Rakernas PDIP

Mengincar Wakil Mega

VIVAnews - BERBATIK coklat Sri Sultan Hamengkubuwono X tiba di rumah Megawati. Rabu pekan lalu itu hari masih pagi. Pukul delapan lebih empat puluh menit. Di Jalan Teuku Umar itu  Megawati Soekarnoputri menyambut dengan sumringah. Taufiek Kiemas, sang suami ikut menyambut.

Dari ruang tamu mereka pindah ke ruang makan. Nyonya rumah sudah menyiapkan menu sarapan khusus. Bubur ayam dan cakwe. Ikut dalam sarapan itu Pramono Anung, Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, dan Ketua Badan Pemenangan Pemilu, Tjahjo Kumolo.

“Mereka makan bubur  ayam dan cakwe,” kata Pramono. Dan ini terhitung sarapan rahasia. Wartawan cuma boleh menunggu di luar pagar. Tak boleh menguping.  Sarapan itu cukup lama. Dua jam 15 menit.

Dari situ masih ada pertemuan lanjutan. Yang ini super rahasia lagi. Cuma berdua. Sultan dan Megawati. Taufiek Kiemas yang menjabat Ketua Dewan Pertimbangan partai, juga tidak boleh ikut. Mereka bertemu, “Sampai satu jam lebih,” kata Tjahjo. Apa isi pertemuan itu semua petinggi partai  mengaku tak tahu.

Jawaban Sultan? Diplomatis dan ngirit,  “Cuma ngobrol”. Rencana jadi calon wakil  presiden, katanya, “Kami belum bicara soal itu”. Raja Yogyakarta ini mengaku bahwa dalam pertemuan itu Mega mengundangnya datang ke Rapat Kerja Nasional partai itu 27-28 Januari 2009. 

Tempatnya di Solo. Dan Sultan bersedia. Mungkin pertemuan di Teuku Umar akan terjawab di kota yang juga menjadi pusat keraton itu.

PDI Perjuangan sudah menyiapkan hajatan di Solo itu besar-besaran. Semua pengurus partai dari seluruh Indonesia akan tumpah di sana. Panitia acara dipimpin putri Megawati, Puan Maharani. Pekan ini mereka menggelar siaran pers khusus di Jakarta  tentang acara itu. Hampir semua media mengirim wartawan ke sana.

Sejatinya agenda utama rapat itu konsolidasi partai. Bagaimana memenangkan Pemilu 2009.  Tapi yang ditunggu khayalak politik adalah pengumuman pendamping  Megawati Soekarnoputri. 

Calon wakil Megawati itu menjadi isu politik paling panas sepanjang dua pekan terakhir. Sang tandem itu menjadi penting karena ikut menentukan peta politik Pemilu 2009, menentukan kiat  dan strategi pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla, yang hingga kini masih dinilai duet favorit. Juga menentukan ke mana partai lain akan menumpah dukungan, menentukan ke mana para pengusaha akan menaruh uang.

Terungkap, Polisi Sebut Chandrika Chika Sudah Setahun Lebih Pakai Ganja: Menganggapnya Hal Lumrah

Sesungguhnya sarapan bubur ayam di Teuku Umar itu adalah babak lanjutan lanjutan dari upaya panjang partai itu mencari pendamping Megawati. Proses mencari jodoh ini sudah lama dirintis.

Bermula dari  jajak pendapat yang digelar partai itu November 2008. Ini jajak pendapat internal. Dalam jajak pendapat itu juga ditanyakan siapa pendamping Megawati merebut kursi presiden 2009.

Menurut Tjahjo Kumolo, dari jajak pendapat itu terjaring 14 nama. Dan Sri Sultan paling dijagokan. Nomor dua ditempati Hidayat Nur Wahid (Ketua MPR yang bekas Presiden Parta Keadilan Sejahtera), lalu  Prabowo Subianto (calon presiden dari Partai Gerindra), bekas Gubernur DKI Sutiyoso, bekas Ketua Umum Golkar Akbar Tandjung dan sejumlah nama lain

Dari empat belas nama itu, diputuskan lima nama yang digodok di internal partai. Sumber Vivanews di dalam partai itu menyebutkan ada dua kriteria menyaring lima nama itu: dukungan partai dan ketokohan. Soal ketokohan, lanjut sumber itu, merunut kepada hasil sejumlah jajak pendapat calon presiden yang digelar sejumlah lembaga polling selama ini.

Hasilnya ada tiga calon kuat yakni Sri Sultan, Hidayat Nur Wahid dan Prabowo Subianto. Sri Sultan yang walau hingga kini cuma didukung  partai RepublikaN,  posisi sultan kerap kali berada di urutan ke-3 calon presiden pilihan versi sejumlah jajak pendapat. Jadi dari evaluasi internal kata sumber Vivanews, “Elektibilitas  Sri Sultan cukup tinggi”. (baca:infografik)

Tokoh lainnya adalah Hidayat Nur Wahid. Nama ini didukung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang kekuatan politiknya paling solid. Dalam berbagai jajak pendapat, nama Hidayat selalu masuk sepuluh besar dan “Mempunyai tingkat elektibilitas tinggi untuk kategori Capres muda,” kata sumber Vivanews  itu.

Sedang Prabowo Subianto kekuatan partai dan tingkat elektibilitasnya sama. Di partai nasionalis, kata sumber itu, “Partai Gerindra selalu masuk lima besar”.  Tingkat elektibilitas Prabowo sebagai calon presiden juga cukup kuat.  Dalam sejumlah jajak pendapat, nama Prabowo  kerap muncul di calon presiden urutan ke empat setelah Yudhoyono, Megawati dan Sri Sultan.

Dengan semua hitung-hitungan itu, maka tiga nama itu , diproyeksikan paling kuat. Yang bisa diterima secara mulus di kalangan dalam PDI Perjuangan, kata sumber Vivanews, adalah Sri Sultan.   Walau belum yakin seratus persen, lanjut sumber itu, “ Ibu Mega kelihatannya sreg dengan Sri Sultan”.

Dari yang kasat mata, pendekatan terhadap Sri Sultan memang lebih gencar.  Menurut Tjahjo Kumolo, setelah jajak pendapat November 2008  itu,  PDI Perjuangan  secara khusus mengundang Sri Sultan hadir dalam peluncuran buku "Mereka Bicara Mega" di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat 12 Desember 2008. Sultan datang bersama tokoh lain.

Sesudah itu, lanjut Tjahjo, saat Sultan meresmikan prasasti telapak tangan dan kaki mantan presiden di Taman Pintar Yogyakarta, Selasa 16 Desember 2008, Mega mengutus putrinya Puan Maharani, yang didampingi Tjahjo.

Sejak saat itu, lanjut Tjahjo, respons terhadap Sultan di internal PDIP sangat bagus dan politis. "Bahkan mereka sudah menentukan nama duet pasangan Megawati dan Sultan adalah Megabuwono," kata Tjahjo.

Sebulan setelah peresmian telapak tangan itu, Taufiek berkunjung ke Yogyakarta. Di suite room Hotel Hyatt, Sleman, pertemuan antara Taufiek dan Sultan berlangsung akrab dan santai.

Santap malam itu dihadiri sejumlah tokoh dan aktifis Yogya, di antaranya  Mahfud MD dan Rektor Universitas Islam Indonesia, Prof Dr Edy Suandi Hamid.  Sri Sultan sangat sumringah dan gembira.

Malam itu  raja Yogya ini nembang. Menyanyikan sebuah lalu  diiringi home band di restoran itu. Dari sinilah lahir janji pertemuan sarapan bubur politik di Teuku Umar itu.

Dan reli pertemuan dengan sultan ini akan terus berlangsung. Sebelum pembukaan Rakernas PDI Perjuangan nanti, Sultan menggelar  acara kebudayaan di kediamannya  di Kecamatan Imogiri, Jogjakarta, pada 26 Januari 2009.

Imogiri letaknya di luar kota 12 kilometer dari Yogya. Ini termasuk daerah keramat dalam kepercayaan orang Jawa. Di situ  terdapat makam keluarga keraton yang disebut Makam Imogiri . Makam ini dibangun jaman dulu, pada 1645.

Letak makam itu di bukit. Untuk mencapai lokasi makam perlu mendaki 345 anak tangga. Uniknya, makam Imogiri hanya dapat dikunjungi pada hari Senin pukul 10.00-12.00 WIB dan Jumat pukul 13.00-16.00 WIB.  Ke daerah keramat itulah Sultan mengundang Mega pada Senin 26 Januari 2009.

Sebelum meluncur ke  Imogiri itu , Mega bertemu Sultan di Kraton Kilen Yogyakarta. Dan esoknya tanggal 27 mereka juga bakal bertemu di Solo. Pokoknya Sultan dan Megawati bakal kerap bertemu.  Tjahjo Kumolo memastikan, "Mega-Sultan semakin cocok."

Media Asing Puji Timnas Indonesia, Penuh Talenta Muda Cemerlang hingga Gol Manjakan Mata

Suara kaum bawah PDI Perjuangan juga tampaknya cenderung memilih Sri Sultan. Setidaknya itu yang terlihat dalam acara pembekalan kader partai itu di Yogya Expo Center, Senin, pekan ini. Ratusan kader partai berpekik berkali-kali, "Mega Buwono"! Acara itu dihadiri oleh petinggi partai dan calon presiden Megawati Soekarnoputri. Paket itu, kata Taufik Kiemas, "Paket bertemunya dua kawan lama.



Tapi bersekutu  dengan Sri Sultan saja tidak cukup mengantarkan Megawati ke kursi presiden. Lihatlah sejumlah jajak pendapat yang digelar beberapa lembaga polling selama ini. Posisi pasangan Yudhoyono- Kalla hampir merajai semua jajak pendapat.

KPU Gunakan Sirekap dengan Evaluasi dan Perbaikan pada Pilkada Serentak 2024

Lihatlah  survei terakhir Lembaga Survei Indonesia(LSI) yang diumumkan Minggu 4 Januari 2009.  Posisi Yudhoyono jauh meninggalkan gabungan suara yang diperoleh Megawati dan Sri Sultan. 

Yudhoyono menangguk 43 persen suara dari 2.200 responden. Angka ini jauh meninggalkan Megawati yang cuma meraih suara 19 persen. Nama lain seperti Prabowo dan Sultan, masing-masing cuma dapat lima persen suara. Wiranto, tiga persen. Sedangkan Jusuf Kalla dan Hidayat cuma kebagian dua persen. Amien Rais dan Akbar Tandjung, hanya dapat satu persen.

Jika pemilih cuma disodori nama Yudhoyono dan Megawati, hasilnya adalah 59:25. "Penyebabnya adalah citra kebijakan Yudhoyono yang dinilai baik oleh masyarakat," kata Saiful Mujani, Direktur LSI.

Bahkan jika Yudhoyono kembali berpasangan dengan Jusuf Kalla, maka sejumlah survei menghitung Megawati akan kalah telak meskipun berpasangan dengan Sultan. (Baca: Menghitung Derajat  Calon Wakil)

Jadi, jika ingin mengimbangi kekuatan itu,  PDI Perjuangan harus mengggalang kekuatan tambahan untuk melakukan, apa yang disebut oleh Tjahjo sebagai, “Mengeroyok Yudhoyono-Kalla”.

Mereka yang diajak untuk menggeroyok Megawati adalah mereka yang namanya masuk lima besar dalam jajak pendapat internal dan jajak pendapat lain.
 
Itu sebabnya Hidayat Nur Wahid ikut dirangkul. Cuma belum segencar  Sultan. Hingga kini hampir belum terdengar pertemuan antara dua tokoh membahas Pemilu 2009.

Ketua Fraksi PKS, Mahfudz Siddiq, mengatakan PKS menyambut baik masuknya nama Hidayat menjadi salah satu kandidat pendamping Megawati.

Namun belum pernah ada pertemuan secara terbuka antara Mega dan Hidayat. Bila Megawati ingin mengusung Hidayat, kata Mahfudz,  maka akan dibahas dalam Majelis Syuro partai. Sebelumnya, Hidayat juga menyampaikan pernyataan yang sama. "Mereka (PDIP) harus mengkomunikasikan secara resmi ke Majelis Syuro," kata Hidayat.

Tokoh yang juga getol bertemu dengan Megawati adalah Prabowo Subianto. Nama pendiri  Partai Gerindra memang perlahan populer. Dalam berbagai jajak pendapat elektibilitasnya juga tinggi.

Dan Megawati, kata Pramono, sudah bertemu dengan Prabowo.  Bahkan, "Sampai tiga kali. Pers tidak tahu kan?" katanya. Bekas Pangkostrad ini juga diundang menghadiri Rakernas PDIP di Solo.

Ketua Umum Gerindra, Prof. Suhardi, mengakui, "Beliau (Prabowo) memang pernah bilang bertemu dengan Bu Mega," katanya. "Itu wajar, bersilaturrahmi."

Namun, Suhardi tak menjelaskan pertemuan secara detail pertemuan Mega-Prabowo itu. Soal penempatan posisi Prabowo sebagai calon wakil Mega, menurut Suhardi, Gerindra belum membahasnya. "Posisi kami baru menempatkan beliau (Prabowo) sebagai calon presiden."

Kandidat berikutnya, Sutiyoso, juga sudah bertemu Mega beberapa kali. Bahkan ketika Mega sarapan bubur bersama Sultan, Sutiyoso juga ikut datang ke sana. "Saya datang karena hendak diundang Ibu (Mega) ke Solo tanggal 27 (rakernas PDIP)," kata Sutiyoso.

Menurut Sutiyoso, sebelumnnya Mega juga pernah ke rumahnya. "Dua kali, makan bareng pak Taufiek," kata Sutiyoso. "Secara pribadi kami memang dekat, saya pernah ke rumah beliau, beliau juga pernah kebun saya." Namun, menurut Sutiyoso, pertemuan itu tak ada istimewanya dalam konteks politik.

Adapun Akbar Tandjung belum pernah terdengar mengadakan pertemuan khusus dengan Megawati. Kendati demikian, Akbar merasa tersanjung karena namanya masuk sebagai satu dari lima calon pendamping Megawati. "Ini kan berarti saya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan PDIP," katanya.

Akbar memastikan akan hadir dalam Rakernas PDIP di Solo. "Karena memang diundang," kata Akbar. Akbar mengaku undangan ini disampaikan langsung Taufiek Kiemas, pada pekan lalu.

Suasana di rumah duka Mooryati Soedibyo

Suasana Rumah Duka Mooryati Soedibyo, Dipenuhi Pelayat dan Karangan Bunga

Pendiri Mustika Ratu sekaligus pencetus ajang Puteri Indonesia, Mooryati Soedibyo meninggal dunia pada Rabu dini hari, 24 April 2024 sekitar pukul 01.00 WIB.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024