Skandal Pembunuhan Nasrudin

Jejak dari Metropolis

Mereka tiba  malam hari. Sekitar pukul sebelas. Jumlahnya lima orang. Para  tahanan terkejut, sebab jarang-jarang  penghuni baru datang dalam jumlah sebanyak itu. “Tangkapan besar nih,” celetuk seorang tahanan sebagaimana ditirukan sumber VIVANews.

Wasit Musuh Terbesar Timnas Indonesia U-23, Ini 4 Kontroversi Nasrullo Kabirov Semalam

Tergesa-gesa  polisi mengiring mereka ke kamar tahanan. Tidak seperti tahanan lain yang bertiga dalam satu kamar, tuan-tuan yang baru datang itu  di taruh di kamar yang berbeda. Satu orang, satu kamar.

Dari keterangan polisi esok harinya, kelima tahanan baru itu bernama Dn, Hr, Fr, Hen dan Am. Nama mereka memang cuma disebut inisialnya saja, sebab status mereka baru tersangka. Belum terdakwa, apalagi terpidana.

Gibran Akui Ada Pembicaraan soal Kemungkinan Koalisi dengan PDIP

Sejak Selasa malam pekan lalu itu, lima sekawan ini berpindah dunia. Dari dunia yang luas, ke kamar kecil di ruang tahanan Polda Metro Jaya itu. Dingin dan kesepian.
                                            **
Dunia  lima sekawan itu berubah di Tanggerang. Dari sebuah polisi tidur di depan Metropolis Town Square. Saat itu hari Sabtu. Nasrudin, Direktur Utama PT Putra Rajawali Banjaran, anak usaha PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) pulang dari padang golf Modernland.
Hari itu matahari menikam bumi.  Pukul dua kurang lima menit.

Tiba-tiba sebuah mobil Avanza mendahului mobil BMW Nasrudin. Menurut polisi, penumpang di mobil Avanza itu adalah mereka yang diangkut ke Polda Metro Jaya Selasa malam lalu itu.

Soal Raffi Ahmad dan Nagita Slavina Adopsi Anak, Ramalan Hard Gumay Bikin Tercengang

Dan segala siasat tampaknya sudah matang. Walau jalan lenggang, mobil Avanza itu tidak melaju.  Dia malah perlahan-lahan mengurangi kecepatan. Jelas saja mobil BMW seri 320i tahun 2004 itu tidak bisa berlari. Parmin, sopir Nasrudin juga terpaksa mengurangi kecepatan.

Di dekat Metropolis Town Square mobil Avanza itu kian melambat. Dan setelah melewati sebuah “polisi tidur” dia seperti berhenti.  Parmin memperlambat kendaraan agar bisa melewati polisi tidur itu. Dan inilah yang dikehendaki  penumpang Avanza itu.

Saat mobil BMW itu melambat, tiba-tiba sebuah sepeda motor Yamaha Scorpio menempel sisi kiri belakang mobil BMW itu, dekat tempat duduk Nasrudin. Penumpang motor itu berdua. Pria yang duduk di belakang itu langsung melepas tembakan. Dua kali.

Peluru itu menembus kaca mobil, lalu menikam pelipis kiri  Narsudin lalu bersarang di otak. Belakangan polisi menemukan jenis senjata yang digunakan organik.

Setelah itu, motor melaju kencang. Si Avanza juga ngebut. Meninggalkan Nasrudin yang bersimpah darah.

Parmin  terperanjat bercampur takut. Dia menghentikan mobilnya. 

Lalu berteriak-teriak meminta bantuan. Warga sekitar pun bereaksi mendekati mobil Nasrudin. Ada yang langsung menghubungi polisi. Ada pula yang berniat mengejar penembak.

Nasrudin segera dilarikan ke Rumah Sakit Mayapada Tangerang. Rumah Sakit terdekat dari lokasi penembakan itu dulunya bernama Rumah Sakit Honoris. Kondisi Nasrudin dinyatakan koma.

Setelah beberapa jam melakukan penanganan medis, tim dokter rumah sakit menyerah. Nasrudin pun dipindahkan ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto pada malam harinya.

Di RSPAD Gatot Subroto, Nasrudin langsung mendapat perawatan intensif. Kondisinya semakin kritis. Infeksi semakin menjalar ke seluruh otak.Dokter juga tak berani melakukan pembedahan.
 Andi Syamsudin Iskandar, adik Nasrudin, mengatakan, kondisi kakaknya semakin kritis pada pagi harinya.

Otak dan paru-paru mulai tak berfungsi. Hidupnya sepenuhnya tergantung alat. “Dokter juga tak berani melakukan operasi karena kondisinya sangat kritis,” ujarnya.

Keesokan harinya, tangisan histeris pecah di keheningan ruang Intensive Care Unit Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto. Sekitar pukul 12.05, Minggu 15 Maret 2009, Nasrudin Zulkarnaen menghembuskan nafas terakhirnya.

Nasrudin pergi meninggalkan kesedihan keluarga, juga kemarahan.

Polisi bergerak cepat.  Para pembunuhan meninggalkan jejak di lokasi pembunuhan. Senjata yang digunakan organik dengan jenis revolver. Jenis senjata itulah yang diubek-ubek polisi.

Polisi kemudian memeriksa seorang perwira menengah polisi. Dia diduga membantu proses pembunuhan itu. Nomor polisi motor dan mobil yang mereka gunakan juga ditelusuri. Polisi menebar penyelidikan ke sejumlah daerah. Hasilnya memuaskan.

Senin, 27 April polisi mencokok seseorang berinisial Dn. Dari Dn jaringan kawanan ini terungkap. Polisi kemudian menangkap Hr, Hen, Fra dan AM hari Selasa itu.

Semua nama itu adalah pelaku lapangan. Dari mereka lah nama tersangka berikut diketahui yakni JE. Si JE ini dicicuk polisi di perumahan Bumi Serpong Damai, Rabu dini hari. Kini semua para tersangka itu menghuni kamar sempit di tahanan Polda Metro Jaya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya