Kredit Berjalan Distop, Pengusaha Mengeluh

VIVAnews - Imbas krisis global tidak hanya membuat perbankan nasional berhati-hati mengucurkan  kredit, bank bahkan sudah mulai menyetop kredit di tengah jalan. Utamanya untuk sektor properti, komoditas dan tekstil.

"Jadi bukan ditunda lagi, tapi sudah cut off. Kredit yang sudah disetujui dihentikan di tengah jalan. Term I dikucurkan, term II dan III tidak, dihentikan," ungkap Ketua Komite Tetap Fiskal dan Moneter Kadin Indonesia Bambang Soesatyo kepada VIVAnews, Kamis 30 November 2008.

Sejumlah pengusaha di bidang tekstil, properti dan komoditas seperti crude palm oil (minyak sawit mentah/CPO), kata Bambang, mulai menyampaikan keluhan tersebut ke Kadin karena semakin tidak berdaya. Namun Bambang tidak menyebutkan berapa nilai proyek yang tersendat itu. "Pokoknya senilai proyek yang mereka ajukan," ujarnya.

Penghentian kredit ini kata dia menimbulkan kemacetan proyek yang sedang berjalan. Kadin sudah menyampaikan keluhan kepada kalangan perbankan nasional. "Alasan bank, mereka juga mendapat tekanan dari sistem Bank Indonesia yang meminta kehati-hatian dijaga," katanya.

Bank menganggap sektor-sektor itu pasarnya mulai menyusut dan membuka pasar baru tidaklah mudah sehingga ada kekhawatiran kredit yang dikucurkan tidak bisa dikembalikan. "Tapi kan ini membuat kemacetan besar di sektor-sektor usaha itu. Apalagi bisnis CPO, babak belur, karena komitmen bank tidak jalan," ujarnya.

Sedangkan properti, untuk kelas menengah bawah mulai banyak yang berhenti di tengah jalan. Jika kondisi ini terus berlangsung, Bambang mengkhawatirkan gelombang PHK akan semakin besar awal 2009 nanti. Data sementara Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, total PHK yang diajukan perusahaan mencapai 13.000 orang.

"Kalau PHK terjadi, kan bank juga yang susah. Bagaimana kalau karyawan itu masih punya cicilan rumah, kendaraan atau kartu kredit. Jadi bank jangan mengedepankan ego sektoral, harus mau berkorban juga," ujarnya.

Wakil Direktur Utama Bank Internasional Indonesia Sukatno Padmosukarso di sela paparan publik di Mid Plaza, Jakarta mengakui bank mulai berhati-hati mengucurkan kredit. "Saat ini kami sudah memperketat standar kredit," katanya.

Sementara hasil survei perbankan yang dilakukan Bank Indonesia pada kuartal III 2008 menunjukkan bank memang menghindari sektor-sektor ekonomi tertentu.

Pertama, sektor industri pengolahan, khususnya tekstil/garmen dan pengolahan kayu. Hal ini disebabkan tingkat persaingan usaha dengan produk tekstil impor yang berasal dari Cina. Sementara penyaluran kredit kepada industri pengolahan kayu dihindari karena terkait dengan upaya menghindari ilegal logging.

Kedua, sektor bangunan (properti) khususnya mal karena dinilai sudah over supply sehingga berisiko cukup tinggi. Selain kedua sektor ini, perbankan juga lebih selektif menyalurkan kreditnya di sub sektor transportasi, karena perbankan menilai kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM akan meningkatkan risiko pada pembiayaan di sektor transportasi.

Gelar RUPST, PT Federal International Finance Angkat Siswadi Jadi Presdir Baru
Manajer Manchester United, Erik ten Hag

Ten Hag Ungkap Pemain Ini Bakal Bawa Kesuksesan untuk MU

Manajer Manchester United, Erik Ten Hag masih percaya dengan Casemiro, meski sang pemain dinilai sudah mengalamai penurunan performa.

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024