Eksekusi Amrozi cs

Korban Bom Sulit Maafkan Pelaku

VIVAnews – Peledakan yang dilakukan oleh Amrozi cs merupakan prolog bagi aksi teror bom lainnya. Walau Amrozi cs sudah tertangkap, aksi teror tetap marak. Dr Azahari, pakar bom yang ikut merakit bom Bali I, belakangan meneruskan aksi teror Amrozi cs bersama Noordin M. Top.

Salah satu teror paska bom Bali I adalah ledakan di Hotel JW Marriot, 5 Agustus 2003. Ledakan itu berasal dari bom mobil bunuh diri Asmar Latin Sani. Dengan menggunakan mobil Toyota Kijang dengan nomor polisi B 7462 ZN, aksi teror ini  menewaskan 12 orang dan mencederai 150 korban lainnya. Akibat peristiwa itu, Hotel JW Marriott ditutup selama lima minggu.

Salah satu korban aksi teror kelompok Jamaah Islamiah ini adalah Wahyu Adiartono (43). Wahyu merupakan salah satu korban bom di hotel JW Marriott, Kuningan, Jakarta Selatan. Saat peledakan di hotel tersebut Wahyu sedang berada di restauran hotel tersebut yang bernama Syailendra. Seperti halnya kepercayaan pelaku teror, Wahyu juga seorang muslim.

Sudah lima tahun kejadian tragis tersebut berlalu. Banyak perubahan yang terjadi di dalam diri Wahyu. Wahyu Adiartono saat ini menjabat sebagai Ketua Forum Yayasan 58 (Y58). Y58 merupakan yayasan yang didirikan oleh para korban hotel JW Marriott sebagai tempat untuk melayani dan memberikan solusi kepada korban tindak kekerasan, khususnya korban teror bom.

Apakah dengan eksekusi para terpidana mati pelaku bom tersebut dapat mengurangi rasa trauma yang dialami? Berikut petikan wawancara reporter VIVAnews, Rika Panda Pardede, dengan Wahyu mengenai pelaksanaan eksekusi terpidana mati Amrozi cs:


Apa komentar Anda mengenai eksekusi kepada terpidana mati pelaku bom, Amrozi cs?

Kalau dari sudut pandang saya, dari sisi korban tidak terlalu berpengaruh. Kami tidak merasakan adanya pengaruh, baik pelaku tersebut dieksekusi mati maupun dihukum seumur hidup. Tidak ada pengaruhnya bagi kami para korban bom.


Kenapa tidak ada pengaruh?


Mereka itu bukan otak pengeboman. Tapi hanya pelaku. Karena mereka hanya pelaku saja, jadi tidak ada pengaruhnya buat kami. Kalau otaknya tertangkap, baru terasa adil buat kami.


Dengan dilaksanakan eksekusi mati kepada terpidana mati pelaku bom, Amrozi cs, tidak ada pengaruh terhadap rasa sakit ataupun trauma yang dilami korban?

Seperti yang saya katakan tadi, mereka hanya pelaku saja bukan otak. Kami menginginkan otak atau perencana segera di tangkap. Tapi sampai saat ini belum tertangkap. Eksekusi ini tidak ada pengaruhnya terhadap trauma yang kami alami. Kalaupun ada hanya sedikit, kecil. Paling hanya beberapa persen saja.


Sebelum dan sesudah peledakan yang Anda alami, apa saja perubahan yang dirasakan?

Saya mengalami luka bakar di tangan kiri. Saya menderita luka bakar pada punggung, tangan kiri, dan sikutnya pecah. Telinga kirinya putus, bagian wajahnya pun penuh luka terkena serpihan kaca. Ini perubahannya dari sebelum ke sesudah peledakan bom tersebut. Tangan kiri saya tidak bisa beroperasi secara maksimal. Tangan kiri saya tidak bisa menggengam secara kuat, tidak seperti sebelum kejadian. Ini perubahannya.


Selain fisik, trauma psikologis juga Bapak alami?

Kalau trauma secara psikologis di hal-hal tertentu. Sampai sekarang, saya suka panik jika mendengar suatu bunyi yang keras. Misalnya seperti pintu dibanting. Kalau mendengar pintu dibanting keras, saya sangat panik.

Kalau mendengar berita pengeboman di tempat lain, apakah rasa takut atau trauma itu muncul kembali?

Tidak. Kalau mendengar berita tentang pengeboman tidak sampai merasa trauma. Tapi saya secara refleks akan menangis kalau melihat korban-korbannya. Tiba-tiba saja air mata saya turun kalau melihat kembali korban-korban pengeboman.

Apakah Anda sangat memperhatikan atau mengikuti berita tentang para pelaku pengeboman, khususnya terpidana mati, Amrozi cs?


Tidak memperhatikan secara khusus berita-berita mereka. Untuk apa? Mereka hanya pelaku saja, bukan otaknya seperti yang saya katakan tadi. Saat ini kami lebih fokus atau lebih memperhatikan kehidupan para korban-korban bom.

Apakah Anda sudah memaafkan para pelaku pengeboman?


Isilah maaf atau tidak memaafkan mereka, kalau menurut saya tidak perlu dimaafkan. Tidak perlu dimaafkan karena mereka hanya pelaku, bukan otak pengeboman. Kami berharap otak pengeboman bisa tertangkap. Sampai sekarang otaknya belum tertangkap.

Jaksa KPK Panggil Febri Diansyah dkk ke Sidang SYL, Ini Alasannya
Pemain Teater Musikal Memeluk Mimpi-Mimpi: Merdeka Belajar, Merdeka Mencintai

Keren Banget, Sherina Main Teater Musikal Bareng Anak-Anak Sekolah

Sebagai pemeran utama dalam pertunjukan teater musikal ini, Sherina Munaf mengaku sangat bangga melihat anak-anak sekolah yang sangat pandai bermain musik orchestra.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024