Kisah dari Pembaca

Penjara

VIVAnews -  Sebenarnya istilah penjara lebih tepat dibanding Lembaga Pemasyarakatan.Istilah yang kedua hanya bermaksud memperhalus kesan masyarakat tentang penjara yang buruk dan mengerikan. Tetapi kenyataannya,penjara yang tetap penjara walau diberi label apapun.

Setelah disekap di asrama bujangan Projek Badja Trikora, kami para tahanan dipindahkan ke penjara Serang,yang letaknya dipusat kota.Penjara Serang ini berbeda dari penjara-penjara di kota lain,letaknya bukan diseputar Alun-alun yang dikelilingi masjid dan kabupaten serta kejaksaan (dibeberapa kota polanya demikian).

Penjara Serang terletak diperbatasan wilayah pemerintahan dan perdagangan, tidak jauh dari penjara berderet pertokoan. Kesan pertama waktu memasuki penjara adalah pintu kayu tebal bercat hijau, kemudian sebuah koridor yang diapit beberapa ruangan dimana para pegawai bekerja dan kemudian kami menghadapi pintu kedua.

Sebelum masuk ke halaman dalam penjara, kami harus melewati prosedur standar yang merupakan peraturan baku diseluruh penjara dimanapun berada. Yaitu meninggalkan semua barang bawaan kecuali pakaian yang melekat dibadan serta pakaian lain.

Pegawai penjara akan mencatat semua yang kami titipkan dikantor, arloji, uang, benda tajam kalau ada (gunting kecil,sepatu beserta tali sepatu bisa dipakai untuk bunuh diri),buku catatan,pulpen dan yang pasti adalah uang.

Setelah semua yang mereka periksa dicatat dan ditinggalkan di kantor,kami digiring  memasuki halaman dalam. Halaman dalam yang tidak luas dikelilingi bangsal dan sel di kiri-kanannya sehingga membentuk huruf U.

Kami digiring kearah kiri dan dijebloskan ke dua bangsal. Sebagian teman-teman masuk bangsal atau kamar 1 sedang saya masuk bangsal 2 bersama sekitar 20 orang. Bangsal atau kamar ukurannya lebih luas dari sel, yang hanya muat satu atau dua orang.

Dalam bangsal 2 kami berhimpitan seperti pindang, tidur tanpa ada ruang gerak sehingga kalau bergerak sedikit saja pasti mengganggu teman dikiri atau kanan.

Ukuran bangsal mungkin sekitar empat meter kali sepuluh meter dan dijejali 26 orang. Tempat tidur yang berupa lantai semen miring,dibeberapa tempat lapisan semen sudah terkelupas.

Kapan Bumi Kiamat?

Begitu pintu dibuka,tempat tidur berada disebelah kanan,sedang sebelah kiri kosong. Diujung dinding ada peturasan untuk buang air besar dan  lantai yang diberi tanggul setinggi beberapa sentimeter untuk mencegah agar air tidak luber kemana-mana saat kita mandi.

Dalam ruangan jelas tidak panas karena lubang ventilasi cukup,ada lubang diatas peturasan dan pintu jeruji baja tanpa penutup apapun sehingga kami bisa leluasa melihat keluar.

Kamipun memilih tempat masing-masing dan menaruh barang yang tidak banyak  menempel di dinding arah kepala. Kalau merebahkan badan, maka posisi tubuh kita  miring kebawah dengan sudut kecil,kepala sedikit lebih tinggi dari ujung kaki.

Kondisi Gaza Jauh Lebih Hancur Dibanding Kota di Jerman Pada Perang Dunia II

Bangunan penjara ini pasti sudah berumur puluhan tahun kalau dilihat dari dinding-dinding yang penuh guratan. Pintu dengan jeruji baja,menghadap ke Utara dan kalau shalat menghadap dinding kamar (Barat). Lengan bisa leluasa lewat disela-sela jeruji saat petugas membagikan air minum lewat jeruji dan kami di dalam menadah dengan mug atau apa saja yang bisa dipakai menyimpan air minum.

Saat masuk kamar dan meilih tempat, setiap orang pasti akan menjauhi peturasan terbuka,tetapi kalau kamar sepanjang sepulun meter harus diisi 26 orang,tidak ada  ruang tersisa dan mau tidak mau seluruh lantai tidur harus diisi.

Begitulah gambaran kamar penjara yang saya tempati. Kami makan,buang air besar dan kecil,istirahat dan tidur dalam satu ruangan. Jelas sulit dihari-hari pertama untuk menyesuaikan diri dengan kondisi seperti ini, tetapi seperti kata pepatah : alah bisa karena biasa,lama-lama kamipun bisa jongkok buang hajat sambil ngobrol.Tinggi lantai tidur sedikit diatas lutut.

Ada teman yang sulit membiasakan dirinya untuk buang hajat secara abnormal sehingga memilih melakukannya pada malam hari saat yang lain sudah tidur.Yang agak mengganggu adalah pada hari-hari pertama mandi diruangan tanpa sekat apapun dan terbayang kira-kira begitulah pemandangan di pantai bagi nudis.

Kalau bagi nudis pemandangannya lebih seronok,di dalam penjara yang tampil yayang itu-itu juga. Setiap pagi saat pintu dibuka sekitar satu jam lamanya,kami boleh mengisi air yang disimpan dalam semacam drum terbuat dari kayu. Saat pintu dibuka,kami boleh keluar kamar untuk berjemur tetapi dilarang mendekati kamar-kamar lain,apalagi berbicara dengan napi Untuk mengisi air kami bergiliran menimba dan mengangkutnya dengan cara dipikul oleh dua orang kedalam kamar.

Sebelum mulai ada pemeriksaan,hari-hari kami isi hanya dengan ngobrol saja dan  mencoba saling kenal antara sesama penghuni kamar. Dari proyek Cilegon ada beberapa orang yang ditempatkan di kamar 2 bersama saya. Diantara penghuni kamar ada seorang Tionghoa penduduk kota Serang,sehingga dia dapat kiriman makanan setiap hari. Kami-kami yang bekerja di proyek Cilegon sepenuhnya adalah pendatang dari Jawa Timur atau Jawa Tengah dan tidak bisa mengharapkan ada yang mengirim makanan,kecuali mereka yang sudah berkeluarga. Untuk mereka ini memang keluarga bisa mengirim makanan sekedarnya,tetapi tentu repot kalau setiap hari harus mngirim makanan dari Cilegon yang jaraknya 13 km dari Serang .

Bisa dipastikan bahwa makanan yang mereka kirim sudah berkurang saat melewati pemeriksaan oleh petugas penjara di pintu gerbang. Bagi mereka yang punya keluarga di Cilegon,pada minggu-minggu pertama kiriman masih lancar,tetapi mulai berkurang pada minggu-minggu berikutnya sampai akhirnya berhenti sama sekali karena keluarga pulang kekota asal di Jawa Timur atau Jawa Tengah.

Selain masalah keuangan karena kami-kami karyawan proyek sudah dipecat,walaupun belum ketahuan apa dosa kami,gaji sudah diputus dan keluarga harus menutup kebutuhan dengan berbagai cara. selain itu,kami juga "diusir" dari perumahan di kompleks proyek.

Rumah-rumah yang ditinggali keluarga harus segera dikosongkan atas instruksi Kepala Proyek yang saat itu dijabat oleh Ir.Tungky Ariwibowo. Jadilah keluarga-keluarga tahanan tunawisma dan tunakarya,sudah dipecat walaupun tidak jelas dosanya dan diusir.

Setelah keluarga pulang ke kota asal masing-masing,maka pasokan  makanan turun drastis dan kalau menggantungkan pada jatah dari penjara,jumlahnya sangat kecil dan tidak memadai. Apalagi makan hanya diberi satu kali sehari,  hanya satu kali sehari dan itupun datangnya tidak menentu.

Sinyal PKB Merapat ke Prabowo, Presiden PKS: Kita Hormati Keputusan Pak Muhaimin

Kadang pagi,kadang siang dan tidak jarang sore. Teman-teman hanya bisa berdiri didepan pintu kamar sambil menerawang,menunggu datangnya jatah makan yang pada saat-saat tertentu berupa bulgur atau jagung grontolan yang tidak seberapa.

Makanan yang dikirim oleh keluarga-keluarga tahanan asal Serang menjadi "jatah bersama" dan kami bagi sedapat-dapatnya untuk menahan lapar. Kami makan seadanya hanya sekedar  "menahan lapar beberapa jam" - bukan menghilangkan rasa lapar.

Para tahanan yang berasal dari kota Serang atau sekitarnya,banyak sekali bantuannya pada kami yang jauh dari rantau,apalagi tahanan yang tidak tahu menahu mengapa ditangkap dan dipenjara karena ditangkap saat sedang dalam perjalanan,saat bepergian.

Kami tidak tahu akan disekap berapa lama atau sampai kapan, kami hanya pasrah. Seingat saya saat di dalam penjara ini disebarkan selebaran berisi pengumuman perubahan nilai mata uang rupiah dari Rp 1,000 menjadi Rp 1 sehingga uang simpanan kami di kantor penjara nilai nominalnya tinggal seperseribunya. Uang ini sampai beberapa saat masih bisa membantu untuk beli gula,tetapi sesudah itu habis dan tidak bisa mengharap ada pemasukan baru.

Kami tidak boleh bertemu keluarga dan rasanya saat itu memang tidak ada yang berani  menjenguk. Saya cukup kaget saat petugas penjara datang kekamar kami,berdiri didepan pintu
 
"Siapa yang bernama Djoko Sri Moeljono?".Sayapun turun dari lantai tidur dan mendekat ke pintu."Ganti baju dan ikut saya" perintahnya sambil membuka kunci pintu.  Saya pun bergegas dan keluar mengikutinya,sampai akhirnya dibawa keluar penjara dan diluar telah menunggu jeep militer.

Dalam benak berkecamuk bermacam dugaan: pemeriksaan? Dipindah? Seorang sersan membawa saya denga jeep tersebut dan selama perjalanan dia bungkam  seribu bahasa. Ternyata saya dibawa ke Kodim yang terletak didepan alun-alun kota

Saya pun digiring masuk,kemudian diperintahkan duduk menunggu. Di halaman Kodim saya lihat sebuah mobil VW Beetle diparkir. Tak lama kemudian muncul tamu istimewa. saya sebut istimewa karena sampai saat  itu,sekitar bulan Maret 1966 belum ada tahanan yang ditengok.

Diantara tahanan ada  seorang teman yang kakak kandungnya adalah Ketua Mahkamah Agung Mr.Soerjadi.  Tamu istimewa saya adalah paman dr.Soedarsono yang mantan Menteri di kabinet
awal republik,mantan dubes di India dan Yugoslavia dan kemudian ditarik setelah PSI (Partai Sosialis Indonesia) dibubarkan.

Saat saya masih bekerja, kalau hari Sabtu sering pergi ke Jakarta untuk berakhir pekan atau cari buku dan menginap dirumah saudara sepupu di Pegangsaan Timur.
 Pada suatu saat saya melihat paman saya ini mencerca Soekarno yang sedang berpidato di televisi. Paman saya membelakangi pesawat TV sambil mengangkat sarungnya :"Soekarno nonsens"

Saya bilang pada beliau :"benci amat sih oom! Karena PSI dibubarkan?" Beliau,seorang paman yang suka bercanda,hanya tertawa saja (waktu saya berangkat belajar ke Moskwa,beliau termasuk mendorong : pergi belajar sampai ke negeri China dan saat saya mulai bekerja dan terima gaji pertama,beliau berujar : kamu harus traktir saya makan di Joen Njan,nama restoran terkenal saat itu 1964)

Dan sekarang di Kodim Serang, beliau berdiri didepan saya dan sebelum kembali ke Jakarta membisikkan pada saya:  "Sebentar lagi PKI-mu juga dibubarkan!" (Super Semar)

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Prasetyo Edi Marsudi.

Ketua DPRD Minta Pemprov DKI Perbaiki Kualitas APBD, Singgung Permukiman Kumuh

Ketua DPRD DKI menilai RKPD tahun 2025 tidak fokus.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024