnya dana tunai (cash flow) perusahaan.
Pengakuan Jay Izdes, Bukti Sosok Ini Bukan Pemain Sembarangan di Timnas Indonesia
Dua pertandingan bersama Timnas Indonesia, sudah cukup bagi Jay Idzes mengetahui sosok ini bukan pemain sembarangan di Timnas Indonesia. Siapa dia?
