Kisah dari Pembaca

Senin Kelabu

VIVAnews -  Setelah mendengarkan pengumuman Dewan Revolusi dan kemudian pendulum berbalik kepihak Soeharto, suasana kerja di Proyek Baja Trikora jadi serba tidak mengenakkan bagi saya. Teman-teman di proyek yang tadinya bersikap baik,pelan tapi pasti mulai memperlihatkan sikap menjauh dan berusaha menghindar.

Dan aneh,beberapa teman di kota Serang,yng hanya berjarak sekitar 13 km dari Cilegon sudah "diamankan". Sementara menteri yang berasal dari PKI masih hadir dalam sidang kabinet. Memang dua surat kabat Berita Yudha dan Angkatan Bersendjata jelas-jelas menulis bahwa PKI berada dibelakang G-30-S.

Saya tinggal dalam satu rumah dinas untuk karyawan bujangan bersama dua rekan, Tan Tjoen Lam dan Tan Gwan Tjong dan mereka sikapnya tidak berubah. Entah karena tinggal serumah (satu rumah diisi 3 orang) atau karena mereka dari KBM (Kesatuan Buruh Marhaen).

Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Temui Presiden Jokowi di Istana

Kalau beberapa teman di kota Serang sudah diamankan,berarti aparat di Serang benar-benar rajin. Atau bisa juga mereka sudah siap jauh sebelumnya dan harus taat pada instruksi : begitu ada kejadian di Jakarta,segera tangkap semua pengurus organisasi yang berbau PKI!

Aparat di Serang benar-benar taat menjalankan instruksi : tanggal 2 dan 3 Oktober sudah mengamankan fungsionaris organisasi SBBT/Sobsi (Serikat Buruh Baja Trikora). Rumah tempat saya tinggal sudah sejak pengumuman di televisi tentang G-30-S selalu dijaga Hansip. Mereka selalu tampak siang malam tidak jauh dari rumah dan mengawasi secara bergantian.

Orang-orang Rusia yang bekerja di proyek juga tampak gelisah dan seperti anak ayam kehilangan induknya.Mungkin menunggu sikap pemerintah Uni Soviet melalui Kedutaan Besarnya.

Teman akrab sesama alumnus dari Moskwa,Ir.Moegirto pada hari Minggu mendatangi rumah tempat saya tinggal. "Djoko,kamu lebih baik segera pergi ke Jakarta.hari Senin besok akan ada demo di proyek.”

"Tidak mungkin saya bisa pergi, begitu saya keluar rumah bawa mobil, pos jaga pasti sudah siap mencegat.Lebih baik saya tetap di Cilegon apapun yang terjadi".Apapun yang terjadi akan saya hadapi,walaupun ada rasa khawatir. Senin pagi tanggal 11 Oktober, saya berangkat ke lapangan naik mobil dinas Proyek Baja Trikora, sebuah jeep Toyota.

Akan saya hadapi apapun yang terjadi di lapangan. Saya bisa saja hari itu tinggal di rumah, tetapi saya bayangkan, kalau demonstran mencari saya di lapangan tidak ketemu, tak terbayang apa yang bakal terjadi di asrama, bisa-bisa isi kamar hancur berantakan, termasuk buku-buku koleksi yang saya bawa dari Moskwa dalam jumlah ratusan.

Sampai di kantor lapangan semua karyawan diam membisu dan seorang-dua orang menyapa dengan pandangan penuh tanda-tanya. Dan saat-saat yang saya nantikan semakin dekat karena setelah agak siang mulai  terdengar suara-suara teriakan para demonstran : Gantung Aidit! Tangkap semua antek-antek PKI! Ganyang PKI! Dan sebagainya.

Ratusan demonstran membawa apa saja mulai dari kayu, pentungan,batu  dan sebagainya. Saya hanya melihat mereka semakin mendekat ke kantor, tetapi saya berusaha setenang mungkin dan yakin tidak akan terjadi apapun yang bisa mencelakakan diri.

Di depan iring-iringan berjalan petugas Kepolisian dan sebagian dari demonstran adalah karyawan di bagian saya yang sudah saya kenal. Di belakang iring-iringan tersebut berjalan sebuah jeep Landrover yang sudah berisi beberapa orang teman yang "diamankan". Begitu iring-iringan sampai didepan kantor,para demonstran mulai merusak kantor,memecah kaca-kaca jendela dan mengobrak-abrik isi ruangan.

Petugas polisi segera menggandeng saya dan menuntun menuju jeep Landrover,  digabungkan dengan beberapa teman yang sudah lebih dulu digaruk. Sementara jeep Landrover berjalan di lapangan yang luas,sampai keluar wilayah proyek, gerombolan ratusan demonstran tetap meneriakkan sumpah serapah dan cacian sambil mengacung-acungkan kayu, pentungan dan sebagainya.

Siang itu kami dikumpulkan di asrama bujangan untuk karyawan menengah (asramanya berbeda dengan asrama untuk bujangan sarjana). Kami disekap di asrama hanya selama sehari dan pada hari berikutnya sudah diserahkan ke Lembaga Pemasyarakatan. Setelah diserahkan kepada Kepolisian dan dipindah ke Lembaga Pemasyarkatan,kami baru bisa bertemu beberapa teman yang di tangkap oleh aparat keamanan dan bukan digaruk demonstran.

Status saya sejak Senin 11 Oktober 1965 berubah dari manusia bebas menjadi tahanan,penghuni Kamar 2 Lembaga Pemasyarakat Serang. Tidak jelas sampai kapan kami akan jadi penghuni LP Serang. Sebelum dipindahkan ke LP masih sempat minta tolong seorang karyawan yang anggota KBM untuk mengambil beberapa lembar celana dan baju. Beberapa teman bahkan tidak sempat membawa bekal selain pakaian yang melekat di badan.

Babak baru dalam hidup ternyata harus saya mulai dengan status tahanan dalam penjara!

Pengamat sebut Hadirnya Anies dan Muhaimin di KPU Beri Legitimasi Hasil Pemilu
Chandrika Chika

Sudah Menjenguk, Ayah Chandrika Chika Gak Nyangka Anaknya Pakai Narkoba

Ayah Chandrika Chika sejauh ini juga selalu mempercayai sang anak yang punya banyak teman sehingga tidak mencurigai bagaimana pergaulannya.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024