Letjen (Purn) Sutiyoso

Dari Jakarta Menjajal Indonesia

VIVAnews - Tidak ada yang istimewa pada sebuah bangunan berarsitektur art deco di ujung Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, pada sebuah siang di bulan September 2008. Halamannya terlihat sepi, hanya ada beberapa kendaraan yang terlihat parkir di sana. Aktifitas di dalamnya pun tidak terlihat ramai. Hanya terlihat satu penerima tamu laki-laki berbadan tegap, yang tampaknya merangkap sebagai satpam yang menjaga bagian dalam ruangan.

Sebuah baliho besar terpampang di halaman depan, menghadap ke arah bioskop Megaria. Gambarnya: Sosok pria mengenakan jas lengkap dengan dasi, yang tersenyum dengan latar belakang peta Indonesia. Tampak pula tulisan "Tegas! Berani Melakukan Perubahan Demi Rakyat. Sutiyoso." Baliho itu seolah juga memperlihatkan fungsi bangunan yang beralamat di Jalan Proklamasi No 36, Jakarta Pusat itu: Bang Yos Center.

Bang Yos Center merupakan pusat kegiatan politik sekaligus kantor tim sukses Sutiyoso untuk mewujudkan ambisi Bang Yos, panggilan akrab Sutiyoso, untuk menjadi calon presiden (Capres). Di Bang Yos Center pula tim suksesnya mempersiapkan segala macam pencitraan yang mendukung kampanye Sutiyoso.  

Bang Yos lebih dikenal sebagai mantan Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Sepuluh tahun Bang Yos menjabat sebagai orang nomor satu di Ibukota. Lima presiden silih-berganti, Bang Yos tetap Gubernurnya. Dari masa pemerintahan Soeharto hingga Susilo Bambang Yudhoyono, lengkap dengan berbagai peristiwa kerusuhan yang mewarnai transisi politik dari masa Orde Baru ke masa Reformasi.

Selama menjabat, Bang Yos dikenal sebagai sosok yang keras. Mungkin itu juga dilatarbelakangi berbagai kerusuhan di Jakarta, sehingga membuatnya dikenal "tahan banting". Berbagai mega proyek dimulai pembangunannya di masa pemerintahan Bang Yos. Pembangunan 10 kodidor busway. Pembangunan monorel. Penggalian Banjir Kanal Timur yang tertunda sejak era kolonial Belanda. Bermacam cacian pedas diterima Bang Yos, namun seakan kafilah tetap berlalu. Busway berlanjut pembangunannya ketika Bang Yos sudah bukan lagi gubernur. Banjir kanal sudah menggusur ribuan rumah. Sementara fondasi monorel yang terbengkalai menambah sesak jalanan Jakarta. Diakui atau tidak, Sutiyoso mewariskan sesuatu buat Jakarta: bertindak tegas.

“Bukan keras, tapi tegas,” demikian bahasa yang digunakan tim media Bang Yos Center, seperti yang dikatakan Yarlin Ristiandi, Kepala Hubungan Masyarakat Bang Yos Center, ketika ditemui di kantornya. Tampaknya “Tegas” adalah citra yang ingin ditonjolkan dari sosok Sutiyoso. Yarlin pun tak perlu kerja keras untuk mendapatkan citra tegas Sutiyoso. Kiprah Sutiyoso sebagai gubernur DKI Jakarta sudah memperlihatkan itu. "Tapi tidak sembarang kukuh (keras), karena beliau melakukan riset terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan," tambah Yarlin.

Namun citra Sutiyoso ini baru dikenal masyarakat Jakarta. Masyarakat daerah di luar Jakarta hampir tak mengenal mantan Panglima Komando Daerah Militer Jakarta Raya itu. Bahkan, kata Yarlin, ketika sedang melakukan kunjungan di daerah-daerah, banyak yang bertanya: "Bapak calon gubernur, ya?" Namun tim sukses Sutiyoso menganggap ini sebagai tantangan untuk lebih memperkenalkan Sutiyoso. Karena itulah tim sukses Sutiyoso lalu mengintensifkan kunjungan ke daerah-daerah.            

Syarwan Hamid, Ketua Tim Sukses Sutiyoso, mengatakan kunjungan ke daerah-daerah memang merupakan salah satu cara sosialisasi untuk memperkenalkan Sutiyoso. "Kita melakukannya (kunjungan ke daerah) hampir tidak berhenti. Besok kita akan ke Pekanbaru," ujar Syarwan, yang juga mantan Menteri Dalam Negeri era Presiden Habibie, saat ditemui VIVAnews di Bang Yos Center. Berbagai foto selama kunjungan Sutiyoso ke daerah-daerah pun kemudian menghiasi hampir seluruh dinding yang ada di Sutiyoso Center.

Tim sukses Bang Yos, panggilan akrab Sutiyoso, memang tidak main-main melakukan sosialisasi ke daerah. Selain Bang Yos Center di ujung jalan Proklamasi itu, tim sukses juga memiliki Sutiyoso Center di 15 propinsi lain di seluruh Indonesia. Selain berasal dari dana pribadi Sutiyoso, dana Bang Yos Center di daerah, menurut Yarlin, juga berasal dari sumbangan tokoh setempat yang bersimpati kepada Sutiyoso. Namun setiap ditanya berapa dana yang dikeluarkan Bang Yos, Yarlin enggan menjawab.

Walaupun intensif melakukan kunjungan ke daerah, citra Sutiyoso sebagai mantan Gubernur DKI Jakarta sulit dihilangkan. "Termasuk panggilan Bang Yos," ujar Syarwan. Tim sukses khawatir apabila nama "Bang Yos" lebih dikenal dari "Sutiyoso". "Karena nanti yang ada di kartu pemilih kan nama panjangnya, yaitu Sutiyoso," ujar Syarwan. Maka kemudian tim sukses merombak segala macam atribut "Bang Yos" dan mengubahnya menjadi "Sutiyoso". "Bang Yos Center" kemudian akan diganti menjadi "Sutiyoso Center"."Sampai kartu nama pun akan kami ubah semua," jelas Syarwan.

Meskipun mengakui banyak sekali tugas pencitraan yang harus dilakukan terhadap Sutiyoso, tim sukses Sutiyoso mengaku masih belum membutuhkan bantuan konsultan. "Semua masih bisa kami handle sendiri," ujar Yarlin. Tetapi apabila jadwal Sutiyoso dan tim suksesnya menjadi lebih padat,

Yarlin mengatakan kemungkinan menggunakan jasa konsultan akan terbuka. "Itu apabila kita sudah tidak bisa lagi meng-handle," ujar Yarlin. Selama ini tim humas dan media di Bang Yos Center hanya terdiri dari 3 orang, termasuk Yarlin sebagai ketua. Namun Syarwan Hamid mengaku kalau saat ini tim sukses Sutiyoso sedang membahas penggunaan jasa konsultan, terutama konsultan untuk membuat iklan Sutiyoso. Rencananya, apabila nanti menggunakan jasa konsultan, segala konsep berasal dari tim media dari Bang Yos Center. Konsultan iklan tersebut juga akan bekerja dengan didampingi tim Bang Yos Center. "Kita hanya mendampingi, mempermudah kerja mereka. Selain itu nanti juga akan kita evaluasi," kata Syarwan.

Sayangnya, Syarwan tidak bersedia menjawab konsultan iklan mana yang akan digunakan jasanya oleh tim sukses Sutiyoso. Hingga pertengahan September, Syarwan mengaku belum memutuskan. Begitu pula ketika ditanya mengenai jumlah anggaran yang dipersiapkan, Syarwan tidak bersedia menyebutkan angka. "Kalau angka langsung (tanyakan ke) Pak Sutiyoso," jawab Syarwan.

Kempes Dukungan

Memang Sutiyoso sepertinya harus memakai iklan untuk mendongkrak popularitasnya. Pada September 2008, Lembaga Survei Indonesia menemukan fakta bahwa hanya 1 persen respondennya akan memilih Sutiyoso sebagai presiden dibandingkan 5 nama tokoh lainnnya yakni Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarnoputri, Wiranto, Prabowo Subianto dan Sri Sultan Hamengku Buwono X. Yudhoyono dipilih 37 persen responden, Megawati 28 persen, Wiranto 8 persen, Prabowo 7 persen dan Sultan 5 persen. Sementara 14 responden menyatakan belum tahu.

Dalam survei Lembaga Survei Nasional, ketika peserta Pemilu 2004 tak diikutkan, Sutiyoso hanya menjadi pilihan ketiga responden setelah Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Prabowo Subianto. Sri Sultan dipilih 14,7 persen, Prabowo 7,7 persen sedangkan Sutiyoso hanya dipilih 5,4 persen. Namun Sutiyoso lebih dipilih daripada Hidayat Nur Wahid, Akbar Tandjung, Yusril Ihza Mahendra, Surya Paloh, Din Syamsuddin, Fadel Muhammad, Soetrisno Bachir dan Ryamizard Ryacudu.

Upaya Sutiyoso untuk berpindah kursi dari Jalan Medan Merdeka Selatan ke Jalan Merdeka Utara juga semakin berkerikil dengan lahirnya Undang-undang Pemilihan Presiden yang baru diketok palu parlemen akhir Oktober 2008 ini. UU Pemilihan Presiden mensyaratkan, pencalonan presiden harus memiliki sekurang-kurangnya 20 persen kursi parlemen atau merenggut 25 persen suara dalam Pemilu. Bagi Sutiyoso, syarat ini jelas berat, mengingat hampir semua partai-partai yang berpotensi mendulang suara besar dalam Pemilu telah memiliki jagoannya masing-masing. Sejauh ini, Sutiyoso baru mengamankan dukungan dari sejumlah partai kecil seperti Partai Indonesia Sejahtera (PIS), yang kalaupun digabung semua suara mereka, diprediksi tak akan bisa meraih 25 persen suara dalam Pemilu. Dan berita terakhir, Sutiyoso akan mengajukan judicial review terhadap aturan UU Pemilihan Presiden itu.

Arkhan Fikri Jadi Sorotan Usai Indonesia U-23 ke Semifinal
Pratama Arhan dan Azizah Salsha berpelukan

Momen Pratama Arhan Peluk Mesra Azizah Salsha Usai Timnas Indonesia Lolos Piala Asia U-23

Setelah Timnas Indonesia U-23 berhasil melaju ke semifinal Piala Asia U23 2024 pada Jumat 26 April dini hari, Pratama Arhan dan Azizah Salsha menampilkan momen kemesraan.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024