Pasar Diminta Tak Hiraukan Retaknya SBY-JK

VIVAnews - Ekonom INDEF Iman Sugema menganggap jatuhnya pasar saham dan uang paska pecahnya kongsi Partai Demokrat dan Partai Golkar hanya bersifat sesaat. Pelaku pasar diminta tidak berlebihan menanggapi masalah ini.

"Boleh saja pasar merespons seperti itu, positif atau negatif, tapi itu hanya respons sesaat. Masalah ini jangan terlalu diinterpretasikan jauh bahwa pasar tak senang dengan pecahnya kongsi ini. Itu hanya menunjukkan preferensi," kata Iman kepada VIVAnews, Kamis 23 April 2009.

Meski ia menilai pasar sah-sah saja bersikap seperti itu, Iman yakin ke depan ekonomi akan lebih baik. Sebab pemerintah saat ini justru dianggapnya gagal mengawal pasar. "Pemerintahan ini pernah membawa kondisi ekonomi jauh lebih terpuruk, lebih buruk dibandingkan kondisi krisis pasa 1997-1998 lalu," katanya.

Jadi jika saat ini rupiah melemah dan harga saham di pasar modal berguguran, itu dipengaruhi sifat pasar sendiri yang ingatannya pendek atau short memory. "Artinya, suka-suka dia saja, dan itu biasanya berlangsung sesaat. Dalam jangka panjang tidak akan ada pengaruhnya. Jadi jangan terlalu dihiraukan," kata dia.

Partai Golkar memutuskan mengakhiri koalisi dengan Partai Demokrat dalam pilpres Juli mendatang. 'Perceraian' dilakukan setelah upaya komunikasi politik yang dilakukan seminggu terakhir ini tidak membuahkan hasil Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla bisa bersanding lagi dengan SBY dalam pilpres.

Pemain Bintang Jakarta Pertamina Enduro Tampil di Laga Persahabatan Lawan Red Sparks
Manajer Arsenal, Mikel Arteta

Mikel Arteta Menolak Panik, Yakin Arsenal Bakal Bangkit

Mikel Arteta menolak anggapan anak asuhnya mengalami kemerosotan performa secara drastis. Anggapan itu muncul setelah mereka kalah di Premier League dari Villa dan Bayern

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024