Hiddink & Bayang-bayang Mr Semifinalist

VIVAnews - Satu kaki Chelsea bersama Guus Hiddink telah menapak ke semifinal Liga Champions 2008/2009. Tapi, bukan itu tujuan utama Meneer Hiddink.

Kemenangan 3-1 Chelsea di kandang Liverpool, Anfield, pertengahan pekan lalu, jadi bekal berharga buat pasukan Hiddink. Laga berat di leg 2, sepertinya akan jadi mudah karena dimainkan di Stamford Bridge.

Ya, Chelsea sepertinya telah mencium aroma sukses kembali di bawah arahan Hiddink. Sejenak publik Bridge melupakan bayang-bayang Jose Mourinho yang sempat menghantui pendahulu Hiddink, Luiz Felipe Scolari.

Seperti halnya Mourinho, Hiddink punya prinsip kepelatihan yang kesohor. Meneer berusia 62 tahun ini juga punya kata-kata pengobar motivasi yang akan selalu diingat fans The Blues.

"Jika sebuah tim merasa bisa menyiksa lawannya, sangat bodoh jika tim itu takkan melakukannya. Beruntung, Chelsea tahu itu dan masih punya cita rasa sukses," koar Hiddink.

Chelsea tampaknya tak kesulitan melangkah ke semifinal. Langkah Frank Lampard cs semakin mudah dituntun oleh salah satu master kepelatihan di dunia, Hiddink.

Padahal, Liverpool sempat jadi mimpi buruk Chelsea. Bukan hanya di Liga Champions, tapi juga Liga Inggris (Premier League). Dua kekalahan, 0-1 di Bridge (akhir Oktober) dan 0-2 (awal Februari) di Anfield membukakan pintu pemecatan buat Scolari.

Tapi di bawah Hiddink, Si Biru nyaris tanpa cela meladeni Si Merah. Hiddink tahu betul dan punya resep jitu meredam Liverpool di kandangnya.

Terpenting, Hiddink bisa membangkitkan kembali skuad Chelsea yang jinak di bawah Scolari. Kini, Lampard cs jadi sangat garang.

Dua kunci yang hilang di era Big Phil kini telah ditemukan Hiddink: Didier Drogba dan Michael Ballack. Di era Big Phil, keduanya hanya jadi cameo. Kini, Drogba dan Ballack menjadi aktor utama dalam skema Hiddink.

Branislav Ivanovic akan jadi satu kunci lagi buat Hiddink. Ivanovic yang berharga mahal, dulu hanya memanaskan bangku cadangan Scolari.

Meski berposisi sebagai bek, Ivanovic membuktikan sebagai "raja udara." Bukan hanya di Liga Champions, tapi di Premier League saat melawan Bolton Wanderers.

Bersama kunci-kuncinya itu, Hiddink mampu melangkahi Rafael Benitez. Master lain di Liga Champions.

Lucky Guus

Di negerinya, Belanda, Hiddink sering mendapatkan julukan Lucky Guus. Tentu, tak lain akibat keberuntungan yang didapatnya saat melatih sebuah tim.

Kedatangan Hiddink di Stamford Bridge juga dibarengi keberuntungan dengan pulihnya Michael Essien. Si Bison dari Ghana ini adalah nyawa lini tengah Chelsea.

Essien menjadi figur kunci Chelsea saat melawan Liverpool. Ia berhasil mematikan nyawa permainan The Reds, Steven Gerrard.

Essien sekaligus memutus mata rantai penyerangan antara Gerrard-Fernando Torres. Selama ini, Stevie G memang menjadi katalisator permainan Torres.

"Tak sulit menemukan senjata utama Liverpool. Triangle Torres-Gerrard-Dirk Kuyt serta bek kanan Alvaro Arbeloa. Triangle ini harus dimatikan dan Essien menjadi kunci meredamnya," tutur Hiddink.

Hiddink kembali diuntungkan di leg 1 karena "gelandang angkut air" Liverpool asal Argentina, Javier Mascherano, absen. Menarik melihat duel antara "dua binatang": Essien dan Mascherano di leg 2 nanti.

Di leg 2, Liverpool harus membenahi pertahanannya jika tak ingin kembali dikoyak tombak-tombak lapar Chelsea.

Pertahanan The Reds sangat old fashioned dengan mengandalkan zonal marking. Padahal, kemampuan individu para pemain Chelsea sangat bagus. Benitez lupa akan hal itu dan tak melakukan man to man marking. Akankah Rafa mengubahnya di leg 2 nanti?

Mr Semifinalist

Semifinal Liga Champions musim ini tampaknya akan mudah digapai pasukan Hiddink. Seperti sebelumnya saat ia menangani Belanda di Piala Dunia 1998, Korea Selatan di Piala Dunia 2002 dan Rusia di Euro 2008.

Di kandang, Hiddink enam kali menaklukkan Liga Belanda (Eredivisie). Tapi, di luar kandang ia hanya berpredikat Mr Semifinalist.

Barcelona yang telah mengantongi kemenangan 4-0 atas Bayern Munich di leg 1 tampaknya akan jadi tantangan terbesar Hiddink di semifinal. Di sinilah, Hiddink akan coba menghapus label Mr Semifinalist.

Dan tentu, ia akan berusaha keras melakukannya. Apalagi, Avram Grant sukses membawa Chelsea ke final musim lalu.  

Bayang-bayang sukses meraih Piala Champions 1988 bersama PSV Eindhoven jadi motivasi terbesar Hiddink. Saat itu, Hiddink yang masih berusia 42 tahun mencatatkan sejarah.

PSV mampu menjadi treble winners. Raihan itu mendahului sejarah berikut yang diukir Manchester United 1999.

Melihat fenomena itu, publik Chelsea tak salah jika berucap,"in Guus we trust!"

Viral Seorang Remaja Jalan Puluhan Ribu Langkah demi Datang ke Masjid untuk Hal Ini

Disarikan dari blog Phil McNulty
Kolomnis BBC

Chandrika Chika

Chandrika Chika Terjerat Kasus Narkoba, Terkena Kutukan Podcast Deddy Corbuzier?

Penangkapan Chandrika Chika seolah-olah merupakan kutukan podcast selebritas Deddy Corbuzier yang membuatnya menjadi peristiwa yang mengejutkan.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024