Surono

"Tak Selamanya Bencana Akibat Ulah Manusia"

Serangkaian musibah belakangan muncul di belahan bumi Indonesia. Mulai dari gempa bumi, ancaman gunung meletus. Bahkan yang mengkhawatirkan saat ini musibah bencana longsor, banjir dan gempa.

Kehadiran Anies dan Muhaimin di KPU Tunjukkan Kedewasaan Politik meski Pahit, Menurut Pengamat

Bencana tersebut belakangan telah memakan banyak memakan korban jiwa dan menyengsarakan rakyat negeri ini.

Bila dilihat dari segi ilmu geologi, khususnya geologi sejarah, bencana alam seperti letusan gunung api, banjir, gempa dan longsor sebenarnya tidaklah mengancam jiwa manusia. Musibah itu sudah sering terjadi sebelum manusia ada.

Artinya, banjir dan longsor tidak harus selalu disebabkan oleh ulah manusia, tetapi pada umumnya merupakan proses alamiah yang dalam prinsip ilmu geologi disebut sebagai bagian dari proses denudasi (proses pengrataan muka bumi).

Di Indonesia ini, bencana alam yang terjadi justru akibat ulah manusia yang tidak pernah sadar akan pentingnya bersahabat dengan alam. Kalau dinamikanya gempa bumi, itu biasa saja, yang jadi masalah masyarakat adalah bertambah laju pertumbuhan penduduk tinggi, ditambah lagi bangunan yang muncul disekitar daerah rawan bencana.

Bedanya, saat ini manusia sudah jauh lebih pintar. Dimana-mana manusia hidup, tumbuh dan berkembang, sekaligus menciptakan sesuatu untuk membangun infrastruktur disekitarnya, dan tidak memikirkan dan merencanakan pembangunan wilayahnya yang justru tidak berisko terkena bencana.

Tidaklah mengagetkan sebenarnya, dari dulu wilayah Bengkulu Sumatera, Aceh, Sulawesi sudah sudah biasa dengan gempa bumi. Tetapi karena ulah manusianya itu sendiri yang menyebabkan banyak korban berjatuhan.

Artinya, jaman dulu itu setiap terjadi gempa tidak pernah ada korban, karena tidak ada bangunan. Kalau sekarang rata-rata korban yang meninggal akibat gempa karena tertimbun reruntuhan bangunan.

Manusia yang berkembang sekarang ini begitu pesat dan memilih tinggal di lokasi tempat dimana sering terjadi gempa. Padahal dari dulu hingga kini, berdasarkan penelitian, gempa yang terjadi relatif sama.

Bahkan segala pemberitaan di media massa yang memiliki peran besar terkadang bertindak berlebihan memberikan informasi ke masyarakat.  Contohnya saja, waktu terjadi gempa di Maluku 5,5 skala richter banyak media yang mengatakan bisa menimbulkan tsunami.

Padahal, besar dan kecilnya gempa bisa menimbulkan tsunami dan juga tidak, tergantung kekuatan yang ada di dasar sumber gempa ataui dasar laut.  Padahal belum tentu juga, gempa kecil saja bisa menimbulkan tsunami. Jadi banyak

pemberitaan yang terlalul digembor-gemborkan  setiap gempa yang terjadi, walaupun skalanya kecil selalu dimunculkan besar padahal itu biasa saja tidak ada apa-apa.

Hal lain yang juga gempa menimbulkan banyak kobrn jiwa adalah semakin pesatnya pemukiman yang berada di sekotar lokasi yang memang rawan bencana alam. Seharusnya manusia sadar, bahwa alam sejak dulu seperti itu, bila di ganggu tentunya alam juga akan mencari keseimbangan baru.

Walaupun Undang-undang dibuat sedemikian dan sebagus mungkin,manakala kesadaran menata peraturan tidak ada, sulit juga diterapkan. Solusinya tidak mudah, karena orang sudah terlalu banyak dan merasa nyawan tinggal di daerah bencana, walaupun masyrakat menyadari ancaman akan terus menghantui.

Tetapi memang yang membuat masyarakat tetap bertahan untuk hidup di daerah rawan bencana karena memang wilayah bencana itu memiliki kelebihan tersendiri seperti airnya bagus dan banyak, tanahnya subur, menghasilkan. Padahal tanah tersebut bila digoyang sedikit mudah sekali berubah bentuk. 

Tanah tersebut tentunya bisa merusak gedung-gedung disekelilingnya. wilayah rawan gempa bumi itu menjanjikan kegiatan
ekonomi tertentu, daerah subur, gampang air, daerah itu  hancur karean efek patahan dan biasanya korban banyak. bukan tidak boleh.

Menurut Surono, bisa saja manusia hidup di daerah tersebut tetapi yang terpenting adalah bagaimana dia bisa beradaptasi dengan dinamika alam, mengantisipasi bangunan yang tahan gempa.

Viral! Bawa Kabur Motor Kurir yang Sedang Antar Paket, Pelaku Babak Belur Dihajar Warga

Semua itu hal yang sudah terjadi sejak lama, hanya sekarang ini dengan sistem pemukiman yang horisontal dengan sistem bangunan yang tidak berkonsultasi dengan alam yang disesuaikan dengan alam.

Gempa bumi memiliki mekanisme, ada yang besar tetapi tidak menimbulkan tsunami, tergantung sumber gempanya. Gempa kecil pun dapat menimbulkan tsunami, bila difotmasinya secara tiba-tiba mengangkat permukaan laut.

Gempa-gempa yang menimbulkan tsunami biasanya bila ditengah laut, relatif dangkal, besar, dan dipantai tidak terasa, memang besar dipusat tetapi efek guncangan meluas, biasanya gempa bumi yang dangkal di dasar laut.

Karena itu masyarakat yang hidup di wilayah rawan bencana perlu memperhatikan prinsip identifikasi tingkat kerentanan, baik dari masyarakat itu sendiri atau ahli-ahlinya, apakah wilayah yang akan ditempati termasuk daerah yang rawan rawan gempa.

Mulai Hari Ini, Prabowo Subianto Bakal Dikawal Paspampres

Penulis adalah Ketua Pusat Vulkanis dan Mitigasi Bencana Geologi Departemen Energi dan ESDM

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto

Terinspirasi Langkah Indonesia, Amerika Serikat Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Airlangga: Implementasi EUDR jelas akan melukai dan merugikan komoditas perkebunan dan kehutanan yang begitu penting buat kami seperti kakao, kopi, karet, produk kayu.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024