Prospek Hubungan RI-AS di Bawah Obama

"Jangan Punya Harapan Berlebihan pada Obama"

VIVAnews - Indonesia optimistis bahwa hubungan bilateral dengan Amerika Serikat (AS) di bawah presiden baru, Barack Obama akan kian erat, mengingat dia pernah melewatkan masa kecilnya di negeri ini. Namun Indonesia jangan memiliki harapan berlebihan bahwa hubungan Indonesia dan AS langsung membawa perubahan yang besar.

Demikian ungkap Retno L.P. Marsudi, Direktur Jenderal Hubungan Amerika dan Eropa, Departemen Luar Negeri Indonesia, dalam wawancara khusus kepada VIVAnews pekan lalu. Mantan duta besar Indonesia untuk Norwegia tersebut juga mengungkapkan sejumlah tantangan yang harus dibenahi Indonesia dan AS di tengah situasi global saat ini. Berikut petikan wawancaranya:

Asyik Lawan Arah, Bus Pandawa 87 Diadang Kopassus

Dari Indonesia, siapakah yang diundang untuk menghadiri pelantikan Obama?
Duta Besar RI untuk Amerika Serikat, Sudjadnan Parnohadiningrat. Beliau sudah mewakili Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan pemerintah RI.

Apa menurut Anda fokus pemerintahan presiden Barack Obama?
Dia muncul di tengah situasi global seperti saat ini. Maka yang pertama adalah bagaimana caranya keluar dari krisis finansial yang awal terjadinya karena dipicu oleh AS, sehingga akarnya memang harus diperbaiki.

Dengan situasi seperti itu, kita bisa perkirakan bahwa fokus utama pemerintahan baru Obama akan banyak tersedot perhatiannya untuk menghadapi krisis ini dan dampaknya bagi ekonomi domestiknya.

Prioritas kedua terkait pada masalah pencitraan, citra Amerika Serikat di dunia. Dari sejak kampanye, ada kepentingan Amerika untuk mengubah citra, makanya jargon kampanye presiden terpilih Obama kan ‘change’ (perubahan).

Pengakuan Mengejutkan Pelatih Australia terkait Penampilan Ernando

Itu diterapkan untuk isu domestik dan juga isu internasional.  Obama memiliki keperluan untuk mengubah image Amerika, soal ekonomi dalam negeri dan bagaimana image tersebut diperbaiki.

Dengan pemerintahan baru AS di bawah Obama, apakah pendekatan luar negeri AS akan mengalami perubahan?
Itu mungkin akan lebih mengenai apa yang kita harapkan. Dari situ kita akan melihat ada perubahan atau tidak. Tetapi yang penting  adalah, pertama, apakah hubungan kita cukup kuat dengan Amerika? Presiden (Susilo Bambang Yudhoyono) pernah mengatakan bahwa hubungan delapan tahun terakhir kita dengan AS (pada masa pemerintahan Bush) cukup solid. Nah, presiden terpilih (Barack) Obama tentunya mendapat respon yang luar biasa, tidak saja di Amerika, tetapi juga di seluruh dunia.

Freeport Indonesia Setor Rp 3,35 Triliun Bagian Daerah dari Keuntungan Bersih 2023

Intinya adalah kita menaruh harapan yang sangat besar terhadap Amerika untuk mengadakan perbaikan, artinya adalah harapan adanya penguatan pendekatan multilateralisme dan sebagainya.


Mengenai hubungan bilateral Indonesia-Amerika, apakah akan ada perubahan?
Kita sudah berangkat dari hubungan yang solid. Dengan adanya beberapa tambahan, plus pengalaman pribadi Obama pernah tinggal di Indonesia, maka hubungan yang sudah solid akan menjadi semakin kuat.

Tapi kita tidak boleh over-ekspektasi hanya karena Obama pernah tinggal di Indonesia, maka akan ada perubahan drastis. Saya kira secara logis politik kita juga tidak bisa menghitung ke arah sana.

Begini, politik luar negeri itu dihitung dari kepentingan negara lain. Jadi ada pengaruhnya, tetapi saya kira kita tidak bisa mengharapkan pengaruhnya akan sedemikian besar. Dengan meningkatnya keterkaitan kepentingan, maka otomatis pengaruh itu akan ada.

Tantangan bilateral apa yang perlu mendapat prioritas Indonesia dan Amerika Serikat di bawah kepresidenan Obama?
Dengan krisis ekonomi yang melanda, tentu masing-masing negara kemudian berusaha memproteksi dirinya. Itu respon yang alami. Nah, kalau itu terjadi tentu tantangan yang akan kita hadapi adalah bagaimana kita mempertahankan ekspor dan perdagangan kita ke Amerika, plus tetap menarik investor Amerika.

Selain itu, di tingkat akar rumput, perlu adanya pemahaman terhadap pihak lain. Jadi [tantangan] ini terkait dengan people to people contact. Walaupun banyak orang Indonesia yang katakanlah dari sisi data datang ke Amerika atau sebaliknya yang tidak bisa digolongkan kecil, banyak sekali pemahaman yang tidak pas antara Amerika terhadap Indonesia, dan sebaliknya.

Jadi hubungan Indonesia-Amerika masih perlu diperkuat dengan people to people contact.  Pada saat kita sudah bisa membangun pemahaman yang pas mengenai negara lain, maka apapun yang akan terjadi akan lebih mudah dalam menyelesaikan masalah dengan partner kita itu. Tetapi kalau pemahamannya itu sendiri sudah salah, itu akan membuat penyelesaian masalah akan menjadi lebih sulit. Ini berlaku juga dalam hubungan Indonesia dengan negara lain.

Apakah Indonesia akan mengundang Obama untuk berkunjung ke Indonesia tahun ini?
Saat melakukan komunikasi melalui telepon dengan Obama di Amerika Serikat [25 November 2008], Presiden Yudhoyono juga sudah menyampaikan undangan untuk presiden terpilih untuk datang ke Indonesia.

Amerika saat ini sedang menjajaki, apabila undangan tersebut akan dipenuhi, maka acara yang terdekat adalah konferensi APEC pada bulan November di Singapura. Apakah kunjungan akan dikaitkan dengan APEC Summit atau apakah akan dicarikan waktu terpisah, itu urusan nanti. Yang pasti dalam pembicaraan telepon dengan Obama, Presiden Yudhoyono sudah mengundang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya