VIVAnews – Sejak tahun 2002 hingga 2008, satuan Tugas Pantai Kuta bersama Pro Fauna dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) telah melepaskan 7.000 tukik (anak penyu) yang bertelur di kawasan pantai berpasir putih tersebut.
Sampai saat ini, jenis penyu yang bertelur masih satu jenis saja yaitu penyu Lekang (Lepidochelys olivacea). Dari 10 ribu telur yang menetas, 7.000 dilepas ke habitatnya semua yang biasanya dilakukan warga asing maupun lokal yang berkunjung ke Pantai Kuta.
Koordinator Pro Fauna Indonesia wilayah Bali, I Wayan Wiradnyana, mengatakan jumlah sarang yang ditemukan petugas pun selalu mengalami peningkatan.
"Tahun 2008 dari 25 sarang yang kita temukan, 17 diantaranya kita relokasi. Sementara sisanya alami, artinya saat ditemukan telur sudah menetas dan penyu sudah keluar menuju laut," ujarnya, Sabtu, 3 Januari 2009.
Relokasi sarang ini dimaksudkan supaya telur-telur itu dapat dengan selamat menetas dan tak dimana anjing atau binatang lain.
Selama tahun 2008 ini, dari jumlah telur 1.924 yang menetas sebanyak 1.710 tukik.
"Kalau pelestarian penyu di Kuta juga dapat menjadi nilai plus karena di waktu-waktu tertentu, ada pemandangan pelepasan tukik yang menjadi keasyikan sendiri bagi wisatawan," tutur dia.
Apalagi di tengah maraknya pembantaian penyu yang digunakan untuk makanan, baik untuk diperjualbelikan atau dengan alasan upacara keagamaan.
Pelestarian penyu pun tak hanya di Pantai Kuta, tetapi, hampir merata di wilayah yang memiliki kawasan pantai seperti di Buleleng, Jembrana, Klungkung yang dikelola lembaga maupun masyarakat sekitar.
Laporan : Wima Saraswati/Bali
Thomas Cup dan Uber Cup Kobarkan Semangat Atlet Jelang Olimpiade 2024
M. Fadil Imran mengatakan partisipasi Indonesia dalam Thomas Cup dan Uber Cup tahun ini menjadi momen penguatan semangat para atlet menjelang Olimpiade 2024.
