Review Sepekan

Tekanan Kuat Regional Rontokkan IHSG

VIVAnews - Pekan ini 'awan hitam' masih melingkupi pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI). Meskipun tidak ada sentimen negatif dari dalam negeri, indeks masih cenderung terkoreksi mengikuti pelemahan regional.

Gerindra sebut Bakal Ada Banyak Pertemuan Usai Prabowo Jadi Presiden Terpilih

Dibuka pada level 1.394,61, indeks sempat menguat dan menyentuh level 1.469,36 sebelum akhirnya terkoreksi kembali dan ditutup di posisi 1.244,86 pada perdagangan Jumat, 24 Oktober 2008. Indeks turun 92,34 (6,9 persen) dibanding perdagangan sebelumnya.

Dibanding akhir pekan sebelumnya, IHSG telah terkoreksi 154,56 poin (11 persen). Level ini merupakan terendah sepanjang 2008, bahkan sejak pertengahan 2006.

Meskipun terkoreksi, nilai transaksi yang dibukukan sepanjang pekan ini relatif kecil. Total transaksi hanya sebesar Rp 6,77 triliun atau turun 36,3 persen dibanding pekan lalu yang tercatat Rp 10,62 triliun.

Ekonom Proyeksikan BI Bakal Kembali Tahan Suku Bunga Acuan 6 Persen

Investor terlihat menahan transaksi di pasar saham hingga kondisi mulai berangsur pulih. Selain itu, mereka memilih alternatif investasi lain seperti dolar AS dan emas. Hal ini menyebabkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS serta kenaikan harga emas.

Selain itu, mereka memilih alternatif investasi lain seperti dolar AS dan emas. Hal ini menyebabkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS serta kenaikan harga emas.

Sementara itu, penurunan harga minyak menyebabkan harga-harga komoditas, seperti minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), batu bara, nikel, dan emas masih dalam tren turun. Akibatnya, saham-saham berbasis komoditas masih cenderung tertekan. Sentimen positif pengumuman laporan kinerja keuangan emiten kuartal III-2008 sepertinya tidak banyak membantu indeks dari penurunan lebih lanjut.

Sepanjang pekan ini, saham PT Astra International Tbk (ASII) membukukan penurunan terbesar, yakni Rp 3.050, disusul PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang melemah Rp 1.950. Sementara itu, saham PT United Tractors Tbk (UNTR) terkoreksi Rp 1.575, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) melemah Rp 1.350, dan PT Bank Danamon Tbk (BDMN) turun Rp 1.050.

Sementara itu, emiten yang tercatat mengalami penurunan kapitalisasi pasar terbesar adalah ASII (Rp 12,35 triliun), diikuti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)  dengan penurunan Rp 8,26 triliun, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) Rp 6,05 triliun, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 5,86 triliun, dan PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO) Rp 5,76 triliun.

Sedangkan pada perdagangan Jumat, top loser ditempati saham PT Goodyear Indonesia Tbk (GDYR) yang melemah ke level Rp 11.000 atau turun Rp 1.000, ASII ke posisi Rp 9.000 atau melemah Rp 1.000, ITMG Rp 8.100 (turun Rp 900), PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) menjadi Rp 8.150 (turun Rp 700), dan TLKM Rp 5.900 (terkoreksi Rp 650).

Berdasarkan index lagger, TLKM memimpin setelah ditutup Rp 5.900 (turun Rp 650), disusul PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 2.425 (melemah Rp 250), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) ke posisi Rp 7.250 (turun Rp 650), BBRI Rp 3.275 (turun Rp 350), dan ASII Rp 9.000 (melemah Rp 1.000).

Untuk index mover, saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menempati posisi teratas setelah ditutup Rp 700 (naik Rp 10), disusul PT Darmala Intiland Tbk (DILD) di posisi Rp 435 (naik Rp 35), PT Mitra Rajasa Tbk (MIRA) ke level Rp 700 (menguat Rp 30), PT Roda Panggon Harapan Tbk (RODA) Rp 85 (naik Rp 6), dan PT Delta Dunia Petroindo Tbk (DOID) ke posisi Rp 510 (menguat Rp 10).

Pekan depan, indeks masih berpotensi terkoreksi mengingat belum adanya sentimen positif di pasar. Indeks akan bergerak dalam rentang support 1.167 dan resistance 1.396. Sedangkan untuk perdagangan Senin, indeks diperkirakan bergerak dalam rentang support 1.221 dan resistance 1.288. Investor diharapkan lebih berhati-hati untuk berinvestasi dan mencermati perkembangan regional. (Pengamat pasar modal, Gifar Indra Sakti)

Respons Pelatih Persib Usai Championship Series Liga 1 Dipastikan Pakai VAR
Direktur Manajemen Human Capital dan Administrasi PLN Nusantara Power, Karyawan Aji

Ini Penyebab Aset PLN Nusantara Power Melesat Jadi Rp 350 Triliun

PT PLN Nusantara Power mencatatkan kenaikan aset setelah proses transformasi dan rebranding dari PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) menjadi subholding PT PLN (Persero).

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024