- VIVAnews/Irma Kurniati
VIVAnews - Kawasan Kelapa Gading di Jakarta Timur semakin menebar pesonanya sebagai sebagai surga wisata kuliner. Di kawasan ini, Anda bisa menemukan jenis makanan apa saja.
Satu lagi tempat baru yang patut dijelajahi adalah Eat & Eat Food Market di Mal Kelapa Gading (MKG) 5. Pusat makanan yang baru dibuka 15 September lalu ini menawarkan petualangan kuliner baru.
Area seluas 2350 meter persegi di foodcourt MKG 5 tersebut disulap menjadi tempat makan bernuansa pasar tradisional seperti di pecinan. Masing-masing stan makanan dirancang persis warung tradisional. Bagian depan warung dihias karung-karung atau keranjang berisi bahan masakan seperti beras, kentang dan sebagainya. Sehingga kesannya lebih nyata. Sebagian meja dan kursinya makan pun didesain seperti kursi warung yang memanjang tanpa sandaran.
Pengelola Eat & Eat, Iwan Tjandra, menjelaskan, konsep tempat makan ini terinspirasi dari suasana pasar tradisional Cina tempo dulu. Menurut Iwan, konsep semacam ini sudah banyak muncul di luar negeri, terutama Singapura yang juga merupakan salah satu surga wisata kuliner di Asia Tenggara.
“Dengan konsep makan seperti ini, orang tidak hanya datang untuk makanannya saja, tapi juga memperoleh pengalaman makan yang berbeda. Sesuai tagline kami Creating Food Adventure,” ujar Iwan.
Memasuki area Eat & Eat memang menimbulkan aura tempo dulu yang kental. Sebagai penyambut tamu di bagian depan, terdapat kedai Kopi Lay yang nuansanya begitu khas warung kopi Cina. Di bagian depan warung dijajakan jajanan khas masa lalu seperti permen cicak, coklat koin, dan sebagainya. Sehingga orang yang datang merasakan suasana nostalgia yang kental.
Dijelaskan Iwan, warung kopi semacam ini memang banyak ditemukan di lingkungan masyarakat Cina. Biasanya, di warung semacam ini, orang menikmati segelas kopi harum bersama roti bakar yang masih hangat.
Bukan cuma desainnya yang bernuansa tempo dulu. Iwan begitu total ingin menampilkan suasana masa memperkuat konsep interior Eat & Eat. Tak segan ia menjelajah pasar loak di seantero nusantara hingga ke luar negeri.
Di wilayah dengan pengaruh etnis Cina yang kuat seperti Pontianak atau Pulau Bangka, Iwan menemukan berbagai macam benda unik. Ia juga secara khusus membawa becak dengan desain khas Pekalongan serta delman dari Yogyakarta untuk pajangan.
Perlu waktu sekitar empat bulan bagi Iwan untuk mengumpulkan benda-benda tersebut dan menatanya dengan nilai seni tinggi. Hasilnya, sangat menyenangkan untuk dilihat. Tak jarang, para pengunjung yang datang untuk makan pun memanfaatkan tempat itu untuk berfoto.