VIVAnews - Harga minyak mentah dunia terus turun, kali ini di bawah US$63/barel. Penyebabnya adalah selain menurunnya permintaan minyak di Amerika Serikat (AS) akibat sektor manufakturnya anjlok, ternyata diikuti juga oleh berkurangnya permintaan dari Cina - negara industri terbesar di Asia saat ini.
Berdasarkan pantauan dari Singapura, Selasa sore 4 November 2008, harga minyak mentah light sweet untuk pasokan Desember di perdagangan elektronik Bursa Komoditas New York turun US$1,24 menjadi US$62,62 per barel. Pagi tadi waktu Singapura (Senin sore waktu New York) harga minyak masih US$63,91 per barel. Padahal saat transaksi Senin kemarin, harga minyak masih mencapai lebih dari US$69 per barel.
Victor Shum, pengamat energi dari Purvin & Gertz di Singapura, menilai bahwa selain anjloknya sektor manufaktur AS, lesunya penjualan otomotif di "Negeri Paman Sam" tersebut juga menyebabkan rendahnya permintaan minyak mentah di pasaran.
"Kekhawatiran kini berada pada ekonomi di AS," kata Shum. "Tahun 2008 kecil kemungkinan akan adanya pertumbuhan permintaan minyak dan tahun 2009 mungkin akan ada sedikit pertumbuhan namun tidak sebesar dari yang sebaliknya [tingkat persediaan]," lanjut Shum.
Rendahnya permintaan juga diperkuat oleh laporan dari Credit Suisse yang memangkas proyeksi tingkat permintaan minyak di Cina tahun depan. Tadinya tingkat permintaan minyak di Cina diprediksi akan naik empat persen, namun saat ini dikoreksi hingga hanya mendekati nol persen seiring dengan proyeksi rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi.
"Data ekonomi terkini atas Cina menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonominya mulai melambat," demikian laporan Credit Suisse.
Tadinya, kalangan pengamat industri minyak yakin bahwa ekonomi India dan Cina bisa mengambil alih status sebagai konsumen utama minyak mentah dunia apabila negara-negara Barat, termasuk AS, mengalami resesi. Namun keyakinan itu memudar dalam beberapa bulan terakhir saat dampak krisis keuangan di AS justru menyebar ke penjuru dunia.
Selain itu, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) juga telah berupaya mengatasi anjloknya harga dalam paruh kedua tahun ini dengan sepakat memangkas kuota produksi hingga 1,5 juta barel per hari saat menggelar pertemuan anggota Oktober lalu. Namun dengan tetap turunnya harga, kecil kemungkinan OPEC melakukan pemangkasan lagi saat kembali menggelar pertemuan Desember mendatang, kata Shum. (AP)
Baca Juga :
Terpopuler: Beda Sikap Ria Ricis-Teuku Ryan Perlakukan Orang Tua, Mooryati Soedibyo Meninggal Dunia
VIVA.co.id
25 April 2024
Baca Juga :
Komentar
Topik Terkait
Jangan Lewatkan
Terpopuler
Selengkapnya
Partner
Penting Dipersiapkan Hadapi Zaman Kolosubo Tahun 2025, Salah Satunya adalah Ketahanan Mental!
Wisata
14 menit lalu
Ketahanan mental adalah kunci untuk menghadapi tantangan dan stres dalam hidup. Dari sini perlu adanya pengenalan diri sendiri, dan pengelolaan stress, dan terhubung.
Teaser Drama Korea The 8 Show Sungguh Memukau, Ada Ryu Jun Yeol dan Chun Woo Hee
Olret
16 menit lalu
The 8 Show ini berdasarkan webtoon Money Game dan Pie Game karya Bae Jin Soo. Han Jae Rim mengarahkan drama dan menulis naskahnya. Dia juga menciptakan Deklarasi Darurat,
POLYTRON Partymax: Bluetooth Speaker Terbaru dengan TWS untuk Pengalaman Musik Tanpa Batas!
Gadget
sekitar 1 jam lalu
Dapatkan kebebasan tanpa kabel dengan Partymax, speaker Bluetooth inovatif dengan teknologi TWS untuk pengalaman mendengarkan musik yang imersif.
Kominfo Buka Program Beasiswa Kemitraan S2 Dalam Negeri, Cek Persyaratannya!
Wisata
sekitar 1 jam lalu
Seiring kebutuhan sumber daya manusia GPR dan tata kelola TIK di sektor swasta, Program Beasiswa Kominfo juga dibuka untuk masyarakat umum yang berlatar belakang TI.
Selengkapnya
Isu Terkini