Dukungan Pemerintah atas Waralaba Kurang

VIVAnews - Prospek waralaba Indonesia untuk terus bertumbuh dinilai masih potensial. Namun, pengusaha menilai keberpihakan pemerintah masih kurang. 

"Pemerintah kami beda dengan pemerintah Malaysia atau Singapura," kata Ketua Umum Asosiasi Franchise Indonesia Anang Sukandar di Jakarta, Kamis 23 April 2009.

Di Malaysia, pemerintah menyediakan dana untuk wirausaha-wirausaha baru, terutama untuk waralaba lokal di sana. "Mereka berani memberi pinjaman 100 ribu ringgit atau sekitar Rp 280 juta. Itu lumayan besar untuk memulai usaha baru," ujarnya.

Sedangkan di Singapura, dia menambahkan, pemerintahnya mau membayar biaya konsultan usaha hingga 75 persen untuk pengusaha memulai usaha.

"Pemerintah juga harus memberi dorongan, misalnya dengan keringanan perpajakan karena ini investasi yang bisa menciptakan lapangan kerja," ujarnya.

Dengan adanya fasilitas dan aturan yang mendukung wirausaha di negara-negara lain, Anang mengkhawatirkan waralaba asli Indonesia akan beralih ke negara-negara tersebut dan menjadi franchise di sana. "Sudah ada contohnya, Coffe Club yang berasal dari Malaysia itu sebenarnya asli Palembang," katanya.

Krisis global ternyata tidak terlalu berdampak pada pengusaha waralaba, meski daya beli masyarakat menurun. Waralaba lokal menurut dia sudah berpengalaman menghadapi krisis.

"Masing-masing pengusaha sudah punya kiat-kiat sendiri untuk mengantisipasi daya beli, misalnya keluarkan paket hemat atau paket ekonomi," ujarnya.

Saudi Arabia Permits All Types of Visas to Perform Umrah
Sosok mayat bayi baru lahir ditemukan mengambang di Kali Kanal Banjir Barat, Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat (Jakpus) oleh petugas saat sedang menjaring sampah di kali.

Kasus Temuan Mayat Bayi Tanah Abang, Polisi Tangkap Orang Tua

Sosok mayat bayi baru lahir ditemukan mengambang di Kali Kanal Banjir Barat, Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat (Jakpus).

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024