Menara Jakarta Tertinggi di Dunia

Sempat Digarap Tiga Konglomerat

VIVAnews - Menara Jakarta sempat digarap oleh tiga konglomerat Indonesia. Namun proyek besar yang dimulai digagas pada tahun 1995 itu akhirnya berhenti akibat badai krisis pada tahun 1998.

Ide pembuatannya pada masa pemerintahan Presiden Soeharto yang dimaksudkan untuk menjadi salah satu menara tertinggi di dunia. Lalu pembangunan awalnya dikembangkan trio konglomerat, Sudwikatmono, Prajogo Pangestu, dan Henry Pribadi, melalui PT Indocitra Graha Bawana.

Biayanya diperkirakan sekitar 400 juta dolar Amerika Serikata atau sekitar Rp 900 miliar jika dikurskan dalam bentuk rupiah ketika itu.

Berdasarkan data dari Wikipedia, semula Menara Jakarta akan dibangun di area Kuningan. Namun Gubernur DKI Jakarta Soerjadi Soedirdja ketika itu tidak setuju.

Dia mengusulkan untuk membangunnya di daerah Kemayoran yang pertumbuhannya masih sulit. Perusahaan desain arsitektur kaliber internasional diundang berpartisipasi dalam sebuah sayembara desain arsitektur untuk gedung tersebut.

Ketentuan sayembara itu adalah gedung harus mengandung lambang Trilogi Pembangunan, Pancasila, dan 17 Agustus.

Minibus Tertabrak Kereta Api di Brebes, Penumpang Tewas Terseret Hingga 10 Meter

Desain dan maket menara itu diperlihatkan kepada Menteri Sekretaris Negara Moerdiono ketika itu selaku Ketua Badan Pengelola dan Pengembangan Bandar Baru Kemayoran di Sekretariat Negara.

Pada tahun 1996, sayembara dimenangkan Murphi/Iohn dari Amerika Serikat. Hanya saja, karena desain ini terlalu mahal untuk dikembangkan, maka pemerintah memilih desain dari pemenang kedua yakni East Chine Architecture Design & Research Institute (ECADI), yang juga membangun Shanghai Oriental Pearl Tower di China.

Desain ECADI ini dipilih karena para juri menganggap desainnya sederhana dan masih bernuansa Asia.

Peresmian pembangunan dilakukan pada tahun 1997 oleh Gubernur Jakarta Soerjadi Soedirdja dan Mensesneg Moerdiono setelah disetujui oleh Presiden Soeharto di Bina Graha, Jakarta.

Presiden Soeharto mengusulkan agar nama Menara Jakarta diganti menjadi Menara Trilogi.

Pembangunan Menara Trilogi mulai dilaksanakan tahun 1997. Karena anggaran membesar, pengembang mulai mencari suntikan dana dari investor asing.

Total dana yang dibutuhkan menjadi sekitar 560 juta dolar AS (waktu itu sekitar Rp 1,2 triliun). Pihak asing ditargetkan memiliki sebagian saham dan sebagian lagi dimiliki pengembang dalam negeri.

Perjalanan Menara Trilogi ini bukannya tidak mendapatkan kecaman. Pada tahun 1995 hingga 1997, kritikan dilontarkan mantan Pangdam Udayana Mayjen (purn) Theo Syafei.

Kecaman terutama dalam hal pendanaan serta fungsi. Sebab menara ini akan berdiri tengah kesenjangan sosial dan ekonomi. "Lebih baik dana sebesar itu digunakan untuk pembangunan kawasan Timur Indonesia," kata Theo ketika itu.

Karena itu, menara ini mulai dikenal pula dengan sebutan "Menara Kesenjangan". Koran The Jakarta Post menyebutnya sebagai "tower of indifference" (menara ketidakpedulian).

Beberapa anggota DPR menyebutnya proyek "mercusuar", suatu penamaan terhadap proyek-proyek di zaman Bung Karno yang dianggap (terutama oleh pendukung Orde Baru) sebagai proyek untuk pamer ke dunia luar, tanpa manfaat yang jelas bagi rakyat.

Sudwikatmono sebagai pemilik proyek ini di masa itu, membantah jika menaranya disebut proyek mercusuar.
Alasannya, tidak seperti Monas yang dibangun pemerintah, Menara Trilogi ini murni dibuat swasta.

Mensesneg Moerdiono menanggapi kesenjangan sosial yang ironi dengan proyek ini hanya menerangkan manfaat teknis bagi dunia arsitektur, konstruksi, dan dunia penyiaran radio dan televisi. Rencananya, pucuk menara memang bakal dijadikan tempat antena radio dan televisi.

Ketika terjadi krisis ekonomi di Asia pada tahun 1997, industri properti Indonesia pun jatuh sehingga banyak sekali proyek konstruksi yang ditunda maupun dibatalkan, termasuk Menara Trilogi.

Dengan dihentikannya pembangunan Menara ini, beton-beton yang sudah ditanam dibiarkan mangkak dan area tersebut menjadi genangan air yang luas.

Setelah perekonomian Indonesia mulai bangkit kembali, Pemerintah Jakarta tetap akan meneruskan pembangunan Menara tersebut dengan kembali menyebut nama Menara Jakarta. Menara Jakarta pun dilanjutkan pada tahun 2003 melalui sebuah konsorsium baru, yakni PT Persada Japa Pamudja (PJP) yang terdiri dari para pengusaha besar nasional.

Peresmian pembangunan menara yang diproyeksikan menjadi menara tertinggi di dunia itu dilakukan oleh Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Bambang Kesowo dan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso pada tanggal 15 April 2004.

Idul Fitri 1445 H, Prabowo Halal Bihalal bersama Gibran dan Kerabat di Kertanegara

Baca juga: Sejarah Pembangunan Menara Jakarta dan Anjungan Wisata di Ketinggian 331 Meter

Momen hangat Menkeu Sri Mulyani saat bersilaturahmi di kediaman Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, 10 April 2024 (sumber: instagram @smindrawati)

Momen Sri Mulyani Hadiri Open House Jokowi dan Megawati: Semoga Baik Semua Ya

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengunggah momen hangat saat dirinya melakukan silaturahmi Lebaran Hari Raya Idul Fitri 2024 bersama Presiden Joko Widodo

img_title
VIVA.co.id
10 April 2024