VIVAnews - Umat Katolik di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, meminta Komisi Pemilihan Umum menggeser jadwal pemungutan suara Pemilihan Umum 9 April ke 14 April 2009. Alasannya, hari pemungutan suara itu bertepatan dengan Kamis Putih, sebuah hari penting dalam tradisi Katolik untuk menyongsong Paskah.
Ziarah rohani umat Kristiani selama pekan suci itu dilakukan mulai 6 sampai 12 April untuk mengenang kembali kisah sengsara Yesus Kristus sampai wafat di kayu salib, kemudian bangkit pada hari ketiga yang dikenang umat Kristiani dunia sebagai Hari Raya Paskah.
Jurubicara Komisi Pemilihan Umum NTT, Djidon de Haan, yang dihubungi di Kupang, Senin, 12 Januari 2009, mengatakan, permintaan tersebut disampaikan tokoh umat Katolik Flores Timur melalui surat resmi. "Dalam surat disebutkan, Pemilu bertepatan dengan kisah perjamuan malam terakhir antara Yesus Kristus dengan murid-murid-Nya yang dikenal dengan Kamis Putih atau sehari sebelum Jumat Agung," kata Djidon.
Merespons permintaan itu, dua anggota KPU NTT pergi menemui KPU pusat untuk berkonsultasi. "Persoalannya adalah, KPU NTT bukan lembaga penyalur aspirasi sehingga permintaan itu kami lanjutkan ke KPU pusat guna dipertimbangkan apakah mungkin Pemilu bisa diundur," kata Djidon.
Antisipasi golput atau tidak memilih secara besar-besaran telah dilakukan KPU NTT. KPU mempertimbangkan untuk memperbanyak tempat pemungutan suara di Flores Timur. "Setiap tahun ada prosesi Samana Santa di Flores Timur, yakni upacara mengarak Patung Bunda Maria. Upacara ini dilaksanakan bertepatan dengan pemilu. Biasanya umat Katolik dari seluruh Indonesia akan mengambil bagian dalam ritual suci itu," lanjut Djidon.
Dia menambahkan, apabila pemilu digeser maka akan berdampak pada bertambahnya jumlah pemilih, dan harus dilakukan pendataan ulang. "Sesuai aturan, yang berhak mengikuti pemilu yakni warga Negara yang berusia 17 tahun ke atas. Apabila pemilu legislative diundur sampai 14 April maka ada ribuan warga yang baru genap 17 tahun harus di data ulang," ujarnya.
Laporan Jemris Fointuna | Kupang
DPP Berani Ungkap Indonesia sedang Dilanda Krisis Paling Berbahaya
Ketua DPP BERANI, Lorens Manuputty menyoroti tiga krisis yang terjadi di Indonesia saat pelantikan tersebut. Menurut dia, Indonesia saat ini sedang mengalami krisis yang
