Muslim Abdurrahman, anggota Tim Pelangi

Sultan Tak Punya Bandar Politik

VIVAnews  - Ide penggalangan dana berawal dari tujuh orang, yang antara lain Sukardi Rinakit, Garin Nugroho, Franky Sahilatua dan Muslim Abdurrahman. Mereka ini kemudian membentuk tim yang disebut Tim Tujuh. Tim inilah yang meraba kekuatan Sultan di daerah-daerah.

4 Tanda Zodiak Paling Sederhana dan Humble, Apakah Kamu Termasuk dalam Daftar Ini?

Mereka juga mencari cara agar sultan punya “gizi” dalam pencalonan ini. Rupa-rupa cara dilakukan, antara lain mengumpulkan dana sukarela dari masyarakat. Besok, tim ini akan mengelar jumpa pers di Jakarta.

Bagaimana kelompok tim tujuh ini bekerja dan siapa menyokong mereka. Berikut  wawancara Vivanews dengan Muslim Abdurrahman, yang juga  calon angtoa legislatif dari Partai RepublikaN.

Syamsuddin Haris Heran Albertina Ho Dilaporkan ke Dewas, Sindir Dugaan Etik Nurul Ghufron

Latar belakang penggalangan dana itu bagaimana?

Ini berawal dari Yogya. Siapa tahu ini cara yang demokratis dibanding mencari biaya Pemilu melalui bandar-bandar politik. Menggunakan bandar itu berbeda dengan kultur kami di sini. Karena menggunakan bandar politik tidak sehat.

Bawaslu Ultimatum Jajaran Tak Main Mata Dalam Proses Rekrutmen Panwascam Pilkada 2024

Kami ingin menggulirkan tradisi baru bahwa politik itu dari rakyat dan mereka yang menentukan pilihannya. Karena itulah kawan-kawan di Yogya ini merancang penggalangan dana.

Mungkin nanti hasil ide ini tidak maksimal, tapi yang penting tujuannya membangun kultur.

Idenya sejak kapan?

Sudah lama. Sejak kami  melihat perlu adanya perubahan.  Bahkan sebelum ketemu Sri Sultan. Yang aktif di Tim Tujuh  adalah Franky Sahilatua (pemusik), Garin Nugroho (sineas), dan pengamat politik Sukardi Rinakit.

Penggalangan dana ini ide siapa?

Kawan-kawan lembaga swadaya masyarakat.  Tradisi kami di Yogya begitu. Selama ini kan teman-teman itu mengandalkan funding. Tapi, kami berpikir bahwa  berpolitik mengandalkan bandar, akan sangat beresiko.

Dan ide kami ini tidak ada kaitannya dengan para bandar yang sedang lesu. Para Bandar yang kena imbas krisis ekonomi dunia. Memang, penggalangan dana mungkin kecil hasilnya.

Apakah ide ini pernah disampaikan ke Sultan?

Kami memang bilang akan menggalang dana. Tim tujuh yang awalnya menggagas, kemudian tim ini  menjadi timnya Sri Sultan.

Selama ini kami semua bantingan saja menyelenggarakan berbagai kegiatan. Caranya dengan memanfaatkan akses pergaulan, misalnya media atau mengukur dan mendongkrak popularitas. Sebab itu tidak banyak mengeluarkan uang.

Nah melalui keswadayaan itulah kemudian muncul transparansi. Seperti di Amerika menyumbang secara sukarela. Jadi, kami ada prakarsa mencari pemimpin itu secara kolektif.

Ide penggalangan ini karena kami ingin sesuai dengan cita-cita politik yang sesungguhnya. Rakyat membiayai proses politik. Sebab, prakarksa rakyat inilah yang selama ini rendah.

Hal itu dalam pengertian kalau mau hidup berdemokrasi mesti bermula dari rakyat. Bukan demokrasi permodalan.

Bagaimana Sultan menanggapi ide ini?

Bagus, kata Sri Sultan. Karena Sultan sendiri bukan orang yang punya Bandar politik. Pak Sultan sendiri kalau mau pergi juga urunan. Agak unik memang.  Lalu, ide ini direalisasikan.

Siapa yang bertanggung jawab mengumpulkan dana itu?

Nanti ada sebuah simpul sehingga ada yang bertanggung jawab. Jumlah sumbangannya sukarela. Sebab, yang lebih penting ada kebersamaan memiliki proses ini. Mungkin ide ini terlalu romantis. Tapi ini akan terbuka.

Dan pasti harus ada tokoh bersih yang menjadi garansi. Misalnya akuntan publik.

Kapan dimulai penggalangan dana?

Sekarang sedang dirancang di Yogya. Sesegera mungkin kami akan memulai. Paling lambat awal tahun.

Bagaimana mengkoordinasinya?

Sekarang sedang dibuat sistemnya. Kalau dulu kami ada rancangan dukungan lewat pulsa. Siapa yang kirim pulsa sama dengan mendukung. Kalau seperti itu, kayak memilih Indonesian Idol.

Tanggapan mereka bagaimana?

Belum disosialisasikan kepada masyarakat karena sekarang digarap di Yogya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya