Ulasan Uni Z Lubis dari Peru

APEC, Sebuah Forum Foto Bersama

VIVAnews - Pertemuan tahunan pemimpin ekonomi yang tergabung dalam forum Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC), yang dimulai 16 tahun lalu, belakangan dikritik sebagai forum foto bersama yang kehilangan greget. Forum ini dinilai hanya berhenti dalam tataran basa-basi dan seremoni.

Maklumlah, fokus penting yang mendasari kepentingan membentuk forum APEC, yakni mewujudkan perdagangan yang bebas dan arus investasi yang terbuka di kawasan Asia Pasifik, seolah menjadi cita-cita yang sulit terwujud gara-gara terus mandeknya perundingan agenda Putaran Doha dalam kerangka Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Padahal, perundingan agenda Putaran Doha telah berlangsung selama tujuh tahun.

Gagalnya perundingan Putaran Doha Juni tahun ini di Jenewa, misalnya, sempat membuat para menteri perdagangan yang menjadi negosiator negaranya. Bahkan Direktur Jendral World Trade Organization (WTO), Pascal Lamy emosional dan nyaris menangis setelah gagal mencapai konsensus terutama menyangkut sektor pertanian. Mereka seperti kelelahan, dan nyaris putus asa setelah berdebat selama sepekan saat itu.

"India dan Amerika Serikat sangat keras menentang beberapa masukan negara lain, dan ini sangat menyulitkan tercapainya konsensus," kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu kepada para jurnalis, termasuk wartawan ANTV, Uni Z Lubis, yang ikut dalam rombongan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Salah satu kepentingan Indonesia yang terus diperjuangkan adalah fleksibilitas dalam penerapan tarif bea masuk bagi produk pertanian, tanpa menunggu harga dalam negeri anjlok sampai titik terendah. Indonesia memperjuangkan hal ini untuk melindungi kepentingan petani kita.
 
Krisis ekonomi global yang dipicu oleh krisis finansial di Negeri Paman Sam membuat situasi berubah. Tak ada negara yang tak terkena imbas krisis. Jika tak segera ditangani secara tepat dan efektif, dipastikan krisis ekonomi kali ini bisa menyeret dunia dalam resesi global sebagaimana yang terjadi tahun 1930-an.

Tak mengherankan jika KTT G20 yang berlangsung 15-16 November lalu di Washington DC, AS, menjadi perhatian dunia. Begitu pula KTT APEC selama dua hari (22-23 November) di Peru, menjadi relevan. Media internasional memonitor penuh apa yang dihasilkan dari kedua pertemuan tingkat kepala negara tersebut. 
 
Menyadari urgensi dan situasi yang melatarbelakangi pertemuan kali ini, tak heran jika dalam Deklarasi Peru yang dibacakan tuan rumah APEC 2008, Presiden Alan Garcia, dipilih judul yang mencerminkan semangat dan tekad baru, "A New Commitment to Asia Pacific Development". Deklarasi setebal tujuh halaman folio itu memaparkan secara detil komitmen pemimpin ekonomi APEC atas sejumlah hal yang diharapkan bisa mendorong penyelesaian krisis global.

Konsensus atas agenda Perundingan Doha menjadi sorotan utama. Untuk pertama kalinya dibuat jangka waktu agar konsensus dicapai. Pemimpin APEC menugasi para menteri perdagangan memastikan bahwa Desember tahun ini, konsensus harus dicapai. Untuk itu setiap kali terjadi kebuntuan, para pemimpin secara langsung akan mlakukan intervensi.

Mengenai penanganan krisis finansial global, Presiden Alan Garcia bahkan mengatakan komitmen APEC untuk mengatasi krisis dalam waktu 18 bulan dari sekarang. Dalam konteks ini maka Deklarasi Washington yang dicapai dalam KTT G20 lalu akan menjadi panduan utama penyelesaian krisis finansial global, yang antara lain akan melalui proses restrukturisasi arsitektur keuangan global dan penyediaan dana pendukung bagi negara berpendapatan menengah agar dapat memberikan stimulus bagi perekonomiannya dan menjaga sektor rielnya agar tetap berjalan baik.
 
Sejumlah komitmen yang diperbarui dalam pertemuan APEC kali ini antara lain adalah pentingnya meningkatkan integrasi ekonomi di kawasan Asia Pasifik. APEC juga menyoroti pentingnya menerapkan reformasi struktural atas tiga pilar, yakni liberalisasi perdagangan dan investasi, fasilitasi bagi dunia usaha serta bantuan teknis dan kerjasama. Ketiganya dianggap sebagai kunci bagi terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang stabil di kawasan Asia Pasifik.
 
APEC juga memiliki komitmen baru untuk meningkatkan ketahanan pangan di kawasan Asia Pasifik, sebagaimana juga pentingnya ketahanan dan ketersediaan energi. Dimensi sosial mendapatkan perhatian penting dengan komitmen mempromosikan pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) sebagai upaya mengajak sektor swasta dalam penanganan krisis. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam penjelasan hasil APEC kepada wartawan Indonesia, mengatakan optimistis bahwa CSR akan berkontribusi untuk meringankan dampak krisis bagi masyarakat sekitar tempat usaha. Potensinya cukup besar, untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN), misalnya, terdapat dana sekitar Rp 1 triliun yang dapat dialokasikan untuk kegiatan CSR.
 
Di luar hal di atas, Deklarasi Peru juga memperbarui dan memperluat komitmen pemimpin ekonomi APEC atas pemberantasan korupsi, penanganan terorisme, perubahan iklim, pengurangan dampak bencana alam dan memperkuat aspek kelembagaan APEC sebagai forum yang dapat secara cepat merespons permasalahan yang terjadi di kawasan Asia Pasifik.

Oknum Polisi Calon Perwira Aniaya Istri yang Sedang Hamil, Dilaporkan ke Polda Sumut
Ilustrasi bunuh diri.

Polisi Sebut Tak Ada Indikasi Meli Joker Dibunuh Kekasih, Dipastikan Bunuh Diri

Polisi sudah memeriksa kekasih dari Selebgram Meli Joker atau yang memiliki nama asli Fitri Meliana yang tewas gantung diri dan disiarkan secara live Instagram.

img_title
VIVA.co.id
16 April 2024