Obama di Iklan Demokrat Papua

Pengawas Pemilu Menganggapnya Kreativitas

VIVAnews - Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum, Nurhidayat Sardini, mengatakan tidak ada larangan meniru tokoh tertentu dalam kampanye. Kampanye pengurus Partai Demokrat Papua yang menampilkan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, dianggap sah. Obama merupakan tokoh yang juga diusung Demokrat.

BMW Cetak Sejarah Baru di Indonesia

“Itu kreativitas. Orang bebas mengidolakan, meski orangnya tidak dari kalangan sendiri,” kata Sardini  kepada VIVAnews, Kamis 20 November 2008.

Iklan itu terlihat di Jalan Sentani, Jayapura. Di baliho, gambar Obama berdiri di antara gambar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan gambar Lukas Enembe, Bupati Puncak Jaya.  Lukas juga Ketua Dewan Pimpinan Daerah Demokrat. Di bagian atas baliho tertulis "Partai Demokrat mendukung kader Partai Demokrat, Obama, menjadi Presiden Amerika Serikat. Change we can believe in".

Kemenkominfo Mengadakan Chip In “Periksa Fakta Sederhana”

Di tempat lain, terpampang gambar Henok Ibo, Obama dan SBY. Henok Libo adalah Ketua Dewan Pimpinan Cabang Demokrat Puncak Jaya yang juga wakil Bupati Puncak Jaya.

Pengawas pemilu tidak melihat itu melanggar undang-undang. Badan itu juga pernah menemukan pasangan calon bupati menyingkat nama menjadi Obama. Hal itu dimaksudkan untuk memancing masyarakat memilihnya. Tapi, kata Sardini, kenyataannya yang menang pasangan lawan.

Harga Emas Hari Ini 27 April 2024: Emas Antam Kinclong di Akhir Pekan

Sebelumnya, anggota badan pengawas Wirdyaningsih mengatakan baru kali ini kasus semacam itu ditemukan.  Itu sebabnya, pengawas pemilu akan mengkajinya.

Undang-Undang Pemilu, katanya, tidak mengizinkan kampanye menggunakan lambang tertentu, misalnya tanda palu arit. “Tapi, apakah foto Obama itu bisa dikategorikan lambang? Selama ini pengertian kami tentang simbol atau lambang itu, gambar partainya atau benderanya. Ini yang menarik,” katanya.

Wirdyaningsih juga mempertanyakan apakah Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga Partai Demokrat di Indonesia sama dengan Partai Demokrat Amerika Serikat. “Kalau ternyata tidak ada garis darah antara keduanya, kan membohongi publik.”

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya