Awas, Obat Diabetes Bisa Merusak Pankreas

VIVAnews - Sebuah obat yang populer digunakan untuk mengobati diabetes Tipe 2 kemungkinan berpotensi menimbulkan efek samping berupa gangguan pankreas (kelenjar ludah perut) tingkat rendah bagi beberapa pasien. Namun bila obat itu sering dikonsumsi sejak lama, pemakai berisiko terkena kanker pankreas.

Demikian hasil tim peneliti dari Universitas California (UCLA), Amerika Serikat, seperti yang dimuat di laman ScienceDaily, 1 Mei 2009. Menurut tim peneliti, obat diabetes yang dimaksud adalah sitagliptin, yang dijual dalam bentuk pil dengan nama Januvia, yang dipasarkan oleh Merck & Co. Inc.

Obat itu menimbulkan gangguan dalam pankreas. Selain itu, salah satu organ penting dalam sistem pencernaan dalam tubuh itu bisa jadi meradang. Untuk jangka panjang, efek paling parah adalah penyakit kanker pankreas.

Sitagliptin merupakan anggota suatu kelas baru obat-obatan yang bisa meningkatkan kinerja hormon usus yang dikenal sebagai peptide 1 yang menyerupai glucagon (GLP-1). Hormon itu terbukti efektif dalam menurunkan kadar gula darah bagi penderita diabetes Tipe 2.

"Diabetes Tipe 2 merupakan penyakit seumur hidup. Penderita pun mengonsumsi obat yang sama selama bertahun-tahun, maka dikhawatirkan bisa menimbulkan efek samping dengan munculnya risiko kanker pankreas," kata dr. Peter Butler, direktur Hillblom center merangkap ketua tim peneliti.

Ernando Ari Gagalkan Penalti, Timnas Indonesia U-23 Sukses Bekuk Australia

"Masalahnya sekarang adalah efek-efek yang tidak diinginkan dari obat itu bagi pankreas tidak akan bisa dideteksi oleh manusia kecuali pankreasnya dikeluarkan dari tubuh dan diteliti," lanjut Butler.

Peneliti juga mempelajari keterkaitan antara Byetta - sebuah obat yang juga digunakan untuk diabetes Tipe 2 yang terkait dengan Hanuvia - dan radang pankreas. Oleh karena itu Dinas Pengawasan Makanan dan Obat di AS (FDA) mengeluarkan surat peringatan kepada Amylin Corp, yang memproduksi Byetta, kendati belum ada hasil pasti mengenai keterkaitan obat itu dengan gangguan pankreas.

Yang pasti, tim dari UCLA menilai bahwa kemungkinan ada keterkaitan antara obat yang meningkatkan aksi GLP-1 dengan radang pankreas.

Namun, Butler mengakui timnya baru menerapkan percobaan kepada tikus. Jadi, mungkin saja ada efek-efek yang ditemukan pada tikus tidak terjadi pada manusia. "Jadi, sambil menunggu data-data lain, alangkah baiknya bila sementara ini cukup menggunakan obat kelas GLP-1 dengan metformin," kata Butler.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Ary

Kasus Mayat Perempuan dengan Kondisi Wajah Hancur, Polisi Tangkap 3 Orang

Polisi telah mengetahui identitas mayat perempuan tersebut.

img_title
VIVA.co.id
18 April 2024