Sri Mulyani Indrawati

Super Woman di Pusaran Krisis


VIVAnews - I mirip super woman. Selama hampir enam jam hingga pukul 02.00, Kamis dini hari, ia masih mengikuti rapat membahas anggaran di DPR. Namun, Kamis pagi pukul 08.00, ia sudah memimpin upacara hari ulang tahun Departemen Keuangan.

Selanjutnya, seperti biasa, rapat marathon digelar dengan pindah-pindah tempat. Dari kantornya di Lapangan Banteng, gedung DPR di Senayan dan ke Istana Negara, Jakarta. Setiap hari, jarum jam terus berputar. Dari pagi hingga sore, kemudian tak terasa sudah larut malam dan menjelang pagi lagi. Hampir tak ada libur. Sabtu dan Minggu juga tetap sering menjadi hari kerja bagi dirinya dan jajarannya.

Kondisi itu berlangsung terus menerus sejak bursa Wall Street anjlok beberapa hari menjelang Lebaran, 1 November. Melihat situasi cukup gawat,  tak jarang ia memimpin rapat internal mulai pukul 05.00 subuh. Di tengah kesibukannya memimpin rapat soal nasib ekonomi negeri ini, ia ditinggal pergi ibunya untuk selamanya.

Namun, ia cukup tegar. Padahal, wartawan yang sering mengikuti kesibukan Menteri Keuangan Sri Mulyani banyak yang sempoyongan hingga jatuh sakit. Mantan Direktur Eksekutif IMF kawasan Asia ini justru tetap bersemangat. Ia seolah tak kenal lelah. Ia bahkan tetap tampil cerah dengan senyum merekah saat memimpin upacara Hari Keuangan pada 30 Oktober lalu.

"Pokoknya tetap semangat," ujar Pelaksana Tugas Menko Perekonomian itu saat ditanya soal rahasianya menjaga stamina. Ia hanya menjawab dengan nada canda apakah kakinya kuat atau tidak mengenakan sepatu hak tinggi sambil berkebaya putih.

Tim ekonomi kabinet pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla memang menghadapi situasi sangat berat. Bukan hanya negara super power, Amerika Serikat yang jatuh. Banyak negara lain bertumbangan tak mampu menghadapi krisis.

Smart Finance Gandeng CBI Redam Risiko Kredit Macet

Bahkan, negara yang lebih maju seperti Singapura dan Korea Selatan pun harus meminta fasilitas bantuan Federal Reserve masing-masing senilai US$ 30 miliar untuk menyelamatkan bank-bank mereka.

"Hari-hari ini, situasinya memang sulit," ujar Sri Mulyani. "Kami harus siaga penuh 24 jam memantau krisis global dan imbasnya buat ekonomi Indonesia."

Untuk menghadapinya, dia bersama jajarannya berjanji berusaha mencari cara terbaik guna melindungi negara ini dari berbagai gempuran buruk krisis keuangan. Menurut dia, kemampuan sebuah departemen akan diuji justru di saat menghadapi tantangan sesungguhnya. "Kami tak bisa menjadi Departemen Keuangan terbaik, jika tidak diuji dengan situasi terburuk."

Kerja marathon dan tindakan tim ekonomi yang dipimpin Doktor Kebijakan Ekonomi jebolan Universitas Illinois Urbana, Amerika Serikat ini memang tak sia-sia. Kurs rupiah dan bursa saham memang anjlok seperti terjadi di negara-negara di belahan dunia lainnya.

Ekonomi Indonesia memang juga belum jelas apakah akan terseret ke pusaran krisis. Namun, setidaknya, pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam tiga triwulan 2008 masih di atas 6 persen. Ekonomi negeri ini  tetap jalan meski negara-negara lain diambang resesi.

Situasi yang dialami negara berpenduduk 230 juta jiwa ini juga tidak terlalu buruk jika dibandingkan negara-negara lain. Kondisi negeri ini tidak separah negara-negara emerging markets yang belakangan semakin ramai menyerbu dan meminta bantuan Dana Moneter Internasional, Federal Reserve atau bank-bank sentral Eropa.

Barangkali lantaran kerja kerasnya itu pula, ia mendapatkan kado dua penghargaan sekaligus pada Kamis lalu, 30 Oktober 2008. Ia dianugerahi sebagai Menteri Keuangan Asia Terbaik 2008 dari majalah Emerging Markets Asia, serta Menteri Keuangan Terbaik 2008 versi majalah Euro Money. Dua hari sebelumnya, ia juga mendapatkan penghargaan Bung Hatta sebagai tokoh anti korupsi.

Mantan dosen ekonomi UI itu dianggap berhasil membawa ekonomi Indonesia tetap tumbuh di tengah hantaman krisis yang mendera dunia. Ia juga dinilai sukses melakukan pembenahan tata kelola birokrasi Departemen Keuangan sehingga semakin membaik.

Mendapatkan penghargaan tersebut, ia mengaku berterima kasih kepada para kolega tim ekonomi Indonesia. Mereka adalah Gubernur Bank Indonesia Boediono, Menteri Perdagangan Mari Pangestu, Menteri BUMN Sofyan Djalil dan Ketua Panitia Anggaran DPR Emir Moeis.

"Saya ucapkan terimakasih. Penghargaan ini untuk seluruh staf Departemen Keuangan," ujarnya. Namun, ibu kelahiran Lampung, 46 tahun lalu itu dengan jujur mengaku penghargaan tersebut justru menjadi beban berat bagi dirinya di tengah krisis global. Karena itulah, ia meminta jajarannya terus memantau perkembangan ekonomi negeri ini selama 24 jam penuh.

Siap Bersaing, Jakarta Livin Mandiri Umumkan Daftar Pemain Tim Putri di Proliga 2024
Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Demokrat Herzaky Mahendra Putra.

Demokrat Munculkan Nama Dede Yusuf untuk Pilkada Jakarta 2024

Partai Demokrat menyebut nama kadernya Dede Yusuf yang potensial untuk diusung dalam Pilkada Jakarta 2024.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024