Gartner: Prosesor Saat Ini Terlalu Berlebihan

VIVAnews – Menurut Gartner, gencarnya produsen mikroprosesor menggandakan jumlah core dalam setiap chip prosesor akan membuat total jumlah core pada generasi server yang akan datang jauh melampaui kemampuan software inti. Sistem operasi, middleware, perangkat virtualisasi, serta aplikasi tentu akan mengikuti tren perkembangan hardware, dan akhirnya pengguna dihadapkan pada pilihan yang sulit. Segera migrasi ke sistem baru, atau menghadapi hambatan performa akibat tertinggal proses evolusi.

“Melihat kebutuhan untuk produk sftware saat ini, jelas sekali bahwa banyak di antaranya ditantang untuk mendukung konfigurasi hardware yang ada saat ini dan yang akan segera hadir,” ucap Carl Claunch, Vice President dan analis senior Gartner seperti dilansir Xbitlabs dan VIVAnews kutip, 31 Januari 2009. “Dampaknya seperti memasang mesin Ferrari ke dalam go-cart. Tenaganya ada, tetapi ketidak sesuaian dengan desain membatasi kemampuannya untuk bekerja secara maksimal,” ucapnya.

Secara rata-rata, setiap dua tahun, organisasi atau perusahaan menggandakan jumlah core prosesor. Setiap generasi mikroprosesor, jumlah prosesor digandakan dengan cara melipatgandakan total core ataupun jumlah thread per core. Artinya, dengan jumlah soket prosesor yang sama, jumlah prosesor akan meningkat dua kali lipat.

Dengan demikian, sebuah server kelas atas dengan 32 soket dan dipasangi chip dengan delapan core akan memberikan sistem dengan 256 core di tahun 2009 ini. Dalam dua tahun berikutnya, hadirnya prosesor 16 core akan membuat mesin yang sama bisa memiliki 512 core prosesor. Empat tahun dari sekarang, server yang sama dapat menampung 1024 core prosesor.

Gartner mengatakan bahwa perusahaan harus memperhatikan masalah ini karena sebenarnya terdapat batasan di mana software dapat memanfaatkan seluruh prosesor tersebut.

“Software virtualisasi saat ini pada umumnya belum mampu menggunakan keseluruh 64 prosesor, apalagi 1024 core seperti server kelas atas,” kata Claunch. “Software database, middleware, dan aplikasi juga memiliki batasan dalam skalabilitas. Ada kemungkinan besar perusahaan tidak dapat menggunakan keseluruh prosesor yang mereka miliki sampai beberapa tahun ke depan,” ucap Claunch. 

Claunch juga mengatakan bahwa software yang umum dijalankan pada server saat ini memiliki hard dan soft limit seputar jumlah prosesor yang bisa ditangani secara efektif. Hard limit biasanya didokumentasikan oleh vendor atau pembuat produk sehingga dapat diketahui dengan mudah. Misalnya berapa prosesor yang bisa ditangani sebuah sistem operasi. Soft limit sendiri hanya bisa diketahui dari mulut ke mulut dari mereka yang pernah menemukan batasan tersebut di dunia nyata.

“Berbeda dengan hard limit yang bisa diketahui secara pasti, soft limit dalam jumlah prosesor yang bisa ditangani server hanya bisa diketahui dengan trial and error, yang merupakan tantangan bagi personil IT,” ucap Claunch. “Akhirnya, mereka akan segera migrasi ke sistem operasi yang lebih baru untuk membantu software agar dapat memanfaatkan keseluruhan sumber daya yang tersedia,” ucap Claunch.

Mayat Bayi Ditemukan Terbungkus Kardus di Tanah Abang, Diduga Dibuang Sang Ayah.
Ketua Srikandi PPDI, Nunun Daradjatun Donor Darah

Kasus DBD Naik, PPDI Minta Perempuan RI Ikut Donor Darah

Peringati Hari Kartini, Srikandi Perhimpunan Donor Darah Indonesia (PDDI) mengajak ratusan perempuan melakukan aksi donor darah untuk kemanusiaan, di Sekolah polisi Wanit

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024