Kendati Persediaan Melimpah, Harga Tetap Naik
VIVAnews - Harga minyak mentah di bursa utama dunia naik menyusul terdongkraknya semua indeks di bursa saham Wall Street, New York. Ini menandakan investor lebih antusias dengan mulai pulihnya ekonomi AS dari badai resesi - berdasarkan penilaian Bank Sentral - kendati tingkat persediaan minyak saat ini tengah melambung.
Laman harian The Wall Street Journal mengungkapkan bahwa dalam perdagangan di bursa New York, Rabu waktu setempat, harga minyak mentah light sweet untuk pasokan Juni naik US$1,05 atau 2,1 persen menjadi sebesar US$50,97/barel. Sedangkan di bursa London, harga minyak mentah Brent naik 79 sen ke level US$50,78/barel.
Secara teknis, kenaikan harga minyak di luar dugaan. Pasalnya, tingkat persediaan minyak di AS saat ini tergolong melimpah, saat ini naik sekitar 4,1 juta barel, karena sedikitnya permintaan di tengah resesi ekonomi. Namun, laporan yang bagus dari pemerintah dalam dua hari terakhir sangat ditanggapi secara antusias oleh investor. Pertama, naiknya indeks kepercayaan konsumen di bulan April. Selain itu, baru-baru ini rapat Bank Sentral menilai bahwa resesi kini mulai menunjukkan tanda-tanda melambat.
"Pasar tengah cemas dengan banyaknya pasokan, namun saat ini investor lebih senang mendengar penilaian atas mulai pulihnya kinerja ekonomi," kata Tom Berntz, pengamat dari BNP Paribas Commodity Futures.