Berita dari Pembaca

Gerbong Maut

VIVAnews - Gerbong maut diberangkatkan dari Bondowoso 23 November 1947 atau 61 tahun lalu dan perintah pemindahan 100 tawanan yang dinyatakan sebagai extremist yang melakukan "subversieve activiteit" ditanda tangani oleh : J van den Dorpe, 2de Luit. der Mariniers, 23 November 1947.

Sang letnan dua ini bertugas dalam: Veilicheidsdienst Mariniers Brigade SHK-IV Bodowoso.

Tiga gerbong maut disimpan di Stasiun Bondowoso,Stasiun Wonokromo dan Museum Brawijaya Jl. Ijen 25A Malang
 
Gerbong depan      : 24 tawanan hidup semua
Gerbong tengah     : 38 tawanan, meninggal 8 orang
Gerbong belakang  : 38 orang, meninggal semua
 
Saat tiba di Wonokromo setelah perjalanan 13 jam total 44 meninggal, 12 orang sakit payah, 12 lemas dan hanya 32 yang bisa mengurus jenazah sampai jam 02.00 dinihari sebelum mereka dikirim ke penjara Bubutan.

Peristiwa ini tercatat dalam buku "De Excessennota" yang terbit tahun 1995 - ingeleid door Jan bank, diterbitkan oleh Sdu Uitgeverij Koningennegracht Den Haag 1995. Lihat halaman 21: “Bij een dertien uur durend trein transport van 100 Indonesische gevangenen in drie afgesloten goederenwagens van Bondowo so naar Soerabaja,kwamen 46 gevangenen door verstiking om het leven ...”
 
Karena waktunya berdekatan, dalam buku Excessennota halaman 22 tercantum : 9 december 1947 Rawahgede dsb.

*

RASANJA lontjeng tanda pukul satu belum lama dipukul, kok sipir pendjara sudah membangunkan kita?

"Bangun,bangun dan siap-siap pindah,bereskan semua barang-barang"

Rupanja kita djadi juga pindah setelah kemarin sempat dibatalkan mendadak. Maka dipagi buta kami membereskan semua barang jang tidak banjak jumlahnja.

Dipagi buta dan masih gelap, kami digiring keluar penjara dan setelah melewati gerbang utama,semua seratus tawanan berdjalan beriringan keluar halan pendjara Bondowoso jang terletak disebelah Timur Alun-alun, bersebelahan dengan Kantor Pos.

Gunung Ruang Erupsi Tim SAR Susuri Pesisir Laut Kepulauan Sitaro Evakuasi Warga Tertinggal

Kita berdjalan dengan diam, setelah Kantor Pos belok kekiri melewati tenis baan,kemudian menudju kearah pasar.Pengawal jang berjalan disebelah kita banjak sekali, semua diam sepandjang jalan di pagi jang dingin.

Kita tahu arahnja pasti ke stasiun dan setelah melewati djembatan dan Gedung Karesidenen kelihatan disebelah kiri kita berarti sebentar lagi sampai ke stasiun.

Di stasiun kita menunggu tjukup lama sampai semua tawanan masuk kedalam gerbong barang jang banjaknja ada 3. Digerbong depan ada 24 tawanan,digerbong tengah dimana kita berada, djumlah tawanan 38 orang dan ini sama banjaknja dengan gerbong belakang. Saat selesai, masih pagi dan kira-kira djam 5 pagi.Setelah kita berada dlam gerbong barang (atap dan dinding zink dan lantai kaju) pintu ditutup.

Terasa mulai panas (Djawa: ungkep).Semakin lama mendjadi semakin panas dan orang mulai membuka badjunja. Kepada mereka kita nesehatkan agar djangan merokok, karena asap rokok akan menambah buruknja hawa.Kita sudah meraba-raba kedjadian  jang kurang baik,tetapi karena kita tak mempunjai alat apa2, maka hanja menjerah kepada Tuhan jang Maha Esa.

Setelah kita berada dalam gerbong satu djam lamanja,hawa mendjadi buruk sekali, orang2 mendjadi gelisah dan mereka buka pakaiannja sama sekali,telandjang bulat beberapa orang.
    
Kepada mereka dinasehatkan agar djangan banjak bergerak dan ada jang mulai menghirup hawa lewat tjelah-tjelah pintu.  Keluh kesah mulai terdengar dan kita sendiri duduk tenang dan mentjari-tjari dikanan-kiri kita kalau2 ada lantai papan jang sudah rapuh. Dengan kuku kita tjoba-tjoba korek lantai dan kemudian dengan sendok seng kita mentjoba membuat lobang.

Tetapi gagal karena sendok seng kurang kuat,sedang kaju lantai belum begitu rapuh. Achirnja dengan sendok dan garpu jng lebih kuat,saat sampai di halte pertama, gerbong dan pintu tetap terkuntji rapat.

Dengan sendok dan garpu pemberian hadji Samsuri, kita berhasil membuat lobang sebesar kira-kira 3 cm lebar dan 10 cm pandjang. Kami sekarang punja dua sumber hawa, tjelah2 pintu dan lobang dilantai.Kita suru orang bergantian mengisap hawa lewat lobang.

Mereka kalau tidak dipaksa, tidak mau pergi dari lobang. Hawa sudah membantu, tapi tenggorokan mulai terasa kering karena haus dan kita tidak punja air minum. Sampai di halte kedua pintu tetap tertutup dan terkuntji rapat.

Orang mulai minum air kentjingnja sendiri dan hawa semakin panas dan orang mulai ketakutan, mulai ada jang buang air (berak). Setiap gerbong berhenti,mereka ber-teriak2 minta hawa dan minum,terlebih-lebih dari gerbong belakang, menggedor2 dinding tapi tidak berhasil,sedang gerbong depan sepi2 sadja.

Terungkap Perbedaan Alasan Ridwan Kamil dan Raffi Ahmad yang Putuskan Adopsi Anak

Apakah di gerbong belakang sudah ada jang djadi korban?Kita suruh kawan2 digerbong tenang, hadapi nasib dengan penuh jkejakinan akan adanja pertolongan. Tetapi nasehat ini tidak berhasil dan mereka berkelahi berebut hawa.
 
Kita mulai memikirkan lapar.  Kalau kita minta pada pengawal, jawabannja: "G.v.d andjing,disini tidak ada air, jang ada peluru. Di Surabaja nanti kamu bisa minum sekenjang-kenjangnja"

Rupanja pengawal2 adalah dari bangsa kita sendiri. Gerbong kita djadi gelisah ketika djatuh korban pertama, meninggal dunia. Dari gerbong belakang teriakan dan gedoran mulai berkurang. Apakah mereka sadar atau korbannja sudah bertambah.

Keadaan sangat menjedihkan. Seorang jang akan meninggal, menghembuskan nafas jang penghabisan seperti ajam jang sudah disembelih tetapi belum putus memotong lehernja (mbanjaki) dan sesudah itu keadannja sangat menjedihkan, darah keluar dari mulut dan kuping,mata keluar. Sampai di halte jang ramai (mungkin Djember) gerbong belakang sudah mendjadi tenang, tidak begitu bergemuruh seperti di halte2 jang lain.

Ketenangan tadi djangan2 merupakan tanda banjaknja korban Korban djatuh di gerbong tengah baru satu, tetapi sangat mengerikan karena setelah satu ber-turut2 djatuh korban baru sehingga djumlahnja meningkat djadi 7.

Kita sendiri mulai chawatir dengan kawan kita Soeperdjono jang sudah dalam keadaan sangat lemah dan tidak mengeluarkan kata2. Waktu beliau minta tidur,kita tjegah. Kita hanja bisa berdoa dan alhamdulilah Tuhan mendengar permohonan kita karena mendadak turun hudjan dengan lebat sekali (mungkin halte Klakah).

Dinding gerbong mendadak mendjadi dingin dan basah. Kawan2 merasa kuat lagi dan mereka men-djilat2 dinding agar  sekedar dapat air untuk membasahi tenggorokan.

Keadaan dalam gerbong mendjadi tenang. Sewaktu kawan kita Soepardjono men-tjari2 dibingkisan teman2,dias menemukan sebuah  mangga dan dilahapnja dan sisanja bidji pelok diberikan kepada teman2 untuk di-djilati (Djawa: klumuti) bergantian. Buah mangga ini jang mungkin menjelamatkan jiwa Soepardjono.
 
Ketika gerbong berhenti dan tjukup lama, kita lihat dari sela2 bahwa diluar sudah gelap dan malam (ternjata kita sudah sampai di stasiun Wonokromo). Kita mendengar suara membuka pintu dan itu dari gerbong belakang.

Kemudian terdengar suara keras:"Kluar!"

Tetapi rupanja ta' ada seorangpun jang kluar dan terdengar suara pimtu ditutup kebali dengan keras,disusul teriakan:

"Paraat, ze willwn amok maken!"

Kemudian terdengar suara2 pengawal2 menjiapkan senapannja. Sesudah itu pintu gerbong tengah dibuka dan terdengar  perintah: "Kluar!"

Alangkah terkedjut kita waktu akan kluar,ternjata kawan kita jang tidur dipangkuan kita telah meninggal dan badannja masih hangat. Djumlah korban dalam gerbong kita djadi 8. Kita disuruh djongkok dan diam di emplacement. Pengawal menghitung dan bertanja :

"Dimana jang 8 lagi?"
 Kita mendjawab: "Mati!"
 
"Hei, mati?"
 
Kemudian mereka mengosongkan emplacement dan tidak lama kemudian datang pembesar2 militair.

"Siapa disalah satu kamu jang dapat bitjara Belanda?"
 
Karena tidak ada jang mendjawab, hadji Samsoeri menunjuk kita.

"Ini tuan,bapak ini bisa bitjara Belanda".
 
Kemudian kita dipanggil dan diberi lampu senter (Djawa: sentolop) dan disuruh selidiki dalam gerbong tengah. Gerbong belakang tak perlu diragukan lagi,semua sudah meninggal.

Pintu gerbong belakang ditutup kembali. Keadaan sangat menjedihkan, korban2 bertumpukan dimuka pintu dan hanja 2 orang jang meninggal dalam keadaan duduk disebelah podjok.

Mula2 kita mengira mereka masih hidup,ternjata sudah mati.

Sewaktu kita disuruh mengeluarkan korban2,keadaan kita sudah pajah dan lapar,tetapi karena korban2 adalah kawan2 kita sendiri,maka dengan terpaksa dan dengan air mata meleleh kita kerdjakan. Keadaan memang sangat menjedihkan. Korban2 bisa dikatakan masak didalam oven (pembakaran).

Sewaktu mayat diangkat, kulit mereka lepas dan kelihatan putih. Bekas darah kelihatan keluar dari mulut dan kuping, mata dan lidah keluar, sungguh ta' dapat kita lupakan. Ada jang tangannja keatas,ada jang meninggal mlungker.

Begitulah, kita letakkan 46 jiwa di peron stasiun Wonokromo. Sungguh djahanam perbuatan pendjadjah! Kemudian truck2 jng telah disediakan masuk ke emplacement dan kitapun diperintah memuatnja.

Karena kita sudah sangat pajah,maka pekerdjaan itu tidak bisa kita lakukan sebagaimana mestinja. Kalau buka kerena kawan2 kita sendiri dan antjaman sendjata, tak seorangpun kiranja tahan mendjalankannja. Kita tidak tahu ke hospital mana diangkutnja. Rupa2nja sangat dirahasiakan.

Ketika kita sampai di pendjara Bubutan,maka kepada kita diberikan sabun untuk mentjutji badan. Bagaimanapun membersihkan badan, bau majat masih melekat. Saat kita dapat makan di pendjara Bubutan, dimana kita disendirikan dan tidak boleh ber-tjakap2, tidak seorangpun jang bisa makan.

                                            
Densus 88 Polri Tangkap 7 Terduga Teroris di Sulteng

Di atas adalah cuplikan dari catatan Soetedjo, ayah saya, yang dibuat dalam sebuah buku tulis dengan logo disampul : NV Internationale Crediet- en Handelsvereiging "Rotterdam", buku tulis untuk anak sekolah dimasa sesudah Agresi-II.
 
Ayah kami bebas tahun 1948 dan harus meninggalkan Bondowoso pindah ke Malang. Saat pindah dibantu seorang dokter Tionghoa, kalau tak salah ingat dr.Oei yang alamatnya di Jl.Sekarpote, Malang.

Ayah kami pertama kali bekerja ikut aanemer Lo Hok Sioe dan tugas saya setiap sore pinjam koran dari Tio King Hwie yang pedagang tembakau dan tinggal di depan kelenteng,disamping bioskop Emma (Tahun 1948-1950).
 

Ilustrasi kolesterol tinggi

Kolesterol Naik Usai Lebaran? Jangan Panik, Ini 5 Tips Menurunkannya

Kolesterol sebenarnya dibutuhkan oleh tubuh namun dalam jumlah yang terbatas, apabila kadar kolesterol terlalu tinggi maka akan menjadi bumerang dan menimbulkan masalah.

img_title
VIVA.co.id
18 April 2024