VIVAnews - Pemilu di luar negeri tak berlangsung hingar bingar seperti di tanah air. Jika pemilih dalam negeri sampai bosan melihat foto para calon yang terpampang di ruang-ruang publik, lengkap dengan janji-janji, para pemilih di luar negeri nyaris tak mengenal siapa bakal calonnya di parlemen.
Sekretaris Jenderal Persatuan Pelajar Indonesia-Belanda, Yohanes Widodo mengatakan kurangnya sosialisasi calon membuat mahasiswa tak semangat ikut pemilu. Kalaupun terpaksa ikut, pemilu tak dianggap serius. "Hanya untuk hiburan saja," kata Yohanes kepada VIVAnews, Jumat 10 April 2009 dini hari.
Awalnya, cerita Yohanes, para mahasiswa mengira kertas suara berisi foto-foto para calon. "Jadi bisa dilihat mana yang cantik atau yang ganteng," kata dia.
Namun ternyata kertas suara hanya berisi daftar para calon. "Akhirnya ada memilih hanya karena nama calon yang tercantum aneh," kata Yohanes.
Sebelumnya, keluhan kurangnya sosialisasi calon datang dari Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia (PPIA).
Menurut Ketua PPIA, Mohamad Fahmi, pemilih di Australia hanya punya informasi terbatas soal calon yang mewakili mereka di parlemen. Jangankan mengetahui visi dan misi calon. "Para calon pemilih kebanyakan belum pernah mengetahui wajah atau nama para calon wakilnya di Dewan," kata dia.