Ingin Dominasi Pasar Jepang

Tekstil Indonesia Berambisi Geser China

VIVAnews - Dominasi tekstil China di pasar Jepang tampaknya hendak diambil alih tekstil nasional.

Akhirnya Letkol Danu Resmi Jadi Komandan Pasukan Tengkorak Kostrad TNI Gantikan Raja Aibon Kogila

"Setelah penandatanganan perjanjian ekonomi Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA), kami yakin mampu menggeser China sebagai eksportir tekstil terbesar di Jepang," kata Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia Benny Soetrisno di sela-sela Seminar "Situasi Terkini Pasar Tekstil dan Garmen Jepang" di kantor Departemen Perindustrian, Jalan Gatot Subroto, Jalarta, Senin 23 Februari 2009.

Hingga akhir 2007, China masih menjadi eksportir nomor satu di Jepang dengan pangsa pasar 77 persen. Sedangkan Indonesia, harus puas di posisi kedua dengan pangsa pasar yang masih sangat kecil, yaitu 1,76 persen.

Namun, target Indonesia pada 2008, pangsa pasar tekstil dan produk tekstil nasional di Jepang akan naik menjadi 3 persen. "Angka itu akan meningkat lagi menjadi 3,5 persen pada tahun ini," kata Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Departemen Perindustrian Anshari Bukhari.

Benny menyarankan, industri dalam negeri tidak perlu terburu-buru menguasai pasar Jepang. Pelan-pelan saja, karena karakter orang Jepang teliti dan hati-hati, namun sekalinya terikat akan setia sehingga sulit ditembus. Keinginan serupa, menurut Benny, juga dikemukakan pemerintah Jepang.

"Mereka ingin sebanyak mungkin mengurangi ketergantungan impor tekstil dari China," kata dia. Menurut Benny, alasan Jepang tersebut dikarenakan tidak ingin terlalu tergantung dengan satu negara. "Yang namanya ketergantungan itu tidak baik, meski demikian Jepang tidak bisa memaksakan pasarnya untuk tidak membeli produk China, mereka hanya memberikan stimulan untuk membeli juga tekstil dari ASEAN," ujarnya.

Selama ini, Benny menambahkan, dominasi China terjadi karena jarak antara kedua negara yang berdekatan. "Naik kapal cuma dua hari, kalau dari Indonesia bisa sampai seminggu," katanya. Untuk masalah logistik, Indonesia harus bersaing dengan Vietnam dan Thailand yang jarak tempuhnya sama.

"Yang penting memperkuat kemitraan dengan Jepang, perbanyak partner dagang di sana," ujar Benny. 

Hal serupa disarankan Director International Textile and Clothing Trade Office Manufacturing Industries Bureau Ministry of Economy, Trade and Industry Japan Shigeru Takagi. "Ingin masuki pasar Jepang harus punya partner di Jepang untuk bekerja sama," katanya.

Selain itu, menurut Takagi, industri garmen harus selalu melihat permintaan pasar dan memperhatikan kondisi aktual. "Jepang, seperti yang dikatakan Menteri, kondisi pasarnya berubah dengan cepat karena pengaruh empat musim, dalam jumlah terbatas dengan siklus yang pendek," katanya.

Menteri Perindustrian Fahmi Idris dalam sambutannya mengatakan industri tekstil dan produk tekstil nasional harus mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang pasar Jepang, termasuk di dalamnya produk, tren mode dan disain, material, sistem distribusi, dan negara-negara kompetitor lain.

Mitsubishi Fuso Resmikan Diler 3S Baru di Morowali

Karena itu, setelah seminar ini, Jepang akan melakukan kunjungan ke beberapa pabrik di Bandung. Begitupun sebaliknya, Indonesia akan lakukan kunjungan balasan ke Jepang. "Mereka akan melihat sejauh mana produksi dalam negeri bisa diterima di pasar Jepang," kata Fahmi. 

Dijadwalkan, besok 24 Februari, delegasi Jepang akan mengunjungi beberapa industri di Bandung, seperti PT Guccitex, PT Deliatex, PT Metro Garmin, PT Daisei, dan PT Delami, serta Balai Besar Tekstil Bandung. Sedangkan sehari setelahnya, Rabu 25 Februari pukul 14.00 - 17.00 WIB di kantor Departemen Perindustrian akan dilaksanakan Working Group kedua untuk menindaklanjuti hasil seminar dan kunjungan ke Bandung.

"Pasar Jepang karakteristiknya unik, high fashion dan high value (berselera tinggi) dalam small batch small lots (dalam jumlah terbatas)," kata Fahmi. Selain itu, pasar Jepang menuntut proses angkut yang singkat dan memenuhi permintaan empat musimnya.

Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kojiro Shiori menemukan fakta bahwa eksportir Indonesia ke Jepang dibandingkan eksportir Jepang yang masuk ke Indonesia. "Untuk produk tekstil dan garmen, Jepang hanya keluarkan 4.500 sertifikat origin, sedangkan Indonesia sudah keluarkan 22 ribu sertifikat untuk eksportirnya," kata Shiori. Hal itu berarti, dia menambahkan, ekspor Indonesia akan bisa terus meningkat seiring banyaknya eksportir yang diberikan sertifikat.

Selain itu, investasi Jepang ke Indonesia mengalami peningkatan dua kali lipat menjadi US$ 1,365 miliar dibandingkan tahun 2007. Benny menjelaskan Jepang lebih menyukai investasi industri hulu atau bahan baku untuk pakaian. Tercatat hanya satu investasi pakaian jadi dari Jepang, yaitu Tokai Texprint Indonesia.

Ilustrasi jenis sabu.

Polres Malang Bongkar Home Industry Sabu di Jatim

– Satuan Reserse Narkoba (Satresnarkoba) Polres Malang berhasil membongkar praktik produksi narkotika jenis sabu di wilayah Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan.

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024