Pekan Depan, BEI Panggil Lagi Broker KOS

VIVAnews - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) akan mengundang kembali 34 perusahaan efek anggota bursa (AB) yang sebelumnya menyatakan kesiapannya bertransaksi kontrak opsi saham (KOS).

"Pekan depan kami akan sosialisasi lagi kepada AB tentang penerapan KOS," kata Direktur Perdagangan Saham, Riset, dan Pengembangan Usaha BEI, MS Sembiring, di gedung bursa efek, Jakarta, Senin 6 April 2009.

Menurut Sembiring, sebagian AB sudah menyiapkan sistem untuk memperdagangkan KOS. Namun, sebagian yang lain masih meminta waktu untuk menyiapkannya.
 
"Kami ingin melihat lagi kemantapan dan kesiapan mereka," ujar dia.

Upaya itu dilakukan untuk memastikan apakah sistem perdagangan derivatif tersebut sudah bisa dijalankan.

Sebelumnya, Direktur Utama BEI, Erry Firmansyah, mengatakan, sistem internal BEI sudah siap untuk meluncurkan perdagangan derivatif KOS pada 1 April 2009. Namun, peluncuran tersebut akan bergantung kesiapan AB.

Dia mengungkapkan, pada 2008, pihaknya telah menerima pengajuan kesiapan dari 34 AB untuk memperdagangkan produk derivatif tersebut. Selanjutnya, semua AB akan menyiapkan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).

Pemerintah Harus Antisipasi Kebijakan Ekonomi-Politik Imbas Perang Iran-Israel

"Tim derivatif BEI sedang mengecek kesiapan remote trading itu," tuturnya belum lama ini.

Sebelumnya, BEI menargetkan produk KOS bisa diluncurkan pada awal April 2009. Pada produk tersebut, terdapat beberapa saham underlying yang bisa dijadikan pilihan investasi.

BEI mengajukan 20 saham underlying pilihan yang masuk indeks futures stock option. Saham underlying pilihan tersebut bagian dari perubahan aturan transaksi derivatif yang diajukan otoritas bursa kepada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK).

Indeks futures merupakan kontrak berjangka dengan indeks sekumpulan efek sebagai underlying.

Berdasarkan data yang diperoleh VIVAnews, 20 saham underlying pilihan itu adalah:
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM)
PT Bumi Resources Tbk (BUMI)
PT Astra International Tbk (ASII)
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)
PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO)
PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)
PT United Tractors Tbk (UNTR).
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
PT Indosat Tbk (ISAT)
PT Bank Danamon Tbk (BDMN)
PT Semen Gresik Tbk (SMGR)
PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA)
PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
PT Timah Tbk (TINS)
PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG)
PT Truba Alam Manunggal Engineering Tbk (TRUB)
PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).

Saham-saham itu dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas, kapitalisasi pasar minimum Rp 500 miliar, rata-rata perdagangan, volatilitas, dan fundamental. Namun, jumlah saham yang menjadi underlying transaksi derivatif itu bisa bertambah.

Mensos Risma

Mensos Risma Berikan Pesan ke Konten Kreator: Tidak Usah Takut untuk Melangkah!

Dalam acara bertajuk YouTube Seribu Kartini Beda Tapi Sama di Jakarta, Jumat,19 April 2024, Menteri Sosial Risma mengemukakan bahwa seorang kreator konten tidak takut.

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024