Lawatan Hillary Clinton ke Jakarta

AS Bisa Andalkan Indonesia di Dunia Islam

VIVAnews – 5 Februari 2009. Korps wartawan di Departemen Luar Negeri Amerika Serikat sudah mengantisipasi kabar bahwa Menteri Luar Negeri Hillary Clinton akan melakukan tur luar negeri pertama. Semula hanya tiga negara, Jepang, Korea Selatan, dan China.

Belakangan, daftar negara yang bakal dikunjungi bertambah satu: Indonesia. “Menteri Clinton akan mengunjungi Indonesia tanggal 18-19 Februari 2009,” kata juru bicara Deplu AS, Robert Wood, dalam jumpa pers harian. Tak lama kemudian, muncul kebingungan dari para kuli tinta. “Robert, kenapa Indonesia? Kenapa Indonesia?” tanya seorang wartawan.

Pertanyaan itu sudah dijawab langsung oleh Hillary saat berkunjung ke Jakarta. Misi yang diemban Hillary memang kurang menarik perhatian media-media Barat, yang lebih antusias dengan kunjungan dia ke Jepang, Korea Selatan, dan China.

Namun, kunjungan Hillary itu mengemban misi yang tak kalah penting bagi perubahan paradigma politik luar negeri Amerika sekaligus berpotensi mendongkrak reputasi Indonesia di manca negara.

Selama kurang dari 24 jam di Jakarta, Hillary meyakinkan Indonesia bahwa negara ini sangat dibutuhkan Amerika dalam upaya Washington merubah citra internasionalnya - terutama di dunia Islam. Perubahan citra itulah yang sedang diperjuangkan oleh Amerika di bawah pemerintahan Barack Obama.

29 Pati TNI Naik Pangkat Satu Tingkat Lebih Tinggi, Ini Daftar Namanya

Setelah dilantik sebagai presiden baru, Obama berharap Amerika jangan lagi dianggap musuh, melainkan sahabat bagi dunia Islam. Begitu pula sebaliknya, Amerika kini berupaya menjadi pendengar yang baik dan tidak lagi seenaknya mendikte mitra-mitranya sehingga menjadi tidak simpatik.

Indonesia memang bukan negara Islam. Namun, dengan status sebagai negara berpenduduk Muslim terbanyak di dunia dan mayoritas mereka adalah Muslim yang toleran dengan keberagaman, dukungan dari publik di Indonesia bisa menjadi mitra yang dapat diandalkan Amerika dalam merubah citranya. 

"Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia dan demokrasi terbesar ketiga, Indonesia akan memainkan peran penting dalam mempromosikan nilai-nilai yang kita sepakati bersama di masa depan," kata Hillary saat menggelar konfrensi pers dengan Menteri Luar Negeri Indonesia, Hassan Wirajuda. 

Pernyataan itu tidak saja Hillary utarakan kepada Wirajuda, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, maupun para pejabat Indonesia. Dalam jamuan makan malam dengan para tokoh masyarakat, Hillary mengakui bahwa sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia ternyata sukses menciptakan suasana harmonis dalam pelaksanaan sistem demokrasi dan penegakan hak asasi manusia.

"Bila saya berkeliling dunia dalam tahun-tahun berikut, saya akan bilang kepada negara yang saya kunjungi: Bila Anda ingin tahu apakah Islam, demokrasi, modernitas, dan hak-hak perempuan bisa selaras, maka pergilah ke Indonesia," kata Hillary.  

Pernyataan Hillary itu jelas bisa menjadi iklan bagi Indonesia bahwa negara ini tak boleh dipandang sebelah mata dalam menciptakan hubungan yang harmonis antara dunia Islam dengan negara-negara Barat seperti Amerika. Cendekiawan Muslim, Azyumardi Azra, menilai bahwa pernyataan Hillary merupakan pengakuan tersendiri dari AS atas Indonesia.

"Ini menunjukkan kebutuhan AS atas Indonesia karena keunggulan Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar namun demokratis dan berhubungan baik siapa saja, baik dengan negara Barat, Arab, termasuk negara-negara yang sedang bertikai," kata Azyumardi, yang turut menghadiri jamuan makan malam bersama Hillary.

Sedangkan anggota Komisi I DPR, Marzuki Darusman, melihat peran Indonesia bagi Amerika dalam kerangka yang lebih luas. Menurut Marzuki, Amerika mengharapkan Indonesia mengambil peran penting dalam dialog antarperadaban, khususnya sebagai jembatan antara dunia Islam dengan dunia Barat

"Saat ini, peran Indonesia baru dimulai sebagai negara demokrasi besar yang mayoritas penduduknya beragama Islam sehingga Indonesia bisa memainkan peranan positif dalam memecahkan masalah hubungan antarperadaban," kata Marzuki.

Kini, bola berada di tangan Indonesia, apakah serius membantu Amerika dalam menyampaikan perubahan citra dari Washington kepada dunia Islam. "Inilah yang menjadi tantangan yang baru bagi Indonesia dan berpulang kepada kita mau merumuskan bagaimana menjalankan peranan itu bersama-sama," ujar Marzuki.

Maka, seperti diutarakan pengamat hubungan internasional dari Universitas Parahyangan, Prof. Anak Agung Banyu Perwita, pemerintah Indonesia harus mempersiapkan usulan-usulan yang lebih operasional dalam memperbaiki hubungan Amerika dengan negara-negara Muslim. "Usulan itu harus operasional dan diterima Amerika Serikat. Dengan demikian dapat mengangkat nama Indonesia," kata Perwita.

OIKN saat diskusi pengembangan ekosistem start up

Otorita IKN Dukung Pengembangan Ekosistem Startup di IKN

Pembentukan ekosistem startup dan UMKM sangat penting dalam mencapai target Indonesia Emas 2045

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024