Koalisi Demokrat Golkar Kandas

Panas Dingin Demokrat-Golkar

VIVAnews - Hubungan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla layaknya seperti orang meriang: panas-dingin. Hal ini dipicu pada masa kampanye pemilu legislatif lalu. Saat itu, karena desakan Dewan Pimpinan Daerah Golkar, Jusuf Kalla menyatakan akan maju sebagai calon presiden (capres). Padahal sebelumnya Kalla mengaku sudah nyaman sebagai calon wakil presiden (cawapres).

Keruan saja hubungan kedua tokoh itu berubah panas. Apalagi dalam iklan Golkar pada masa kampanye,  Kalla mengeluarkan slogan kepemimpinannya “lebih cepat, lebih baik.” Seolah-olah menyindir pemerintahan sebelumnya lebih lambat dalam mengambil keputusan.

Namun  hal itu berubah setelah tanggal 9 April 2009. Pada malam hari setelah pencontrengan, hasil penghitungan suara cepat (quick count) menunjukkan Partai Demokrat memperoleh 20,5 persen. Sementara perolehan suara Golkar melorot tajam. Dari 21 persen perolehan suara pada Pemilu 2004, suara Golkar merosot tinggal 14-15 persen.

Dengan hasil itu, Partai Demokrat tak akan kesulitan mengusung kembali Yudhoyono sebagai capres. Sementara niat Golkar memajukan Kalla sebagai capres jadi terhalang. Paling tidak Golkar memerlukan 5 persen suara tambahan --sesuai syarat pengajuan capres-- agar Kalla bisa melangkah  maju secara mulus. Dan itu artinya Golkar harus membuka koalisi dengan partai lain. Itu pun, dengan hasil akhir yang masih sulit diduga.

Namun ketegangan hubungan itu sudah mulai mencair. Sehari setelah pencontrengan, Kalla menelepon Yudhoyono. Tujuannya untuk menyampaikan selamat atas kemenangan Demokrat. Telepon itu diakui oleh Yudhoyono.

Kontak kedua terjadi empat hari setelah pencontrengan. Dengan iring-iringan pengawal, pada 13 April 2009  malam, Kalla berkunjung ke Puri Cikeas Indah, tempat kediamanan pribadi Yudhoyono.  Di sana, Kalla bertemu Yudhoyono empat mata selama 30 menit.

Yudhoyono mengakui pertemuan itu membicarakan arah koalisi. Tapi memang belum membicarakan capres dan cawapres secara lugas.

Namun, dua kontak terbuka tadi membuat hubungan Yudhoyono-Kalla yang semula memanas,mulai mendingin. Apalagi Golkar kini tak lagi ngotot mengajukan Kalla sebagai capres. Golkar juga mengaku lebih senang berkoalisi dengan Demokrat ketimbang partai lain.

Sinyal rujuknya Yudhoyono-Kalla itu membuat  lawan-lawan politik mereka harus waspada. Sebab, menurut survei gabungan  Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Pusat Kajian Politik FISIP Universitas Indonesia, dan Centre for Strategic and International Studies (CSIS), pasangan ini tak terbendung.

Bila Susilo Bambang Yudhoyono tetap dipasangkan dengan Jusuf Kalla, Pemilu Presiden 2009 hanya akan selesai dalam satu kali putaran. Bahkan, pasangan incumbent ini diprediksi meraih 51,1 persen suara sebagai syarat meraih kursi presiden. 

Prediksi Semifinal Piala FA: Coventry City vs Manchester United

Tapi semua hitung-hitungan itu terbang sudah. Hari ini Golkar memutuskan untuk menghentikan negosiasi dengan Demokrat. Sebabnya, negosiasi berhari-hari, "Tidak ada keputusan, "kata Burhanuddin Napitupulu.

Golkar mempersilahkan Ketua Umum Golkar, Jusuf Kalla,membuka negosiasi koalisi dengan partai lain. Jika ingin berkoalisi dengan partai lain, memang tidak terlalu susah juga buat Golkar. Di luar urusan menang atau kalah nantinya.  PDI Perjuangan juga tetap membuka pintu koalisi dengan Golkar. Sejumlah sumber menyebutkan bahwa Megawati dan Jusuf Kalla segera bertemu.

Rumah di Bangkalan Hancur Usai Petasan Meledak, 3 Orang Jadi Korban
Politisi DPP PKB, Daniel Johan

DPP Berani Ungkap Indonesia sedang Dilanda Krisis Paling Berbahaya

Ketua DPP BERANI, Lorens Manuputty menyoroti tiga krisis yang terjadi di Indonesia saat pelantikan tersebut. Menurut dia, Indonesia saat ini sedang mengalami krisis yang

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024