Ekonomi Jepang Alami Kemerosotan Terburuk

VIVAnews - Ekonomi Jepang adalam triwulan terakhir anjlok akibat merosotnya permintaan global.  Situasi itu berdampak buruk bagi negara ekonomi terkuat kedua di dunia tersebut.

SKK Migas: Komersialisasi Migas Harus Prioritaskan Kebutuhan Dalam Negeri

Hari ini, 16 Februari 2009, pemerintah Jepang melaporkan bahwa Produk Domestik Bruto (GDP) Jepang anjlok 12,7 persen selama periode Oktober-Desember 2008. Ini adalah penurunan tajam bagi Jepang sejak krisis harga minyak tahun 1974. Kemerosotan ekonomi yang dialami Jepang bahkan jauh melampaui penurunan ekonomi di Amerika Serikat (3,8 persen) dan di negara-negara kawasan euro (1,2 persen).

Kemerosotan ekonomi Jepang menggarisbawahi betapa rapuhnya ekonomi negara-negara pengekspor di Asia dalam masa krisis global sekarang ini. Kemerosotan akan berujung pada pengurangan jumlah karyawan, produksi, dan laba dalam beberapa bulan mendatang. GDP Jepang telah turun 1,8 persen dalam periode Juli-September. GDP triwulan keempat jatuh 3,3 persen dari periode triwulan sebelumnya, dan untuk tahun 2008, ekonomi Jepang menyusut 0,7 persen. Ini adalah penyusutan pertama dalam sembilan tahun terakhir, kata kabinet Jepang.

Menurut para analis, tanpa adanya perbaikan, Jepang saat ini berada di tengah penurunan ekonomi sejak Perang Dunia II. "Sejak Oktober, indikator ekonomi telah terkikis," kata Tetsufumi Yamakawa, ekonom di Goldman Sachs dalam sebuah laporan. "Terjadi kemerosotan ekspor dan terutama indikator ekonomi yang berkaitan dengan produksi, yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tidak hanya di Jepang, tetapi di seluruh Asia," lanjut Yamakawa.

Nilai ekspor Jepang anjlok 13,9 persen dalam triwulan keempat karena penurunan ekonomi menghambat permintaan produk-produk perusahaan Jepang, seperti mobil dan perangkat berteknologi tinggi (gadget). Nilai mata uang yen juga memperparah kondisi eksportir-eksportir Jepang, termasuk perusahaan besar seperti  Toyota Motor Corp. dan Sony Corp. 

Pekan lalu, perusahaan elektronik Pioneer Corp., mengumumkan akan mengurangi sepuluh ribu karyawan secara keseluruhan. Pemangkasan tersebut menambah panjang daftar perusahaan-perusahaan besar Jepang yang berusaha mengurangi pengeluaran.

Sony Corp. mengurangi delapan ribu pekerja, sedangkan Nissan Motor Co. dan NEC Corp. masing-masing memecat dua puluh ribu karyawan.

Japan tergelincir ke dalam resesi di triwulan ketiga setelah GDP turun 3,7 persen dalam periode April-Juni. Kondisi ekonomi bisa disebut sedang mengalami resesi saat terjadi penurunan dalam dua periode kuartal berturut-turut. Namun para ekonom yang menggunakan parameter berbeda mengatakan bahwa kemerosotan ekonomi yang terjadi saat ini sebenarnya sudah berlangsung pada akhir 2007. (AP)

Parkir Cuma Sebentar, Mobil Ini Ditagih Rp48 Juta di Tangerang
Ilustrasi tagian listrik PLN membengkak.

Tarif Listrik April-Juni 2024 Diputuskan Tidak Naik

Kebijakan tidak menaikan tarif listrik pada April-Juni 2024 merupakan upaya pemerintah dalam menjaga daya beli masyarakat.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024