VIVAnews – Masuknya era reformasi, sedikit banyak telah memberikan perubahan yang sangat besar kepada reformasih birokrasi di sejumlah departemen. Tidak terkecuali di Departemen Pertahanan yang diberikan kewajiban untuk mengamankan alat-alat negara.
Selama ini, masyarakat mengetahui bahwa Departemen Pertahanan memiliki anggaran cukup besar untuk pengadaan alat utama sistem pertahanan. Saking seramnya departemen itu, tidak banyak pihak yang mau mengutak-atik masalah penggunaan angarannya.
“Kami mengakui memiliki pengalaman pahit dan gelap dalam hal pengadaan persenjataan yang tidak terukur,” kata Sekretaris Jenderal Departemen Pertahanan Sjafrie Syamsudin dalam Inovatif Leader Forum V bertajuk Inovator dalam Reformasi Birokrasi di Hotel Grand Hyatt, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Kamis, 23 April 2009.
Menurut Sjafrie, saking gelapnya pengalaman tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah menganugerahi gelar kepada institusinya sebagai Departemen Bobo atau Boros dan Bocor. “Sejujurnya, julukan ini menyebabkan tekanan psikologis bagi kami,” ujar dia.
Sjafrie menuturkan, pengalaman pahit dalam pengadaan alat utama sistem pertahanan disebabkan pembelian alat-alat senjata dilakukan sebagian besar melalui perantara. Hal itu membuat keuntungan yang diperoleh dari proyek tersebut sangat besar.
“Sampai saat ini ada alat yang masih terbungkus dan belum terpakai, karena pesanan tidak sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan,” kata dia.
Lemahnya birokarasi yang terjadi di Departemen Pertahanan secara langsung menyebabkab ekonomi biaya tinggi terjadi di lembaga tersebut. Saking tingginya, lembaganya pernah membeli alat utama yang sebenarnya tidak ada dalam program kerja.
Seiring dengan tuntutan reformasi birokrasi, Sjafri melanjutkan, Departemen Pertahanan terus melakukan berbagai upaya untuk mencegah terjadinya kembali aktivitas mark up pengadaan alat uatama sistem persenjataan. Langkah tersebut di antaranya membuat regulasi dan tata sanksi bagi seluruh pihak yang berkepentingan.
Upaya reformasi birokrasi juga dilakukan dengan membuat tiga lapisan dalam pembuatan kebijakan pengadaan Alusista. Lapisan pertama adalah Departemen Pertahanan sebagai pelaksana, Tentara Nasional Indonesia dan Polisi sebagai pengguna di lapisan kedua, dan pabrikan sebagai lapisan ketiga.
Selain itu, Departemen Pertahanan juga melakukan manajemen terpusat, di mana setiap keputusan harus memperoleh persetujuan dari pihak lain dan tidak bisa diputuskan sendiri. “Kami mengerti bahwa lemahnya birokrasi ini antara lain disebabkan faktor kepemimpinan dan manajemen,” kata dia.
VIVA.co.id
27 April 2024
Baca Juga :
Komentar
Topik Terkait
Jangan Lewatkan
Terpopuler
Selengkapnya
Partner
Youtube Music Tambahkan Fitur Baru Fungsi Podcast
Gadget
36 menit lalu
YouTube Music terus meningkatkan pengalaman mendengarkan podcast bagi pengguna dengan menghadirkan berbagai fitur baru yang menarik. Opsi penyaringan baru
Memilih Smart TV Terbaik dengan Budget Terbatas: Rekomendasi di Bawah Rp 2 Juta (April 2024)
Gadget
sekitar 1 jam lalu
Temukan 5 Smart TV terbaik dengan harga di bawah Rp 2 juta di April 2024. Kualitas tinggi, harga ekonomis!
Saldo DANA Gratis dari Google Untuk Kamu! Aplikasi aman dan menguntungkan, Klaim Sekarang Juga!
Gadget
3 jam lalu
Nikmati saldo DANA gratis dari Google sekarang juga! Temukan cara mendapatkannya melalui artikel ini. Aplikasi aman dan menguntungkan.
Oppo baru saja merilis ponsel terbaru mereka di segmen entry-level, yaitu Oppo A60, yang pertama kali diluncurkan untuk pasar Vietnam. Menawarkan sejumlah Fitur Menarik
Selengkapnya
Isu Terkini