Polisi NTT Kejar Jaringan Mafia Imigran
VIVAnews - Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Timur terus mengejar kelompok jaringan mafia imigran gelap yang membantu meloloskan 18 imigran asal Afganistan, Myanmar dan Pakistan dari rumah tahanan imigrasi Kupang, Rabu 14 Januari 2009.
Salah satu anggota mafia, Ali Kobra, kini menjadi buronan utama aparat kepolisian. "Siapa sesungguhnya yang berada dibalik kasus ini masih dalam penyelidikan," kata Wakil Direktur Reserse dan Kriminal Kepolisian Daerah NTT, Ajun Komisaris Besar Samyulianus Kawengian di Kupang, Sabtu 17 Januari 2009.
Salah satu indikasi keterlibatan jaringan mafia, kata Samyulianus, yakni adanya kendaraan roda empat yang berada didepan rumah tahanan imigrasi saat para tahanan kabur. Mobil itu diduga membawa para imigran kabur ke pelabuhan rakyar Oeba, Kupang. Para tahanan imigrasi lantas menggunakan perahu motor Dua Mil yang juga telah disiapkan sebelumnya.
Namun naas, kapal itu tenggelam di Selat Rote. Enam imigran tewas, lima lainnya hilang. "Polisi sudah melakukan pemeriksaan terhadap beberapa saksi. Mudah-mudahan jaringan ini segera terungkap," kata dia.
Secara terpisah, Kepala Polisi Resort Kota Kupang, Ajun Komisaris Besar Heri Sulistianto mengatakan polisi memeriksa sembilan imigran yang selamat dalam peristiwa kecelakaan perahu motor di Selat Rote. "Pemeriksaan masih difokuskan pada tindak pidana penyekapan, penganiayaan, pengrusakan alat komunikasi milik Imigrasi Kupang dan pengrobekan bendera Merah Putih," kata Heri.
Mengenai keberadaan Ali Korba, Heri mengatakan, polisi telah berkoordinasi dengan polres tetangga dan aparat terkait untuk membantu melacak keberadaannya. "Kalau ada masyarakat yang mengetahui posisinya, diharapkan meaporkan kepada aparat kepolisian," katanya.
Sebelumnya, Rian Gafur (15), saksi yang juga anak buah perahu motor Dua Mil mengaku pihaknya mendapat bayaran Rp3 0 juta untuk membawa 18 imigran gelap menuju ke Pulau Pasir, Australia. Gafur pula yang menyebut keterlibatan Ali Kobra dalam jaringan mafia imigran di Nusa Tenggara Timur ini. "Ali yang menghubungi kami agar menyediakan perahu untuk membawa 18 imigran ke Pulau Pasir, Australia," katanya.
Laporan: Jemris Fointuna|Kupang