VIVAnews - Israel setuju membuka "koridor kemanusiaan" agar pasokan bantuan internasional untuk rakyat Palestina di Jalur Gaza dapat masuk ke wilayah konflik tersebut. Pernyataan itu ditampilkan di laman situs Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert.
Olmert akhirnya memutuskan untuk menerima saran dari penasihat keamanan agar membuka akses bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, yang selama 11 hari terakhir terus dibombardir Israel.
Dalam situs tersebut dikatakan bahwa pintu masuk ke Gaza- di mana pasukan Israel melancarkan serangan darat terhadap Hamas, Sabtu pekan lalu, akan dibuka untuk periode tertentu, selama penduduk [Gaza] dapat menerima bantuan." Demikian dilaporkan stasiun televisi CNN, Selasa 6 Januari 2009.
Pernyataan juga menuliskan bahwa Olmert telah berbicara dengan menteri luar negeri Amerika Serikat, Condoleezza Rice, untuk memberikan informasi terbaru tentang perkembangan politik dan militer, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan kemanusian di jalur Gaza.
Sementara itu pihak rumah sakit di Gaza kemarin melaporkan bahwa mereka merawat korban dari rakyat sipil dengan jumlah lebih banyak daripada korban dari pejuang-pejuang Hamas. Makanan, air. obat-obatan, dan listrik menjadi barang langka di Gaza.
Menurut sumber dari pihak kesehatan, setidaknya 600 warga Palestina tewas dan 2.750 orang terluka sejak serangan Israel yang dimulai 27 Desember lalu. Belum lagi korban tewas akibat serangan Israel yang meledakkan sekolah milik Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), Al Falluj, yang jadi tempat perlindungan warga dari bombardir Israel, Selasa kemarin. Akibat serangan tersebit, setidaknya 34 orang tewas, kebanyakan adalah wanita dan anak-anak yang tak berdosa.
Kalangan internasional mendesak Israel agar mengizinkan kebutuhan pokok bagi warga Palestina masuk ke Gaza. "Kami mengalami kekuragan makanan, petugas kesehatan kewalahan. Warga tidak memiliki bahan bakar untuk listrik," ungkap Mohammed El-Halaby, manajer program organisasi kemanusiaan World Vision, awal pekan ini.
Asia Tenggara Bisa Jadi Pemimpin Industri Kripto Dunia, Begini Penjelasannya
Penelitian Statista mengungkapkan, pasar kripto di Asia Tenggara diproyeksikan mencapai US$1.787 juta atau sekitar Rp27,5 triliun pada tahun 2024.
