Bisnis Mainan Tradisional Tak Lekang Waktu

VIVAnews - Banyak orang yang sulit menemukan lagi mainan yang sering dimainkan semasa kecil. Mainan impor dengan berbagai jenis dan bahannya banyak ditemui. 

Namun mainan tradisional dengan ciri khasnya menimbulkan kenangan masa kecil orang tua untuk dibagi ke anak-anak mereka. Keinginan itu menjadikan bisnis mainan tradisional menjadi pilihan Nisni Marlan, 33.

Bisnis mainan tradisional diakui Nisni awalnya hanya untuk menyenangkan anak semata wayang mereka. Ekonomi yang sedang lesu sekitar 1999 lalu, membuat istri Bambang Budi ini berpikir mengembangkan usaha yang tidak pernah mati, mainan anak.

Mainan anak, menurutnya selalu laris di jual, apapun keadaan ekonomi masyarakat. Dengan modal awal Rp 2 juta pada awal 2000, Nisni dan suami membuat berbagai model mainan anak di rumah mereka di Gondangmanis, Bandarkedungmulyo, Jombang. Bahan-bahan yang paling banyak mereka gunakan adalah kayu dan bambu. Beberapa produk yang mereka hasilkan di antaranya gendang kecil, seruling dengan berbagai bebunyian hewan seperti belalang dan burung.

Tempat-tempat keramaian menjadi sasaran pemasaran suami-istri ini. Lokasi utama di antaranya pasar malam, alun-alun, dan lapangan pameran. Nisni bercerita pada awal membangun usaha, mainan anak yang diberi label Hanny's Craft meraup omzet sekitar 20 juta per tahun.

Selama sembilan tahun membangun usahanya, kini Nisni sudah paham betul keinginan pasar. Omzetnya meninggi hingga Rp 200 juta per tahun. Selain pasar lokal di daerah Surabaya, ia juga menawarkan barangnya di kota-kota besar lainnya, seperti Jakarta dan Bandung.

Menurut dia, mainan tradisional lebih digandrungi di daerah perkotaan. Karena umumnya para orang tua ingin bernostalgia sekaligus memperkenalkan mainan yang mereka mainkan sewaktu kecil kepada anak-anak mereka.

Menjamurnya mainan impor dari luar negeri dengan harga murah, tidak membuat keduanya gentar. Hingga sekarang pemasaran mainannya yang kini mencapai 10 ribu unit per bulan tidak pernah surut. Dibantu sekitar lima karyawan tetap, Nisni membagi pesanan model mainan kepada tetangga di sekitarnya. 

Tak hanya di Jawa, pemasaran mainannya juga merambah hingga kota-kota besar Kalimantan dan Sumatera. Tak jarang dalam pameran-pameran yang selalu diikutinya, Nisni mendapat pesanan dalam jumlah besar. Yang terbaru, ia berhasil mendapat pesanan untuk dikirimkan ke negeri jiran Malaysia sebagai perlengkapan sekolah taman kanak-kanak disana.

Bekerja di bidang ini perlu kreasi terus-terusan. Masalah yang lebih membahayakan dari sekedar persaingan adalah penjiplakan. Seringkali model mainan tradisional yang ia buat, atau kreasi sendiri ditiru orang lain dengan harga lebih murah. Resep yang paling ampuh mengatasinya, menurut Nisni, berkreasi mencari jenis mainan baru.

Viral! 4 Pria Terkapar Dipukuli di Depan Polres Jakpus Dipicu Pengeroyokan Anggota TNI
VIVA Militer: Tiga jenderal Marinir purna bhakti

3 Jenderal Hantu Laut Pamit Tinggalkan Marinir, Salah Satunya Intelijen Kakap TNI

Siapa saja ketiga jenderal itu?

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024