Bunga Rendah Belum Tentu Picu Laju Kredit

VIVAnews - Meski penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) mulai diikuti penurunan suku bunga kredit, ekonom Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan melihat penurunan itu belum tentu akan mendongkrak pertumbuhan kredit.

Padahal pertumbuhan kredit, menurut dia, adalah salah satu indikator penting dalam perekonomian, bukan sekadar faktor suku bunga yang rendah. Ia lalu menyontohkan  Jepang yang menerapkan suku bunga hampir nol persen, namun tak ada pertumbuhan kredit karena ekonominya mengalami kontraksi.

Begitu pula di Indonesia, meski BI Rate diturunkan menjadi 8,75 persen, belum tentu debitor akan mengajukan kredit. Sebaliknya,  meski suku bunga rendah, belum tentu perbankan mau mengucurkan kreditnya. "Saat ini cash is king. Risiko yang terbesar adalah gagal bayar," kata dia di Jakarta Selasa 20 Januari 2009.

Sementara terkait investasi, saat ini perusahaan lebih banyak membutuhkan kredit dalam bentuk dolar agar ekspansi usahanya bisa berjalan. Padahal likuiditas dolar saat ini masih kering.

Seperti diketahui, seiring penurunan BI Rate sebesar 50 basis poin menjadi 8,75 persen, beberapa bank nasional telah menurunkan suku bunga acuan kreditnya. Bank Mandiri mulai hari ini menurunkan suku bunga kredit 50 basis poin, sedangkan Bank Negara Indonesia menurunkan suku bunga kredit sebesar 0,5-1 persen. Sementara Bank Tabungan Negara dan CIMB Niaga juga menurunkan suku bunga kreditnya.

Sementara Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan kredit tahun ini di level 18-20 persen. Angka itu menurun dari 2008 sekitar 30 persen.

Cekcok Hebat dan Bergumul di Kamar, Suami Sadis Ini Tega Bunuh Istri Pakai Obeng
(Tengah) Anggota Komisi C DPRD DKI, Esti Arimi Putri

Legislator Soroti Daya Beli Gen Z di Jakarta, Bisa Berkontribusi Besar Kendalikan Inflasi

Anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta, Esti Arimi Putri menilai pentingnya upaya pemberdayaan daya beli terhadap semua golongan demi mengendalikan inflasi.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024