Eksekusi Amrozi cs

Wasiat Poster Macan

VIVAnews - SEBELUM hidupnya tamat, mereka menurunkan wasiat gawat itu. “Kalian pikir kalau kami bertiga dieksekusi kalian bisa lenggang kangkung gitu?” tulis Imam Samudra, terpidana mati bom Bali. Barisan huruf itu rapi dan tegas, ditulis pada tiga lembar kertas buku tulis bergaris. Di bawahnya, ada tanda tangan Imam. Lalu, tanggal: 22 Oktober 2008.

Imam menyebut jelas sasarannya: Menteri Hukum dan HAM Andi Mattalata, Jaksa Agung Hendarman Supandji, dan Jaksa Agung Muda Pidana Umum Abdul Hakim Ritonga. Pada lembar kertas lain, bertanggal sama, ada juga pesan dari Mukhlas dan Amrozi.

Mukhlas menyerukan kaum muslimin “bergabung dengan kafilah mujahidin”. Amrozi lebih menakutkan: meminta semua mereka yang dituduhnya zalim itu “dipenggal lehernya”.  Lalu Imam, di bagian akhir suratnya kembali menggertak, “Tidak ada setetes pun darah Muslim yang gratis”.

Gambar ketiga lelaki bersurban, plus surat bernada ancaman itu, muncul dalam satu poster. Gambar itu diunggah ke jaringan maya oleh www.arrahmah.com, satu situs milik penerbit Ar Rahmah, yang juga mengeluarkan majalah JihadMagz.  Pengelola situs mengakui mereka adalah pencipta poster bertajuk ‘Trio Macan’ itu.

Macan? Mungkin bukan dalam pengertian gagah. Soalnya, yang tak boleh dilupakan, Amrozi cs. terbukti bersalah meledakkan Bali, 12 Okt. 2002. Akibat ulah mereka, 202 jiwa tak berdosa melayang, termasuk kaum Muslim. Ratusan orang luka-luka. Puluhan gedung porak poranda.

* * *

Surat di poster itu memang kiriman dari Nusakambangan. “Itu surat dari dia (Imam Samudra),” ujar pemimpin redaksi JihadMagz, M Fakhri, yang turut mengelola situs itu kepada VIVAnews, Jumat, 7 November 2008. Menurut dia, surat-surat itu mereka dapat dari istri Mukhlas, Farida Abbas.

Perempuan itu berkunjung ke penjara Nusakambangan, tempat ketiga terpidana mati itu meringkuk menunggu eksekusi mati. Farida membesuk Mukhlas, dan juga rekan-rekannya, pada pekan ketiga Oktober 2008 lalu.

Saat bertemu JihadMagz, seperti dituturkan Fakhri, Farida menunjukkan surat dari penjara titipan Mukhlas cs. Seorang awak majalahnya, kata Fakhri, memotret surat itu, dan lalu mengolahnya tampilannya untuk ilustrasi poster. Karya itu lalu dilepas ke dunia maya.

Tapi, yang lebih menghebohkan adalah munculnya situs www.foznawarabbilkakbah.com, pekan lalu. Tercatat beralamat di Toronto, Kanada, situs itu berisi seruan dalam tiga bahasa: Arab, Inggris dan Indonesia. Seruan juga diteken Imam Samudra, Mukhlas dan Amrozi.

Kali ini, isinya serius: ajakan membunuh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, plus Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU) Hasyim Muzadi. Kiai Hasyim dibidik karena dianggap mendukung eksekusi.

Dalam butir lain, ketiganya juga meminta pimpinan jaringan teror Al-Qaidah, Usamah bin Ladin dan Ayman Az-zawaahiri, menuntut balas atas hilangnya jiwa mereka. “Blood by blood, soul by soul (darah dibalas darah, nyawa dibalas nyawa),” bunyi pernyataan versi bahasa Inggris, yang ditulis dengan tangan itu. Bin Ladin adalah otak penyerangan World Trade Center, New York, 11 Sept. 2001. Dia musuh nomor satu Amerika Serikat.

Target seruan itu jelas mengarah ke Istana. “Semua ancaman bagi presiden harus ditanggapi serius,” ujar Andi Mallarangeng, juru bicara Presiden Yudhoyono, Rabu pekan lalu. Polisi pun memburu otak situs itu. “Kita coba lacak asal usulnya,” ujar Kepala Badan Reserse dan Kriminal Markas Besar Kepolisian RI Komisaris Jenderal Susno Duadji di kantornya, Rabu, 5 Novemberd 2008.

Tak jelas siapa di belakang situs ancaman itu. Bahkan, penerbit Ar Rahmah mengelak ketika ditanya tentang situs itu. “Saya tak tahu nama dan arti situs itu,” ujar Fakhri.

* * *

Sebelum geger situs itu, polisi mencokok Wahyu alias Rusli Mardhani di satu kontrakan di Jalan Gading Sengon 7 RT 05/ RW 14, Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara, 21 Okt. 2008. Kontrakan menyempil di gang kampung itu rupanya menyimpan 2,6 kilogram bahan peledak. Bersama Wahyu, digulung empat tersangka lain. Belakangan empat lainnya itu dibebaskan polisi. Tentu, kecuali Wahyu.

Rupanya Wahyu punya pengalaman tempur saat konflik di Poso dan Ambon. Di rumah kontrakannya, misalnya, ditemukan sepucuk pistol MP-17 kaliber 9 mm, sebuah laras, peredam, dan 27 butir peluru. Ada juga dua magasin, dan serbuk mesiu.  “Mereka diduga mau meledakkan Depo Minyak Plumpang,” ujar juru bicara Markas Besar Polri Inspektur Jenderal Abubakar Nataprawira.

Adakah Wahyu ingin beraksi balas dendam memenuhi seruan Imam cs? Tak jelas. Polisi hanya menyebutkan Wahyu pentolan jihad di Poso dan Ambon. Pemuda ini kerap disebut sebagai salah satu simpul jaringan mujahidin Kalimaya, Poso.

Belakangan, polisi menyebut  Wahyu terlibat jaringan gerakan Tauhid wal Jihad. “Dia mencoba membangun jaringan itu di Jawa,” ujar Abubabakar Nataprawira, Rabu 29 Okt.2008. Sayangnya, Abubakar tak punya data detil soal jaringan ini.

Seorang bekas aktivis Islam radikal meragukan sangkaan polisi itu. Menurutnya, Tauhid wal Jihad tak begitu seram seperti dugaan polisi.

* * *

Tauhid wal Jihad adalah gerakan yang dipelopori Aman Abdurrahman, seorang ustad asal Sumedang, Jawa Barat. Sejak 2003, Aman yang dikenal bergaris radikal itu, membuka pengajian sendiri di Cimanggis, Depok. Salah satu yang kerap hadir di pengajiannya adalah veteran jihad dari Ambon, Harun, yang kini meringkuk di penjara Porong, Sidoarjo.

Serang bekas aktivis jihad Ambon, mengatakan Harun membujuk Aman melakukan tadrib askari, alias latihan militer. “Mereka pakai kedok Kelompok Pecinta Alam Al Asad,” ujar Yahya (bukan nama sebenarnya), yang rajin ikut pengajian Aman.

Sejak 2004, kata Yahya, mereka berlatih ala militer. Ada materi olah fisik, dan juga belajar olah bom. Celakanya, pada awal 2004, saat berlatih, bom mereka meledak. Polisi pun membekuk Aman dan sejumlah muridnya. Aman divonis tujun tahun. Di penjara, Aman tetap aktif berdakwah. Dia bahkan bisa merekrut banyak pengikut.

Meskipun  Aman sangat pro jihad, kata Yahya, dia tak setuju dengan polah Noordin M. Top, inisiator Bom Bali yang kini masih buron. Aman yang bebas 4 Juli 2008 dari Penjara Cirebon, mengatakan aksi gaya Noordin justru memakan korban umat Islam sendiri.

Di penjara, sang ustad malah menerjemahkan buku karya ulama Muhammad al Maqdisi. Judulnya: “Mereka Mujahid Tapi Salah Langkah.” Tentu, dia sedang menyindir Noordin, dan mereka yang melakukan pengeboman.

Jadi, menurut Yahya, kelompok Ustad Aman tak berselera menanggapi seruan Amrozi cs dengan cara aksi teror bom itu.

* * *

Tapi ada satu nama lain yang perlu dilirik, Tanzim Qaedatul Jihad. Nama  ini pernah disebut Noordin M Top dalam testimoni video yang jatuh ke tangan polisi sewaktu memburu Dr Azahari. Tanzim ini merupakan sempalan dari Jamaah Islamiyah (JI).  

Subur Sugiarto, bekas orang kepercayaan Noordin, mengatakan sejak 2004 Noordin dan mendiang Dr. Azahari memutuskan berpisah dari Jamaah Islamiyah. Alasannya, JI tak menyetujui aksi bom Noordin dan kawan-kawan.

Namun, pecah dari JI juga berarti akses gerakan Noordin makin sempit. Itu, misalnya, terlihat dari catatan harian Zabir alias Gempur. Salah satu bekas orang kepercayaan Noordin yang telah tewas itu menyebutkan kekuatan Noordin tak bisa disebut besar.

Meski begitu, kelompok ini lihai main ‘bajak’, alias memanfaatkan jaringan jihad kelompok lain. Misalkan, saat aksi Bom Kuningan 2004, dia merekrut orang-orang Darul Islam dari Banten.

Pada 2005, kelompok Noordin ini juga sempat mengajak Abdullah Sunata, tokoh jihad Ambon, yang kini meringkuk di Penjara Cipinang, Jakarta Pusat. Namun, Sunata menolak. “Kami berbeda cara pandang,” ujar Abdullah Sunata kepada VIVAnews, September lalu.

Gagal membujuk Sunata, Noordin kemudian merekrut para anggota Jamaah Islamiyah muda. Diantaranya, Mohammad Cholili, anak muda asal Jawa Timur. Kader baru, termasuk Cholili inilahm yang lalu terlibat operasi Bom Bali 2.

Satu sumber lain menyebut Noordin mengarahkan kelompoknya menjadi Firoqul Maut wal Ightiyaalaat (kelompok pemburu kematian). Firoqul Maut adalah sel teror terdiri dua atau tiga orang untuk aksi rahasia. Misinya: membunuh atau menculik orang-orang asing.  

Setiap sel ini bergerak independen.  Antar satu sel dengan sel lain tak saling kenal. Tapi, rencana itu tak bisa berjalan maksimal. “Banyak yang tertangkap, dan bahkan Dr. Azahari terbunuh,” ujar Yahya, bekas aktivis jihad yang juga rekan dekat Abdullah Sunata.

Mungkinkah kelompok ini muncul lagi menuntut balas? “ Ada potensi,” ujar Yahya. Meski sudah lemah, organisasi sel mereka masih tetap bekerja. Apalagi, sebagian besar menganggap Mukhlas atau Ali Ghufron sebagai guru spiritual mereka.

KPU Ungkap Alasan Abaikan Permintaan PDIP Tunda Penetapan Prabowo
Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong

Ganas, Shin Tae-yong Yakin Timnas Indonesia U-23 Hajar Korea Selatan

Timnas Indonesia U-23 akan melawan Korea Selatan dalam lanjutan babak 8 besar Piala Asia U-23 2024. Pelatih Shin Tae-yong percaya diri raih kemenangan.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024