Ribuan Warga Lombok Tangkapi Cacing Laut

VIVAnews - Puluhan ribu warga Lombok tumpah ruah di kawasan wisata bahari Pantai Kuta Seger, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat atau NTB. Mereka merayakan tradisi Bau Nyale atau menangkap cacing laut yang digelar Minggu dinihari 15 Februari 2009.

"Kegiatan ini diikuti para wisatawan mancanegara yang kebetulan menginap di hotel yang ada di Lombok, ini merupakan salah satu upaya untuk menarik minta wistawan berkunjung ke daerah ini," kata Kepala Sub Dinas Pemasaran, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB, kepada VIVAnews di Mataram, Minggu, 15 Februari 2009.

Prosesi Bau Nyale ini diawali oleh sejumlah kegiatan kesenian seperti Presean. Presean merupakan atraksi saling pukul dengan menggunakan rotan yang dilengkapi dengan perisai.

Kegiatan itu berlangsung sejak pukul 14.00 hingga pukul 17.00 WITA yang diikuti oleh masyarakat. Tradisi bau nyale ini didukung langsung Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat melalui dinas kebudayaan dan pariwisata. Atraksi budaya yang ditampilkan antara lain, sepok (olahraga tradisional di Lombok).

Acara Bau Nyale itu juga dimeriahkan dengan pagelaran tarian tradisional, Betandak (saling berbalas pantun), pagelaran drama tradisional dan pagelaran drama Putri Mandalika, main manuk (main ayam). Acara puncak menangkap nyale dilaksanakan Rabu dini hari sekitar pukul 04.00 Wita dan pada sebelumnya masyarakat mengarak patung Putri Mandalika dari panggung tempat berlangsungnya acara ke pantai.

Tradisi Bau Nyale diakhiri dengan acara belancaran atau rekreasi menggunakan perahu tradisional di Pantai Kuta. Nyale yang berbentuk cacing itu dipungut begitu saja dengan menggunakan alat seperti  ember, jaring, dan baskom. "Biasanya keluarnya nyale itu ditandai dengan turunnya hujan dan tanda-tanda alam lainnya seperti keluarnya jamur, keluarnya bintang," ujar dia.

Selain itu, keluarnya nyale ini juga di tandai dengan adanya hitungan kalender Sasak yakni tanggal 20 bulan purnama. Acara Bau Nyale yang berlangsung setiap tahun pada bulan Februari itu, dihadiri puluhan ribu masyarakat Lombok dan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara.

Tradisi nyale ini merupakan kejadian yang dikaitkan dengan budaya Sasak. Menurut kepercayaan sebagian masyarakat Lombok, tradisi Bau Nyale ini bermula dari cerita tentang seorang putri bernama Putri Mandalika yang sangat cantik. Karena kecantikannya itu, banyak putra mahkota yang ingin mempersuntingnya menjadi permaisuri.

Putri Mandalika adalah seorang putri dari kerajaan Seger dengan rajanya bernama Prabu Seg. Tragedi Mandalika bermula ketika sang raja menerima lamaran.

C3 Aircross Dijual Murah, Citroen Tak Berminat Pasang Target Penjualan

Setiap pangeran yang ingin mempersunting Putri raja itu. Keputusan sang raja membuat putri bingung dan memutuskan untuk menceburkan diri ke laut. "Jadi keputusan putri untuk menceburkan diri ke laut yang mengawali tradisi ini," kata Mahdi.

Cerita masih berlanjut. Sebelum melanjutkan niatnya itu, putri sempat berpesan pada seluruh pangeran yang ingin mempersuntingnya. Putri berjanji akan muncul setiap tanggal 20 bulan purnama untuk menemui mereka. Alasan putri raja itu didasarkan pada ketidakkuatannya menahan cobaan itu. Maka setiap tanggal yang ditentukan itu warga berduyun-duyun menyambut kedatangan sang putri yang konon berubah wujud menjadi cacing laut yang berwarna-warni.

Kegiatan bau nyale itu diikuti juga oleh warga di sepuluh desa yang berada  disepanjang pesisir pantai selatan Lombok. Acara itu karuan mendatangkan perhatian wisatawan asing.

Laporan: Edy Gustan l Mataram

Nurul Ghufron diperiksa Dewas KPK

MAKI Kirim Surat ke Nurul Ghufron, Minta Bantuan Mutasi ASN di Papua ke Jawa

Koordinator MAKI Boyamin Saiman mengirimkan sebuah surat kepada Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron meminta bantuan mutasi ASN dari Papua ke Jawa

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024