Tugu Jogja – Lambang Persatuan Rakyat dan Raja

VIVAnews - Yogyakarta, sebuah kota di Pulau Jawa yang sangat kental dengan budaya dan tradisinya. Tidak hanya dikenal sebagai Kota Budaya, Yogyakarta juga dinamai Kota Pelajar – yang sudah kita ketahui bersama bahkan sejak kita di bangku sekolah dasar.

Iran Berhasil Tangkis Serangan Israel

Sebagai kota yang tersohor, Yogyakarta memiliki suatu ikon yang menyimpan makna mendalam, yaitu Tugu Jogja. Semua orang yang berada di Yogyakarta, baik itu pelajar perantau, wisatawan, ataupun masyarakat sekitar pasti pernah berkunjung ke Tugu Jogja ini.

Tugu Jogja bagai magnet yang menarik manusia-manusia di Yogyakarta untuk mengunjunginya. Sudah menjadi kewajiban untuk mengunjungi tempat ini jika Anda sedang berada di kota Yogyakarta.

Langit Dubai Tiba-tiba Berubah Jadi Hijau Usai Banjir Besar

Tugu Jogja terletak di pusat kota. Lokasinya sangat strategis, yaitu tepat di tengah-tengah sebuah perempatan – Jalan Diponegoro (sisi barat), Jalan A.M. Sangaji (sisi utara), Jalan Jend. Sudirman (sisi Timur), dan Jalan Mangkubumi (sisi selatan).

Jika Anda hendak berkunjung ke Malioboro, tidak ada salahnya melewati rute Jalan Mangkubumi, supaya dapat melihat dengan jelas kegagahan Tugu Jogja.

Ada Luka di Dada hingga Leher pada Wanita yang Ditemukan Tewas di Dermaga Pulau Pari

Ada sebuah hal yang tidak banyak diketahui orang tentang Tugu Jogja ini. Sebenarnya bentuk Tugu Jogja saat ini berbeda dengan bentuk awal dibangunnya.

Dahulu bangunan ini disebut Tugu Golong Gilig. Nama itu diambil berdasarkan bentuknya, yaitu pada puncaknya berbentuk Golong (bulat/bola) dan bagian tiangnya yang berbentuk Gilig (silinder). Bagian dasar tugu ini berupa pagar melingkar dengan ketinggian bangunan mencapai 25 meter. Saat itu Tugu Golong Gilig menggambarkan Manungaling Kawula Gusti.

Maknanya adalah sebuah semangat persatuan rakyat dan penguasa (kerajaan) untuk melawan penjajah. Tugu Golong Gilig runtuh karena gempa yang mengguncang Yogyakarta pada 10 Juni 1867. Setelah itu Pemerintah Belanda merenovasi bangunan tugu dengan tujuan untuk mengikis persatuan antara rakyat dengan raja.

Pemerintah Belanda membangun tugu dengan bentuk persegi. Di setiap sisinya terdapat semacam prasasti yang menunjukkan siapa saja yang terlibat dalam renovasi itu. Bagian puncak tugu menjadi kerucut yang runcing dengan total ketinggian tugu adalah 15 meter.

Sejak saat itu tugu ini disebut De Wiit Paal atau Tugu Pal Putih dan sampai sekarang dikenal sebagai Tugu Jogja. Para perantau ataupun wisatawan sering datang ke tugu ini di kala tengah malam. Entah siapa yang membuatnya, tapi untuk berfoto bersama di depan tugu bahkan sampai naik menapakkan kaki di atas undak-undakan tugu menjadi suatu tradisi yang menurut mereka wajib dijalankan.

Jika memang Tugu Jogja merupakan ikon kebesaran Yogyakarta, mengapa kita sampai lancang menginjakkan kaki di atas bangunan bersejarah itu? Bukankah itu sama saja menginjak lambang kota Yogyakarta di bawah telapak kaki kita?

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya