Dugaan Kartel Semen

Impor Kecil, Harga Semen Tak Mungkin Murah

VIVAnews - Harga semen nasional ternyata terpengaruh kinerja ekspor dan impor. Komisi Pengawas Persaingan Usaha menilai dengan timpangnya kinerja ekspor dengan impor, konsumen dalam negeri tidak mungkin dapat menikmati harga murah.

"Ekspor kita hampir dua juta ton tahun ini, sedangkan impor hanya 1,6 juta ton, jadi produksi lebih banyak untuk ekspor dibandingkan impor yang masuk sehingga menyebabkan menipisnya suplai dalam negeri. Akibatnya harga menjadi tinggi," kata Direktur Komunikasi KPPU A Junaidi di kantornya, Jalan Juanda, Jakarta, Kamis kemarin, 16 April 2009.

Padahal, untuk diekspor harga semen Indonesia tidak kompetitif dibandingkan Vietnam atau Malaysia. Harga semen di Vietnam hanya berkisar US$ 57,75 per ton dan semen Malaysia sekitar US$ 62 per ton, sedangkan harga semen Indonesia mencapai US$ 83 per ton.

"Anehnya, impor dari negara yang harganya lebih murah seperti Vietnam malah hanya sedikit yang masuk ke Indonesia. Logikanya, kalau lebih murah pasti lebih banyak impornya," kata Junaidi.

Kalaupun ekspor ke negara tetangga seperti Malaysia misalnya, menurutnya, harga tidak akan kompetitif mengingat harga di sana lebih murah. "Paling memungkinkan ekspor ke Brunei Darussalam yang harga semennya US$ 107 per ton, tapi itu pun bersaing dengan Malaysia yang lebih murah dan lebih dekat," katanya.

Karena itu, KPPU menilai kebijakan ekspor impor perlu dikaji ulang dengan membuka kran impor yang lebih luas dan mengurangi ekspor karena harganya yang tidak kompetitif. Dengan demikian pasokan semen dalam negeri bisa bertambah dan otomatis harga akan menyesuaikan turun, karena teorinya kalau suplai meningkat dengan asumsi permintaan stabil, akan menurunkan harga. Apalagi dengan tarif bea masuk nol persen pada impor semen, upaya meningkatkan impor akan lebih mudah.

Data yang dihimpun KPPU dari Asosiasi Semen Indonesia (ASI) menunjukkan ekspor 2008 mencapai 1,64 juta ton dengan nilai US$ 168 miliar atau menurun dari tahun sebelumnya yang sebesar 2,5 juta ton atau senilai US$ 244 miliar. Sedangkan impor sepanjang 2008 mencapai 1,637 juta ton dengan nilai US$ 167 miliar atau meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 1,2 juta ton atau senilai US$ 88 miliar.

Fenomena kenaikan harga semen yang dipantau KPPU juga ditambah dengan fenomena kelangkaan semen di beberapa daerah seperti Papua, Sumatera Utara, dan Sulawesi. "Tiba-tiba semen menghilang, begitu datang pasokan harganya sudah naik," ujarnya.

Teorinya, ketika barang langka maka akan diisi pesaing terdekat, namun ternyata kenyataannya tidak. "Yang mengisi kelangkaan ya semen yang berkuasa di situ dengan harga yang sudah naik di tingkat pengecer," ujarnya. 
KPPU mempertanyakan apakah fenomena tersebut akibat kelambatan distribusi atau karena ada pembagian wilayah pemasaran.

Menurut Junaidi, saat ini mekanisme pasar telah sepenuhnya bekerja di industri semen. "Tidak ada kebijakan yang secara khusus mengatur pasar industri semen, baik menyangkut harga maupun pola distribusi atau pemasaran," ujarnya. Akibatnya, muncul potensi pengaturan para pelaku usaha melalui kartel yang antara lain mengatur harga dan wilayah.

Bantu Israel Tahan Serangan Teheran, Menlu Iran Temui Menlu Yordania
Sandra Dewi dan Harvey Moeis

Masa Penahanan Harvey Moeis Diperpanjang, Kejagung Ungkap Alasannya

Adapun masa penahanan Harvey Moeis diperpanjang selama 40 hari ke depan mulai 16 April 2024.

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024